New Feelings

29 5 0
                                    

Hujan masih mengguyur kota. Meskipun begitu keramaian dan hiruk pikuk kota Jakarta tidak pernah surut. Aktivitas penduduk ibu kota tetap berlangsung sekalipun hujan turun dengan derasnya dengan iringan petir. Pun tak terkecuali Kaela yang duduk di balik jendela mengamati setiap bulir air hujan yang turun dan menimbulkan embun.

Hari ini pikirannya dibuat bingung oleh suatu hal. Dan sesuatu tentang orang-itu. Ya. Seseorang yang sudah 2 minggu ini berhubungan dengannya melalui sebuah media sosial. Kaela tau benar, bahwa mama dan papa selalu melarangnya untuk berkenalan dengan orang lain melalui dunia maya. Tapi apa boleh buat, ia terlanjur mengenal Galang melalui kontak Blackberry messenger.

Yang lebih membuatnya bingung adalah hari ini, cowok itu mengajaknya untuk bertemu di suatu tempat. Meskipun ia sama sekali penasaran dengan bagaimana wajah dan juga gestur Galang, namun peringatan Mama kapan hari berhasil mengurungkan niat dan rasa penasarannya. Mama berdalih bahwa beliau takut kalau-kalau Kaela jadi korban penculikan atau lebih parah menjadi korban pemerkosaan. Itu akan jadi sebuah hal terburuk seandainya benar-benar terjadi.

Namun di sisi lain hati Kaela mengatakan bahwa Galang bukan cowok yang kurang ajar atau malah b*j*ng*n seperti yang divisualisasikan oleh Mama. Hal itu terbukti dari cara Galang yang humoris dan selalu bisa menghibur Kaela ketika cewek itu sedang merasa unmood. Apapun alasan yang akan diajukan oleh Kaela kepada Mama, wanita itu akan tetap menolak jika Kaela memaksa akan menemui Galang. Teman baru putrinya yang dikenal melalui dunia maya. Mama tidak mau mengambil sebuah keputusan yang akan berakibat fatal.

Kaela menghela napas.

PING!!!

Notifikasi baru membuat lamunannya memudar dan beralih perhatian kepada sebuah ponsel putih yang tergeletak di dekat sikunya. Ekspresi wajahnya berubah seketika, saat mengetahui bahwa notifikasi itu adalah pesan dari Galang.

Iya Gal? Ada apa?

Jadi ketemu?

Astaga Galang! Gue hampir bisa lupa soal itu gara-gara ocehan Mama. Sekarang dia malah ingetin lagi.

Rengek Kaela dalam hati.

Aduh gimana ya Lang?

Galang is typing a message...

Sejujurnya Kaela merasa tidak enak hati kalau harus bilang yang sebenarnya. Karena baik ia atau Galang sudah menyepakati jadwal pertemuan mereka jauh-jauh hari sebelum akhirnya Mama menangkap basah isi pesan Galang yang mengajak Kaela bertemu. Meski Kaela juga berusaha menjelaskan bahwa Galang sekedar teman-biasa. Mama malah naik darah dan marah meledak-ledak.

Loh kok gimana? Kemarin kita udah sepakat kan? Ketemu dimana dan jam berapa?

Duarr! Galang seperti bisa membaca apa yang dipikirkan oleh Kaela barusan. Kaela jadi kalang kabut dan bingung bagaimana menjawab pesan dari Galang. Cewek itu berusaha mati-matian menahan rasa gugup yang semakin memuncak. Bahkan sekalipun ia tau se-gugup apa dia, Galang tidak akan bisa melihatnya.

Aku ada urusan di kampus Lang. Dadakan bgt dosennya.

Sebuah kalimat kebohongan itu meluncur begitu saja dari ketikan jari Kaela. Pesan sudah terkirim. Entah cewek itu harus merasakan lega atau was was karena telah menemukan alibi yang tepat, atau malah alibi yang melenceng.

Kamu kan kemarin bilang kalau hari Jum'at gk ada jam kuliah?

Demi apa lu Langggg!!
Seperti mengutuk otaknya yang super lemot, Kaela sadar kalau memang alibi yang ia katakan tadi adalah sebuah alibi yang sangat buruk! Galang akan menganggapnya sebagai cewek pembohong kelas teri sebentar lagi. Ia baru ingat jika jadwal kelas kuliahnya selesai sampai hari Kamis saja.

Love In a Cup of MatchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang