Just because I am used to it, doesn't mean it doesn't hurt anymore
-Unknown
Gita
"Sudah cantik kok."
Seruan Rama membuat Gita menegakkan punggung dan memandang malas ke arah Rama. Seharusnya ia berpikir dua kali sebelum mematut diri di depan kaca spion motor Rama.
Dengan dress batik cokelat selutut yang ia kenakan, Gita berharap ia tidak salah kostum.
Kemudian Gita mengingatkan dirinya sekali lagi bahwa ia seharus tidak perlu khawatir. Jumlah orang yang ia kenal di pesta ini masih bisa dihitung dengan jari.
"Sudah siap?" seru Rama lagi sambil menyampirkan lengan, menunggu Gita mengandengnya.
"Memangnya kamu pikir ini pesta dansa atau sejenisnya?" seru Gita sambil berjalan cepat mendahuli Rama.
Jalan bebatuan tempat Rama memarkir motor membuat Gita kesulitan berjalan cepat meski hanya dengan heels-nya yang tidak lebih dari 3 cm.
Lengan Gita ditarik lembut kemudian dilingkarkan pada sisi lengan Rama. Di balik kemeja batiknya, Rama membusungkan dada dan tersenyum.
"Nanti aku juga yang repot harus menggendongmu jika kakimu sampai keseleo," seru Rama sambil tersenyum jail.
Gita memutar kedua bola matanya malas namun tidak berniat melepaskan pegangan pada lengan Rama.
Mereka berjalan seperti itu bahkan sampai jalanan tidak berbatu lagi. Rama baru membiarkan Gita melepaskan rangkulannya saat mereka sampai untuk menuliskan buku tamu.
Pesta pernikahan Lala diadakan di rumah Lala sendiri. Halaman rumah disulap menjadi area resepsi dengan warna tenda biru dan putih.
Beberapa tamu undangan memenuhi kursi-kursi plastik yang mulai dijejerkan tidak jauh dari meja penyambut tamu.
Gita melirik Rama sebentar, dilihatnya kening Rama penuh kerutan.
Melihat keseharian pemuda di sampingnya, Gita yakin ini pertama kalinya Rama datang ke acara resepsi yang diadakan di rumah.
Mendadak Gita merasa geli, apalagi mengingat Rama bahkan memotong poninya hingga menampilkan keningnya secara sempurna demi acara ini.
Namun Gita sama sekali tidak menyayangkan keputusan pemuda itu.
Menurut Gita, Rama terlihat jauh lebih manusiawi tanpa poni kelewat panjang itu. Sebutan anak punk bahkan ikut hilang bersamaan dengan poni Rama.
Anak-anak kecil yang berlarian ke sana ke mari, membuat Rama terlihat risi. Kali ini Gita yang memimpin Rama berjalan menuju panggung kecil yang terletak di tengah ruangan.
Di atas pelaminan, Lala terlihat menjadi mempelai cantik di balik kebaya pengantin berwarna biru dengan akses kuning menyala.
Senyuman tidak meninggalkan wajah gadis itu sama sekali. Di sampingnya berdiri seorang pemuda yang juga diselimuti kebahagiaan yang sama. Gita menghentikan langkah saat kecemasan tanpa alasan tiba-tiba saja menyelimutinya.
"Yuk, ke sana," seru Rama sambil menggenggam tangan Gita.
"Tunggu. Tunggu.... Apa yang seharusnya kukatakan?" tanya Gita sambil menahan langkahnya dan memandang Rama panik.
Rama tersenyum.
"Tidak semuanya harus direncanakan. Saat sampai di sana kamu pasti tahu apa yang seharusnya kamu katakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Side by Side [SUDAH TERBIT]
ChickLit"Tapi apa sebenarnya yang harus kamu lakukan untuk memenangkan taruhannya?" "Gampang. Kita hanya harus berpacaran." Bagi Rama, masa kuliah adalah masa-masa penuh kebebasan dan waktu untuk bermain-main sepuasnya. Sementara bagi Gita justr...