Tidak ada gading yang tak retak. Begitu kata pepatah. Dan kalimat pepatah itu juga yang selalu terngiang dalam pikiran seorang cewek yang sekarang sedang duduk termenung di gazebo kampus. Sudah beberapa minggu ini ia dibuat geram oleh makhluk yang disebut cowok. Pikirannya dibuat bekerja 2 atau bahkan 3 kali lebih keras karena seorang cowok.
"Ih kesel banget!" Rutuk cewek yang bernama Atcha itu sampil mengacak-acak rambutnya gemas.
"Pagi-pagi udah gajelas aja sih Cha. Kenapa?" Tegur seseorang di belakang Matcha tiba-tiba.
"Tuh Fel, si Alven bikin gue kesel tau gak!"
"Emangnya Alven kenapa?"
"Tau! Kerjaannya bikin kesel mulu tuh orang." Tukas Atcha gusar sambil mulai merapikan rambutnya yang berantakan.
"Gausah terlalu dipikirin deh. Pikir aja kuliah yang tugasnya mulai seabrek Cha-"
"Udah mendingan balik ke kelas aja. Ngapain juga di sini sendiri, uring-uringan ga jelas. Disangka gak waras lu lama-lama." Lanjut Felly lalu menarik tangan Atcha untuk segera menuju kelas.Dan seperti dugaan Atcha banyak pikiran tentang si Alven akan memperburuk kondisinya ketika jam kuliah sedang berlangsung. Alhasil Atcha malah tidak bisa menangkap informasi apapun yang disampaikan oleh dosen. Cewek itu menghela napas.
PING! Satu notifikasi baru muncul di layar ponselnya. Matanya melirik sesekali ke arah benda itu. Alven memperbarui status BBM. Pikir Atcha jengah.
"Kenapa lagi ini anak?"
Mau tidak mau karena rasa penasarannya yang lebih mendominasi, ia akhirnya mengintip juga status Alven. JRENG!!! Cowok itu memperbarui statusnya tentang seorang temannya. Lebih tepatnya teman yang dianggap "lebih dekat" namun masih dalam tahap wajar.
"Apa-apaan ini?" Pekik Atcha.
"Kenapa sih Cha? Lu heboh mulu dari tadi?" Tanya Felly sesudah menyikut pelan lengan Atcha.
"Emang cowok itu sifatnya sama aja ya? Suka caper!" Bisik Atcha.
Cewek itu menyodorkan ponselnya yang sedang menampilkan status BBM Alven. Sedetik kemudian Felly menahan tawa.
"Kok malah pengin ketawa sih? Apanya yang lucu?"
"Ya elo tuh Cha terlalu overprotektif. Orang cuma status ginian."
"Nih statusnya 'Winda centang terus chat ke kamu!' berarti mereka sedang chattingan dong?" Tukas Atcha gemas nyaris ingin menyubit pipi gembul Felly.
"Ya bisa aja mereka kontak cuma masalah tugas kuliah? Mending elo bicarain aja masalah ini sama Alven."
Beberapa patah kalimat yang diucapkan oleh Felly terdengar benar. Tidak ada salahnya jika dia membicarakan masalah ini secara empat mata dengan Alven. Toh selama ini mereka tidak pernah membicarakan masalah serius. Setidaknya kali ini Atcha bisa menenangkan pikirannya sejenak. Agar bisa lebih fokus pada pelajaran.
Namun ingatannya kembali memutar kejadian dimana Alven dengan sangat antusias membicarakan tentang Winda. Teman Alven satu kelas yang berhasil membuat pikiran dan hati Atcha terbakar seketika. Terlebih saat Alven menceritakan sifat-sifat cewek itu yang manja, dan lebih parah bahkan Alven pernah menyukainya. Atcha harus segera menemui Alven. Ia tidak ingin masalah ini akan melebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In a Cup of Matcha
Teen Fiction"Dingin atau hangat matcha itu aku tetap menyukainya"