Part 3:Sesuatu Yang Hilang

52 8 15
                                    

***
Arisha kecil terus menangis, lantaran ibunya terbujur kaku dan tak mengeluarkan nafasnya. Ibunya dikabarkan sudah tak bernyawa dalam peraduannya saat pagi hari tiba.

Ia tahu bahwa Ibundanya tak akan ada lagi untuk memeluknya ataupun membangunkannya dengan sabar saat Arisha sedang malas.

"Jangan ikuti aku" pekik Arisha saat dirinya ditempeli oleh Su-Won sejak kedatangan pria itu. Su-Won sendiri ia tak melepaskan pandangannya barang sebentar untuk Arisha sendirian.

Su-Won hanya tersenyum dan berlari lalu melompat dan memeluk Arisha seperti biasanya. Ia memeluk Arisha dan mengelus kepalanya dengan penuh kasih sayang. Su-Won kecil selalu menyukai rambut gadis itu, terlihat sangat berani.

"Tak perlu menahannya yang mulia putri, menangislah jika anda mau, tak akan ada siapa-siapa disini" ucap Su-Won lembut.

Arisha merasa tak terima diperintah tersebut, tapi saat kenyamanan sampai pada hati Arisha. Ia tak tahan untuk mengeratkan pelukannya pada anak muda yang lebih tinggi darinya tersebut. Dia terisak bukan main, sesekali menjerit dan sesenggukkan. Baju Su-Won sebagai sasarannya, dia meremat baju itu karena dadanya yang terasa sempit.

Setelah sedikit reda, Su-Won melepaskan pelukannya dan mengusap air mata Arisha yang masih belum sepenuhnya kering. "Hamba tahu Yang Mulia Ratu tak akan kembali disisi kita. Tapi bagaimana jika aku menggantikan Yang Mulia Ratu"

Arisha mengernyit bingung dengan penuturan sahabatnya ini. "Apa maksudmu?" suara Arisha sudah mewakili pikirannya, yang memang saat itu sangat penasaran.

"Yang Mulia Ratu sering memeluk anda dimalam hari ketika anda ingin tidur, bukan?" Su-Won merentangkan tangannya "maka aku akan melakukannya untukmu, hanya untuk Arisha Luana aku akan memelukmu"

Arisha sedikit tertegun dengan penuturan Su-Won. Ia bukan ibundaya apalagi seorang wanita. Apa dia bisa?

"Aku akan memegang tanganmu saat kau tidur. Lalu membangunkanmu dengan sangat hati-hati agar tak mengejutkanmu" ucap Su-Won masih belum melepaskan genggaman tangannya.

"Kau akan selalu disisiku? Kau tak akan meninggalkanku?"

"Tentu saja"

Arisha kecil terus berlari tanpa rasa lelah bayangan Su-Won menghantui mimpinya. Mayat ayahnya yang kaku dan tak bernyawa membayangi hati dan pikirannya. Semua sisinya gelap dan hanya terbayang satu wajah, mata hijau yang teduh menjadi begitu dingin dan tak tersentuh.

"Dia tak akan selamat"

"Karena ayah gadis itu membunuh ayahku"

Mata Arisha terbuka dengan sempurna, matanya membulat dan nafasnya terengah naik-turun. Matanya menjelajah dengan liar, keringat dingin terus mengucur sampai keleher jenjang gadis itu.

Dia mengangkat tubuhnya dan menoleh kepada sandaran kepalanya, terlihatlah Haku dengan pakaiannya yang acak acakkan dan sedang tertidur pulas dengan bersandar pada batang pohon yang besar.

"Apa aku yang membuatnya seperti itu?" Pikir Arisha.

Ia merapihkan baju Haku, bukan merapihkan lebih tepatnya menutup dadanya dengan sudut bajunya agar tak mengekspos dada bidangnya tersebut. Merasa tenggorokannya kering Arisha mulai berdiri dan mencari mata air.

Matahari sama sekali belum memunculkan sinarnya, masih terlihat gelap gulita. Meskipun begitu Arisha terus berjalan diantara sela-sela pohon dan dia menghembuskan nafasnya lega karena menemukan sebuah sungai yang sangat jernih dan terlihat sangat nikmat.

Haku yang menyadari sang putri tak ada dipangkuannya langsung terlonjak dan mengambil tombaknya dengan kasar. Ia sendiri tidak tau mengapa dia sangat panik, mungkin saja sang putri sedang mencari udara segar atau mungkin sedang berjalan-jalan mengapa dia sangat takut. Seolah gadis itu akan pergi darinya kapan saja, tanpa menoleh.

Blond DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang