First

2.1K 129 7
                                    

Daun jatuh ketanah. Menandakan penguasa siang kembali keperadabannya. Sesilir angin yang berhembus menerbangkan surai kecoklatan si gadis lugu. Duduk dibawah pohon besar ditepi sungai. Menikmati cahaya senja yang mulai pudar. Sesekali ia memejamkan mata untuk merasakan terpaan angin yang melaluinya. Gadis yang memiliki nama sederhana, Im Yoona.

'Andai sang angin tahu tentang rasa sakitku. Mungkin akan ku pinta kepadanya untuk terbang membawa kesedihan itu pergi. Kepahitan akan cinta dihati ini terlalu sulit untuk ku tepis..'-batin Yoona.

Drtt drtt

'Yeobseyo' ucap Yoona mengangkat sebuah panggilan dari seseorang.

'Aish kemana saja kau nuna, aku lelah mendengar eomma yang tak bisa berhenti memintaku untuk menyuruhmu pulang.' balas suara orang disebrang (telfon).

'Omo.. Berhentilah memarahiku. Aku akan segera pulang.'sahut Yoona lalu menutup telfonnya dan segera menuju mobil untuk pulang kerumahnya.

Lama melajukan mobilnya Yoona sampai dirumahnya. Memarkirkan mobil mewahnya dibagasi, ia langsung masuk kedalam rumah yang super mewah itu. "Annyeong.. Aku pulang." sapa Yoona sambil memasuki rumahnya. "Aish.. Terlambat pulang?" sahut wanita paruh baya yang tengah duduk disofa ruang tamu dengan menunjukkan raut kesal namun tak ingin marah kepada putri kesayangannya. "Mian eomma." ucap Yoona duduk disamping wanita paruh baya itu dengan wajah memelasnya meminta agar ibunya tidak marah kepadanya. "Dasar anak nakal. Putri eomma yang manja.. Aish." keluh nyonya Im sambari memeluk putrinya yang cantik itu. Yoona terkekeh pelan mendengar perkataan nyonya Im sambil membalas pelukan dari ibunya. Tak lama kemudian mereka melepas pelukan itu "Pergilah kekamarmu. Bersihkan tubuhmu yang kotor itu. Eomma akan menyiapkan makan malam untuk kita." nyonya Im pun pergi melangkah kedapur diikuti Yoona yang melangkah pergi kedalam kamarnya.

Meletakkan tas ranselnya diatas meja dan lalu pergi menghilang kedalam kamar mandi untuk membersihkan badannya. Setelah beberapa menit ia keluar dari kamar mandi dan sudah mengenakan setelan santainya.

Drtt drtt

Ponselnya berbunyi menandakan sebuah pesan masuk.

Kwon Yuri:
'Yoong kau dirumah? Aku kesepian. Boleh aku menginap dirumahmu?'

'Ah ne.. Eomma akan sangat senang jika tahu kau akan menginap. Aku tunggu Yulk..'

'Gomawoyo Yoongie, aku akan segera datang.'

Yoona turun dari kamarnya menghampiri keluarganya yang tengah duduk dimeja makan kecuali nyonya Im yang sedang memasak. "Eomma, Yuri akan menginap malam ini." ucap Yoona kepada nyonya Im lalu duduk dimeja makan "Eoh, baiklah sayang. Sudah lama juga Yuri tidak menginap disini. Eomma merindukan dia." balas nyonya Im langsung melanjutkan acara memasaknya. "Nuna!" teriak Kai lalu segera mendudukan pantatnya dikursi samping Yoona. Melihat tingkah adiknya yang slalu mengagetkannya membuat Yoona gemas "Aish, bisakah kau berbicara dengan nada pelan? Telingaku sakit mendengarnya." ucap Yoona sambil mengacak acak surai adiknya. Melihat tingkah kedua anaknya tuan dan nyonya Im hanya bisa tersenyum. Mengingat Yoona dan Kai yang slalu berulah namun tetap terlihat lucu dihadapan kedua orang tuanya. Nyonya Im pun telah selesai menyusun menu makan malam diatas meja, lalu terdengar suara seorang gadis seumuran dengan Yoona "Annyeong abeojhi, eomoni.." sapa Yuri yang baru datang kepada tuan dan nyonya Im. "Annyeong Yuri, kajja! Duduklah kau pasti belum makan. Kita bisa makan malam bersama." jawab tuan Im yang lama diam membaca korannya. "Ah baiklah abeojhi." balas Yuri lalu duduk di antara Kai dan nyonya Im. Makan malam terasa lengkap karna satu keluarga berkumpul. Ditambah candaan kecil yang dilontarkan oleh Kai dan Yuri membuat makan malam terasa lebih nikmat. "Eoh.. Kau mau tidur dimana Yulk-ya? Dikamar tamu atau tidur bersamaku?" tanya Yoona pada Yuri disela candaan mereka, tanpa berfikir lama Yuri langsung menjawab "Tentu saja bersamamulah Yoongie, aku tak mungkinkan menginap hanya untuk tidur sendiri." Makan malampun berakhir. Mengingat hari yang sudah mulai larut Yoona dan Yuri langsung masuk kekamar.

Menghempaskan tubuh mereka diatas tempat tidur yang tidak terlalu besar. Menghela nafas pelan "Yoongie kau tahu? Aku slalu meresa kesepian karna orang tuaku yang mesti sibuk oleh pekerjaan mereka diluar negri. Namun saat aku menginap disini, bahkan abeojhi dan eomoni dengan senang hati menerimaku. Mereka menyayangiku juga walau aku bukan anak mereka. Aku slalu iri padamu Yoong. Kau bisa punya orang tua yang menyayangimu, meluangkan waktunya untukmu dan juga ditambah adik seperti Kai yang lucu. Beruntungnya kau yang memiliki mereka." tutur Yuri panjang lebar akan perasaannya terhadap kehangatan yang dimiliki keluarga Yoona. "Aish.. Kwon Yuri. Kenapa tiba tiba saja kau berkata seperti itu. Kau juga keluargaku. Eomma dan appa sudah menganggapmu anak mereka jadi tentu aku sudah menganggapmu saudaraku sendiri. Kau akan slalu diterima dikeluarga ini dirumah ini Yulk. Jika kau merasa sepi menginaplah disini sampai orang tuamu kembali." jawab Yoona yang juga panjang.

'Yang tak aku miliki hanya seorang kekasih Yulk. Kekasih yang tulus mencintaiku..'

Mereka berdua menatap lurus keatas. Tanpa sadar mata mereka tertutup dan terlelap pergi kealam mimpi.

Pagipun tiba. Cahaya sang mentari menembus kaca pintu yang mengarah kebalkon membuat Yoona dan Yuri terbangun dari mimpi indahnya. Jarum jam yang menunjukkan pukul 7, tanpa menunggu mereka berdua bergantian untuk mandi. Setelah selesai mereka turun menuju meja makan. "Ah kalian sudah cantik saja pagi pagi ini. Kemarilah nak." ucap nyonya Im dengan senyuman diwajahnya. "Dimana appa dan Kai eomma? Apa mereka sudah pergi lebih dulu?" tanya Yoona yang tak melihat keberadaan tuan Im dan adiknya. "Ne.. Appa mu tadi mendapat panggilan dari kantor jadi harus segara pergi, sedangkan adikmu dia pergi pagi karna takut ketinggalan bis." jelas nyonya Im kepada putrinya. Yoona dan Yuri hanya menghabiskan selembar roti tawar dan juga segelas susu. Setelah menyantap sarapan, merekapun berpamitan kepada nyonya Im "Eomma kami pergi dulu." ucap Yoona sambil memeluk ibunya. "Eomoni sebelum pergi bolehkah aku memelukmu?" tanya Yuri pada nyonya Im tanpa ragu "Ah tentu saja Yuri. Kau juga sudah seperti putriku sendiri. Kemarilah." tutur nyonya Im sambari memeluk tubuh Yuri. Mendengar perkataan nyonya Im membuat senyuman berkembang diwajah manis Yuri. Dia merasa senang karna nyonya Im sudah menganggapnya seperti putri sendiri.

Setelah berpamitan, merekapun langsung pergi keluar memasuki mobil mewah yang berada digarasi. Yoona melajukan mobil dengan tenang dan Yuri yang ada disampingnya. Beberapa menit kemuadian mereka sampai dikampus. Memarkirkan mobil lalu beranjak keluar. Namun saat mulai berjalan mereka melihat sesuatu yang membuat langkah mereka berhenti. Ah tidak, sebenarnya langkah Yuri yang pertama berhenti "Ah Yoongie, kita lewat sana saja. Aku malas lewat situ." ucap Yuri yang tiba tiba menarik pergelangan tangan Yoona pelan. Yoona yang sedang asik dengan ponselnya, refleks malah melihat kedepan dan tak sengaja melihat seorang pria yang sedang menggandeng tangan seorang wanita. Dug! Hati Yoona merasa sakit melihat itu. Tanpa sadar matanya mulai memerah. Dan tak butuh waktu lama Yuri melangkah menariknya pergi dari sana menuju halaman belakang kampus. Duduk disebuah kursi panjang. "Sudahlah Yoong, kumohon lupakan dia. Jangan pernah menangisinya lagi." ucap Yuri sambil menggenggam tangan Yoona. Hening. Karna Yoona tak kunjung menjawab perkataan Yuri. Melihat sahabatnya yang begitu terpuruk membuat hati Yuri sakit. Dia tahu bahwa Yoona sulit melupakan pria itu. Yoona sangat mencintainya tapi kenyataannya cinta Yoona sudah dipatahkan karna pria itu lebih memilih seorang wanita yang sexy dibandingkan Yoona dengan tampilan simplenya.

Hiks

Yoona menoleh dengan cepat kearah Yuri. Dia melihat Yuri yang menangis. Dengan cepat ia mengangkat wajah sahabatnya, menyeka air mata yang membasahi pipi Yuri dengan kedua tangannya. "Yulk kenapa kau menangis? Gwenchana.. Sudahlah berhenti menangis."

"Ak.. Aku hanya tak bisa melihatmu seperti ini Yoong. Hatiku merasa sakit melihat kau yang begitu mencintainya. Kau tahu kau sudah dihianati olehnya tapi kenapa kau masih saja mencintai laki laki brengsek seperti dia? Yoong.. Masih banyak laki laki lain yang lebih baik dari dia. Lebih bisa menghargai cintamu. Kau gadis yang baik Yoong dan kau juga pantas untuk mendapatkan yang terbaik pula.." ucap Yuri lirih kepada Yoona. Mendengar apa yang dikatakan oleh Yuri, Yoona sadar bahwa dia juga berhak bahagia. Walau sulit baginya melupakan pria yang ia cintai tapi dia juga sudah lelah merasakan sakit yang berkepanjangan ini. Tanpa ragu ia memberanikan diri untuk menjawab perkataan Yuri "Hmm.. Baiklah, akanku coba melupakan dia untukmu Yulk. Aku janji. Jadi kumohon jangan menangis lagi."

'Walau sulit tapi mungkin ada benarnya. Akan ku coba melupakannya Yulk. Itu aku lakukan hanya untukmu. Kau tahu? Aku sangat menyayangimu'-batin Yoona

Mian kalo critanya ngebosenin kurang seru. Apalah daya athor yang baru pemula. Hahaha athor harap kalian suka.. 💜

Jangan lupa buat Voment. Wajib!

OwnedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang