29:: Perpisahan

1.2K 68 23
                                    

"You never need me to be more colorful, because you have a lot of colors which can make another people around you to be happy."

***

Zevan

Sekarang, aku sudah tidak bisa lagi melihatnya. Tidak bisa lagi menikmati waktu bersamanya. Tidak, semua itu sudah tidak bisa aku ulangi.

Sebab, aku sendiri yang lebih dulu pergi.

Aku telah membuat keputusan besar setelah hari-hari yang telah kami lewati. Semua kebahagiaan, semua kenangan, kini harus aku simpan sendirian agar rindu yang kerap kali aku rasakan tidak akan mencekikku ketika berada jauh darinya.

Di dalam pesawat ini, aku terbang dengan sepucuk surat yang sudah aku tinggalkan sebagai salam perpisahan. Aku menulis sesuatu di sana, tapi tidak semua. Masih ada beberapa pengakuan yang masih aku simpan sendiri, seperti 'aku mencintaimu, Lova' dalam hatiku. Jujur saja, aku tidak ingin membebaninya dengan pengakuan itu. Mungkin saja ia bisa terluka karena saat aku sudah mengaku, namun ragaku tidak lagi di sampingnya.

Atau lebih tepatnya, kita tidak akan pernah kembali bersama.

Itu adalah fakta yang menyakitkan.

Ternyata meninggalkan Lova seperti ini jauh lebih menyakitkan daripada bersandiwara seperti kemarin--hari terakhirku bersamanya. Hatiku terasa sedang dicabik-cabik menjadi potongan-potongan kecil dan entah bisa disatukan kembali atau tidak. Rasanya sangat sakit, perih, dan sangat menyesakkan. Aku bahkan tidak mampu bernapas dengan benar sekarang.

Tidak ada kata lain yang bisa mewakili perasaanku saat ini, selain kata menyesal. Aku benar-benar ingin terus bersama gadis itu, aku ingin menjaganya, makan siang bersamanya, memeluknya, menasehatinya, atau pun menghabiskan jam istirahat bersamanya. Bahagiaku sesederhana itu, hanya bersama dirinya.

Namun, mungkin setelah ini aku tidak yakin bisa tersenyum lebar karena separuh kebahagianku sudah aku tinggalkan di tempat yang jauh. Aku hanya pergi membawa setengah hatiku juga rindu yang selalu menggebu. Seperti itulah aku mencintai Lova, sangat dalam sampai-sampai terasa sesak.

Aku menoleh ke arah jendela pesawat, berusaha menahan diriku sendiri untuk tidak kembali menemui gadis itu. Tidak, keputusan sulit sudah aku pilih, jadi kehilangan gadis itu untuk sementara waktu adalah risiko yang harus aku tanggung. Seberapa pun jauh aku akan pergi, hanya ada satu gadis yang aku cintai. Tak peduli bagaimana nanti, yang jelas Lova adalah hal yang paling aku inginkan di dunia ini untuk kumiliki sendiri.

Samudra yang aku lihat di bawah seperti saksi akan janjiku yang baru. Memang aku sudah melanggar janji untuk selalu bersamanya, tapi aku masih memiliki janji untuk menjadikannya satu-satunya perempuanku. Tunggu saja, ketika semua keadaan kembali pada tempatnya, saat itu tiba aku tidak akan pernah pergi untuk yang kedua kalinya.

Aku adalah objek pelampiasannya,

Aku adalah obat dari rasa sakitnya,

Dan aku juga orang yang membuat ia kembali tertawa.

Jadi cukup adil bila aku ingin menyembunyikan gadis itu hanya untuk diriku.

Namun sebuah pertanyaan terlintas dalam benakku. Tapi kalo Lova udah nemuin kebahagiaannya sendiri, jauh sebelum gue dateng mengakui perasaan, akankah semua hal berjalan seperti yang gue mau?

Aku tidak bisa menjamin bahwa gadis itu juga sedang menungguku. Bahkan tentang perasaanku saja, mungkin dia masih belum tahu yang sebenarnya. Lalu apa mengharapkan dia adalah suatu kejahatan? Sebab, mungkin cuman ada satu pihak yang mencintainya--aku, sedangkan ia tidak.

The Promise [New Version] | COMPLETE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang