"Ini kenapa jadi diem-dieman sih? Kaya orang bego aja."
"Seje, words."
Liat, Sejeong sudah pasti bukan cewek idaman Wonwoo. Mulutnya itu.
Sejeong menghela napas pelan dan membuka mulutnya. "Iya-iya ampun bosqu. Hehehe."
Sejeong tidak mendengar balasan apapun dari Wonwoo. Dengan begitu Sejeong melihat Wonwoo yang berada disamping kirinya.
Ganteng ya, tapi bukan buat gue. Batin Sejeong. Ah miris.
"Berapa hari ga ketemu lo, gue jadi kangen, Jeong. Rumah apakabar? Abang lo masih rusuh ga? Oiya cewenya juga apa kabar? Kok ga putus-putus sih kan gue ngefans banget sama cewenya," celoteh Wonwoo dalam satu kali tarik napas.
Wonwoo hanya bisa cerewet didepan Sejeong saja. Dan Sejeong senang akan fakta itu.
Tawa Sejeong lepas mendengar kata-kata Wonwoo. "Ah lebay banget sih lu. Baru berapa hari juga. Ya gue tau sih gue emang ngangenin."
Baru pertama kali ini Wonwoo ingin merekam suara tawa orang.
"Kenapa sih lo kalo ketawa manis banget? Mending lo diem aja."
Oh, didn't see that coming.
Sejeong selalu benci dengan sifat blak-blakan Wonwoo. Seperti saat ini, membuat Sejeong kelabakan dan mati-matian berusaha menutupi saltingnya.
"Udah berapa cewe yang lu bilang gitu?"
"Lo tau gue bukan tipe cowo yang gitu."
"Sebenernya tujuan kita kesini ngapain? Gue bosen," kata Sejeong sambil mencabuti rumput-rumput di sebelahnya.
Tangan Wonwoo tiba-tiba bergerak menyentuh telapak tangan Sejeong, menghentikan pergerakan tangan Sejeong dan secara tidak Wonwoo sadari, kelakuannya itu mengambil sebagian napas Sejeong.
"Ntar rumputnya abis. Dimarahin Pak Satpam," jelas Wonwoo kalem.
Sejeong mengeluarkan napas panjang sedetik setelah Wonwoo memindahkan tangannya ke tempat yang lebih membuat Sejeong kehilangan napas. Dipundak kanan Sejeong dengan kepala Wonwoo bersandar dipundak kiri Sejeong.
Damn.
"Ini apaan? Geli tau," ucap Sejeong dengan sedikit grogi, ia harap Wonwoo tidak mengetahui bahwa sahabatnya sedang grogi.
"Gini bentar ya. Gue seneng."
Ya, begini saja. Sejeong senang.