Part 8: Guncangan

22 4 0
                                    

Arisha masih juga tak berkedip dengan apa yang dilihatnya. Pendeta yang selama ini ia cari muncul dengan sendirinya, yang lebih mengherankan lagi pria ini tidak seperti pendeta pada umumnya yang membawa jimat atau tongkat sebagai kekuatan spritualnya.

Pendeta ini mengatakan bahwa style adalah nomor 1 didunia ini. Meskipun berbicara begitu Arisha tak yakin orang didepannya ini adalah pendeta yang dilegendakan, lihat saja rambut miliknya yang menutupi poni hingga kedua matanya tak terlihat. Benar-benar urakkan.

"akan kutanya sekali lagi, siapa namamu?" tanya Haku yang mungkin sudah 9 kali bertanya hal yang sama.

Yun datang dengan segelas cangkir green tea membuat Arisha menoleh padanya dan lamunannya menjadi buyar. Arisha tersenyum kecil lalu mengucapkan terima kasih dengan berbisik ditelinga Yun, sontak Yun bersemu merah dan menjauhkan dirinya dari gadis agresif itu. Ia tau ia tampan tapi Yun sendiri tak akan melupakannya bahwa ia sudah lama tak berhubungan dengan wanita.

Yun mengusap telinganya yang memanas seakan dengan mengusapnya bekas bisikkan Arisha akan hilang. Arisha terkikik geli yang hanya dibalas dengusan jengkel oleh Yun dan langsung melengos pergi.

Haku diam-diam melihatnya dan api cemburu mulai menggerogoti hatinya. "cih sudah akrab ternyata." batin Haku jengkel.

Arisha kembali memfokuskan diri terhadap orang yang ditunggu tunggu olehnya, mengabaikan Haku yang menatapnya dengan sorot penasaran.

"Arisha Luana benar?" tanya pria berponi dihadapannya.

Arisha tersenyum tipis kemudian mengangguk dengan gugup. "ikut aku." titahnya, kemudian berdiri dan menatap Haku seakan memberikan sorot untuk tetap disini.

Haku mengangkat bahu acuh tak acuh dan memilih melanjutkan tidurnya dengan satu tangan terangkat untuk menopang kepalanya. Memang benar ia bertemu pria ini saat sedang tertawa bersama Arisha beberapa saat.

Ia mengatakan bahwa dirinya lah yang sedang mereka cari, lantas Arisha memekik dengan senang dan saat Haku menanyakan namanya pria misterius itu selalu berhasil mengalihkannya. Seperti otot Haku yang besar, rambutnya yang berantakkan, atau beberapa kali pria itu mengomentari pakaian Haku yang membuat pria bersurai kelam itu jengah bukan main..

Kedekatan Yun dengan Arisha juga memenuhi beban pikirannya sekarang sejak kapan mereka berdua sedekat itu, juga sampai Arisha menggodanya. Benar benar menyebalkan.

***
Arisha menutup mulutnya tak percaya. "tolong katakkan bahwa ini bohong." cicit Arisha yang masih bisa didengar oleh pria yang membawa Arisha dimana sungai tempat mereka bertemu.

Hanya bedanya, Arisha sedang berada diatas puncak air terjun lengkap dengan air yang menjulang kebawahnya. Terlihat sangat cocok untuk melihat matahari terbenam.

"Itu kenyatannya, Su-Won bersikap begitu karena ia melihat kejadian itu tepat didepan matanya sendiri." ucap pria itu dengan nada tertahan.

"Namaku Zhae, menjadi peramal dikerajaanmu menyenangkan. Aku mengabdi pada kerajaan mu selama 14 tahun, lalu ayahmu mengusirku dengan alasan aku lebih kuat dari sang pencipta dan itu akan membawa petaka." tutur Zhae masih dengan suara lembut.

"Tolong... Tolong ceritakan pasal Su-Won. Kumohon." balas Arisha berusaha terlihat tegar.

Meskipun hatinya sakit sangat sakit, ia kecewa akan keduanya. Baik ayahnya maupun Su-Won sendiri. '' mereka berdua terjerat ikatan iblis, dan iblis itu akan merasukki jiwa yang kosong yang pada akhirnya akan saling membunhuh." ucap Zhae dengan ekpresi sendu karena seakan menjadi saksi pertumpahan darah diantara keduanya.
"Bagaimana bisa?" Arisha menunduk dan kentara sekali bahwa ia sedang berpikir, bibirnya terlipat tak berniat membukanya. Matanya mengarah pada jari kecil dan ringkih miliknya yang mulai berkeringat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blond DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang