“Joahaeyo..” Ucapan Kevin membuat Aora tertegun ditempatnya. Gadis itu sulit mempercayai apa yang didengarnya barusan. “Aku menyukaimu Aurora.” Ulang Kevin. Kali ini Aora yakin sepenuhnya apa yang didengarnya.
“Keundae Kevin~si..bukankah kita belum lama bertemu? Bagaimana..”
“Aku tau. Tapi aku menyukaimu sudah lama Aora~ya, sejak aku melihatmu sendirian di halte malam itu. Kau ingat?! Saat itu aku mengatakan aku tidak tau mengapa aku tiba-tiba ingin menolongmu. Awalnya aku berpikir aku melakukannya hanya karna kasihan padamu, tapi ternyata aku salah. Aku sadar ingin melakukan itu karna hatiku yang menyuruhku, karna sejak itu aku sudah menyukaimu.”
Aora tidak berkata apa-apa, ia sama sekali tidak menyangka kalau Kevin ternyata benar-benar menyukainya. Bahkan ia juga sempat berpikir hal yang sama dengan pemuda itu. Mengira bahwa selama ini Kevin bersikap baik padanya karna merasa kasihan padanya. Tapi kenyataannya berbeda. Namja itu rupanya menyukainya.
“Mungkin saat ini kau belum menyukaiku. Tapi aku yakin suatu saat nanti perasaan itu akan hadir jika kita terus bersama. Jadi..kau mau kan menjadi yeojachinguku?!” Aora menatap mata Kevin dalam. Ia tau kalau saat ini namja itu bersungguh-sungguh. Kevin orang yang baik dan selalu perhatian padanya. Harus ia akui saat ini ada sedikit rasa untuk pemuda itu, tapi Aora sama sekali belum bisa mengartikannya sebagai apa. Dan mungkin dengan menjalin hubungan dengannya, suatu hari nanti ia bisa memastikan perasaannya. Pasti.
::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Kevin dan Aora baru saja masuk kedalam rumah saat menemukan Soohyun yang sedang duduk di sofa sambil menonton tv. Pandangan Soohyun mendadak beralih pada sesuatu. Matanya terarah pada tangan Kevin dan Aora. Keduanya saling berpegangan. Kedua orang itu saling menatap, dan seolah memberi suatu isyarat Kevin mengangguk pelan sambil tersenyum hingga Aora melepaskan genggamannya dan beranjak pergi dari sana.
Soohyun yang melihat itu tau ada sesuatu yang tidak beres. Dan perasaannya kurang baik akan hal ini. Kevin berjalan mendekat kearah Hyungnya dan saat ia sampai didepannya, ia lalu membisikkan sesuatu pada pemuda itu.
“MWO?!!” Soohyun menatap Kevin tak percaya. “Kau..dan dia..?! Jinjja?!”
Kevin tersenyum seraya mengangguk membuat Soohyun menghela nafas berat lalu akhirnya menghempaskan tubuhnya ke sandaran sofa.
“Kevin~ah! Neo..geu yeoja jinjja joaha?”
“Ne Hyung! Aku menyayanginya.” Tutur Kevin. Soohyun memandang Kevin yang masih menatap kearah tv. Ini pertama kalinya ia melihat dan mendengar Dongsaengnya itu mengatakan hal seperti ini. Ia tau kalau Kevin tidak berbohong saat ini. Namja itu benar-benar menyukai Aora.
Senang. Bahagia. Mungkin seharusnya hal itulah yang dirasaka Soohyun saat ini. Karna adiknya itu akhirnya bisa menemukan gadis yang benar-benar disukainya. Tapi anehnya ia sama sekali tidak bisa merasakan kedua hal tersebut. Melainkan merasakan sesuatu yang ia sendiri tidak dapat mengartikannya sebagai apa. Dan ia khawatir akan hal ini.
♥:♥:♥
Hari masih sangat pagi. Matahari bahkan belum menampakkan cahayanya dan udara pun masih terasa cukup dingin. Namun Aora sudah keluar dari kamarnya. Belum ada orang dirumah itu yang sudah bangun selain dirinya. Gadis itu berjalan menuju halaman belakang rumah. Sesampainya disana, ia memandang sekeliling dan akhirnya menyadari sesuatu. Kalau dilihat, rumah ini cukup unik. Baru kali ini ia melihat ada piano yang ditaruh di halaman belakang rumah. Beruntung diatas piano terhalangi oleh atap bangunan. Mungkin mereka memang sengaja menaruhnya ditempat ini untuk suatu alasan.
Memikirkan tentang piano membuat sebuah ide terlintas dibenak Aora. Gadis itu pun mulai berjalan mendekat dan akhirnya duduk di kursi yang terdapat didepan piano. Mata Aora terarah pada sebuah buku didepannya yang tidak lain adalah buku Lirik lengkap dengan Not nya. Sebuah lagu berhasil menarik perhatiannya, ia pun memperhatikan lembaran itu cukup lama. Detik berikutnya jari telunjuk Aora perlahan mulai menekan salah satu tuts piano. kemudian berlanjut menekan tuts lainnya sesuai dengan not yang terdapat dalam lagu itu. Dulu saat masih Smp, ia pernah diajarkan cara memainkan piano di sekolahnya. Walau hanya sedikit, tapi setidaknya ia tau cara memainkan alat music itu.
Disisi lain Soohyun yang baru saja berniat kembali ke kamar setelah mengambil minum di dapur mendadak menghentikan langkahnya. Alunan music yang begitu dikenalnya, lagu yang tidak pernah lagi terdengar sejak lama. Setelah kedua orangtuanya tiada. Perlahan pemuda itu pun berjalan menuju sumber suara.
Tubuh Soohyun seolah terpaku saat melihat sosok Aora yang sedang memainkan piano. Ia ingat, dulu dirinya cukup sulit dalam memainkan lagu itu, tapi gadis itu mampu memainkannya dengan baik. Ini membuatnya kembali teringat akan kepergian kedua orangtuanya dan ia benci akan hal itu.
“Geumanhae!” Perkataan seseorang mendadak menghentikan permainan Aora. Soohyun kini sudah berdiri disampingnya.
“Soohyun~si..” Aora menatap Soohyun khawatir. “Aku..aku hanya..”
“Pergi.”
“Mwo?!” Aora berusaha memastikan apa yang didengarnya.
“Kubilang pergi dari sini!!” Bentakan Soohyun spontan membuat gadis itu tertegun. Ia sama sekali tidak menyangka kalau Soohyun akan semarah ini. Aora lalu berniat masuk kedalam rumah sampai kemudian menghentikan langkahnya dan berbalik.
“Neo..apa kau pikir dengan bersikap seperti ini semuanya akan berubah?!” Ucapan Aora membuat Soohyun berbalik menatapnya.
“Mworago?! Ya~geumanhae!”
“Kau pikir jika berhenti bernyanyi dan menghentikan kebiasaan lamamu, kau bisa melupakan semuanya..?!”
“AURORA!!!” Bentakan Soohyun kali ini sama sekali tidak berpengaruh bagi gadis itu.
“Mianhae. Kehilangan orang-orang yang kita sayangi memang bukanlah hal mudah. Jujur aku iri padamu dan Kevin, yang masih bisa menghabiskan banyak waktu bersama kedua orangtua kalian. Dan penderitaan yang kalian alami saat ini bukan apa-apa dibandingkan denganku.”
“Musun sorieyo?!” Tanya Soohyun tak mengerti
“Sebelum aku lahir, Appa sudah lebih dulu meninggal karna sakit. Dan tepat saat Eommaku berhasil melahirkanku kedunia ini. Ia malah pergi menyusul Appa. Kau tau..aku bahkan tidak pernah melihat wajah mereka sekalipun” Perkataan Aora barusan membuat Soohyun seolah terpaku ditempatnya. Ternyata apa yang dialaminya tidaklah berbeda dengan gadis itu.
Suara Aora mulai terdengar serak. Gadis itu berusaha menahan tangisnya. “Menyedihkan bukan?! Tapi kalau kau menganggap semuanya sudah selesai sampai disitu kau salah besar. Setelah Eomma meninggal, aku diadopsi oleh sebuah keluarga sederhana. Awalnya mereka memang merawatku dengan baik, tapi semuanya berubah saat Ayah angkatku tiba-tiba saja berniat memperkosaku. Keterkejutanku bertambah disaat aku menerima kenyataan bahwa Ibu angkatku adalah salah seorang bandar seks dan bahkan berniat menjadikanku salah satu pelacur di tempat miliknya. Beruntung aku berhasil melarikan diri dari sana, walaupun memang tidak mudah kulakukan.”
Soohyun menatap miris kearah Aora yang kini meneteskan airmatanya. Ia sama sekali tidak menyangka kalau perjalanan hidup gadis itu ternyata menyedihkan seperti ini. Jadi itu sebabnya dulu ia tidak pernah bicara dan bahkan terkadang ketakutan saat didekati olehnya maupun Kevin. Saat itu ia pasti masih trauma dengan kejadian yang menimpanya.
“Jika aku yang berada di posisimu saat ini, aku tidak akan pernah ingin melupakan mereka. Karna kau memiliki banyak hal tentang mereka yang bisa kau ingat, yang dapat membuatmu merasa bahwa mereka selalu bersamamu.” Setelah mengatakan itu Aora berlari masuk ke dalam kamar meninggalkan Soohyun yang menatap kepergiannya tanpa berkata apa-apa.
Aora menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur, lalu mengambil sebuah bantal kemudian menutupi wajahnya. Alhasil bantal itu pun basah oleh airmata. Ini pertama kalinya bagi Aora menceritakan tentang kehidupannya pada orang lain. Dan sama sekali tidak menyangka orang yang pertama mendengarnya adalah Soohyun. Bahkan dengan cara seperti tadi. Gadis itu kini melepaskan liontin yang tergantung di lehernya lalu menatapnya.
“Mianhae..”
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurora (오로라)
Teen FictionAku menerima Kevin, karna harus kuakui ada sedikit rasa dalam hatiku untuknya. Tapi seiring berjalannya waktu perasaanku mendadak teralihkan atau mungkin Aku hanya baru menyadarinya