Bagian Satu

50 1 0
                                    

"Ga.....please! aku minta maaf, aku benar-benar menyesal dengan semuanya."

"Enggak Sha! Kamu akan terus melakukan hal yang sama. Kamu gak akan pernah puas untuk terus nyakitin aku."

Kepalaku sontak menggeleng teratur, menyanggah semua ocehan Aga yang terus berjalan mundur untuk segera meninggalkanku. Tidak! Kali ini aku tidak akan lagi membiarkannya pergi menjauh dari hidupku.

"Aku mohon! kasih aku kesempatan sekali lagi, aku janji untuk mencintaimu dengan benar. Ga...Agal!!" Perlahan tapi pasti, sosok Aga menghilang dari pandanganku. Kini yang tersisa hanyalah ruang kosong dengan dinding hitam yang mewarnai setiap sudutnya. Aku kembali sendiri, kembali menangis tanpa pernah bisa menggapai pria yang tidak bisa berhenti kucintai itu.

Knock...knock...knock

"Sha.....Myesha....mau sampai kapan kamu tidur? Jam berapa ini? kamu gak kerja?" Mataku terbuka perlahan setelah mendengar suara nyaring, khas teriakan mama yang tengah berusaha membangunkanku. Lagi-lagi aku kembali bermimpi tentang Aga! Kenapa dia suka sekali mampir kedalam mimpiku dan setelahnya membuatku kembali memikirkannya!

"Udah bangun ma!" Segera ku beranjak dari kasur besar ini, merapikannya sebentar dan mengambil handuk yang tergantung sempurna dikursi belajar. Menjepit rambutku sejenak, kini kakiku melangkah untuk keluar dari kamar tersayangku.

"Kebluk banget sih, gak dengar bunyi alarm daritadi?" Bukan sapaan hangat yang mama berikan, melainkan sebuah pertanyaan telak yang berisi kekesalannya. Fyi! Biasanya aku memang selalu bangun tepat waktu sesuai alarm berbunyi.

15 menit aku menghabiskan waktu untuk membersihkan diri. Setelahnya aku segera menunaikan shalat subuh. Mengambil rok pensil serta kemeja berwarna mint sebagai pakaian kerjaku dan mulai memoleskan make up tipis-tipis di sekitaran wajah. Kulihat sebentar jam yang berada diatas meja belajar, jam sudah menunjukan pukul 6 pagi. Ah sial, aku harus segera berangkat jika tidak ingin terlambat.

"Sarapan dulu Sha!" Mendekatkan tubuhku sebentar kearah meja makan, aku segera memoles selembar roti dengan selai strawberry secara asal. Kugigit sejenak dan meminum susu cokelatku dengan sekali teguk.

"Mama perhatikan.....sudah dua hari ini kamu bangun kesiangan terus. Makanya kalau tidur jangan malam-malam, inget waktu! Hei pelan-pelan makannya!"

"Ma ngomelnya dipending dulu ya, Myesha udah telat nih. Myesha berangkat, assalamualaikum." Pamitku segera dan mencium kening, pipi, bibir, dan tangan mama cepat.

"Wa'alaikum salam, hati-hati Sha! Jangan ngebut ya!" Setelahnya aku segera memanaskan motor dan melajukannya dengan kecepatan sedang. Ingat pesan mama, jangan ngebut! Ya, selama ini aku selalu mematuhi perintahnya yang satu itu.

Aku tinggal disalah satu wilayah ibu kota, tepatnya di bagian Jakarta Selatan. Dan aku bekerja di sebuah sekolah SMP swasta di daerah bilangan Jakarta Barat. Setiap harinya aku akan berangkat dengan menggunakan sepeda motor yang biasa aku titipkan diparkiran motor stasiun. Setelah itu aku berangkat ke daerah Grogol dengan menggunakan Commuter Line. Selain anti macet, kendaraan umum itu juga termasuk hemat.

"Untung tepat waktu." Menghela nafas sebentar, kini aku bisa duduk dengan santai. Kuambil sebuah headset dari dalam tas dan mulai memasangkannya ke kedua telinga. Mendengarkan music di dalam perjalanan adalah salah satu kebiasaanku.

"Sesaat lagi kereta anda akan sampai di stasiun Grogol. Pastikan kartu dan barang bawaan anda tidak tertinggal didalam rangkaian kereta. Terima kasih."

Sesampainya di stasiun Grogol, langkahku kembali terangkat untuk segera meninggalkan stasiun. Kini aku sudah berdiri manis didepan halte dekat stasiun untuk menunggu datangnya metro mini yang akan membawaku ketempat tujuan.

RemorseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang