Perbincangan singkat lalu terjadi seterusnya,setelah aku bilang untuk coba bersabar dan mempertahankan hubungannya yang sudah lama itu. Sakit? Tentu aku sakit. Bagaimana tidak? Orang yang selalu ada di doamu,orang yang selalu kau pikirkan,orang yang selalu kau harapkan hanya sekedar untuk singgah di mimpimu malah membicarakan masalahnya dengan pacarnya?
Tidak. Aku salah. Hal ini,hal ini yang seharusnya harus aku biasakan. Aku yakin,kedepannya aku pun akan sering mengalami hal seperti ini. Jujur,aku ingin sekali berbicara dengannya tentang apa yang aku rasakan,apa yang selama ini menggangguku. Tetapi,aku tahu betul apa yang aku dapatkan selanjutnya. Kemarahan rafly,Kebenciannya,atau mungkin dia akan sedih? Aku terlalu hafal tentangnya.
Tring.
Handphoneku berbunyi dan sialnya...
"Loh? Rafly...? Pesan gua baru nyampe? Dan..ini kenapa ada lovenya nama guanya?"
Rafly lebih dulu melihatnya,dia merampas hpku begitu saja,membaca dengan seksama...meyakinkan dirinya bahwa rafly di situ adalah dirinya. Dan..
"Lu kenapa deh? Ini chatt kita pas smp masih ada?"
....
"Ruth...jangan bilang"
Keringatku berjatuhan,wajahku panas,jantungku maraton,mataku mulai berair....
Hal yang baru saja aku takuti,kini terjadi.
"Ruth...."
Aku menunduk,tidak bisa berbicara,mengigit bibir kuat berharap tangisku tidak pecah.
"RUTH JELASIN SEMUANYA"
Aku tersentak,bahkan kini dia mulai membentakku dan mencrengkam kerahku.
"Eng-gak aku...ini gak kayak yang kamu liat...ini---
Brukk
Rafly...mendorongku jatuh,tangisku benar benar sudah pecah. Aku..tidak bisa lagi. Aku mendangak menatap mata indahnya. Bodoh! Sebut aku si bodoh! Ketika dia menyakitiku seperti ini pun kenapa aku masih sempat untuk memujinya?! Dengan air mata yang terus mengalir...aku berusaha untuk berbicara
"Aku membencimu. Aku tidak ingin seperti ini! Aku..aku sudah berusaha. Aku sudah berusaha melupakan dan menghilangkan rasa ini! Tapi,semakin aku berusaha aku akan semakin jatuh. Aku juga tidak mau untuk menyukaimu bahkan mencintaimu. Tapi...aku punya alasan. Kamu tahu? Kenapa aku malah rela menyakiti diriku sendiri karena menyukaimu? Karena..aku masih berani untuk itu! Aku masih sanggup untuk itu. Bahkan aku sudah terbiasa dengan rasa sakit itu! Maaf...maafkan aku yang dengan lancangnya menaruh hati padamu"
...
Sunyi,keadaan menjadi sunyi. Bahkan suara jam dinding seakan tidak ada. Tetapi,aku merasa lebih lega. Seperti ada sesuatu yang hilang dari diriku. Ya. Sebuah beban. Beban akibat memendamnya. Sebuah perasaan lama yang seharusnya menghilang dari lama.
"Tapi...tapi kenapa?! Kenapa harus gua? Lu gak tau?! Ini sulit juga buat gua! Lu bikin gua jadi sulit kaya gini! Di satu sisi---
Dia diam,entah apa penyebabnya. Aku yang menangis semakin tersedu-sedu? Mungkinkah? Aku..
Dia mengangkatku. Membantuku berdiri. Mengangkat daguku. Melihatku tepat di mata,matanya...matanya...aku tidak bisa untuk mendeskripsikannya. Ini benar benar...benar benar sulit. Terlalu Indah untuk di deskripsikan.
Dia mencium bibirku lembut,sangat lembut. Hingga
Aku baru saja sadar kami sedang berciuman.