Rumah berdesain kuno khas korea yang berpadu dengan nuansa modern tampak terlihat mengesankan. Dengan atap yang menjulang tinggi, serta menggunakan bahan dasar dari alam yaitu kayu mencerminkan kesederhanaan sang empu rumah. Namun perpaduan konsep modern yang disisipkan antara nuansa klasik korea membuat rumah itu terlihat mewah tanpa meninggalkan ciri khas balutan kesederhanaan yang diusung.
Rumah yang indah, siapapun yang pernah melihat rumah itu pasti akan setuju dengan pendapat itu. Sang empu rumah itu juga tak kalah mengesankan dari rumahnya. Seorang perempuan sederhana namun dipenuhi kemewahan. Perempuan itu tinggal bersama dengan seorang suami yang sangat mencintainya, dan dari kisah cinta mereka terlahirlah seorang namja tampan yang sangat baik hatinya.
"Siwon, kamu tidak sarapan terlebih dahulu?" Perempuan yang hampir berumur setengah abad itu menegur putra semata wayangnya yang tampak terburu-buru untuk berangkat ke kantor.
Namja tampan itu menghampiri perempuan yang sangat disayanginya. "Aniyo, Eomma. Aku sudah sangat terlambat, bagaimana mungkin di hari pertamaku menjadi Direktur aku datang terlambat. Itu adalah contoh buruk bagi semua karyawan, belum lagi profesionalitasku sebagai anak dari seorang Presdir akan runtuh seketika gara-gara keterlambatanku."
Eomma siwon tersenyum melihat tingkah putranya yang tak pernah berubah. Walaupun, sudah lima tahun siwon tinggal di Amerika untuk menyelesaikan studinya, tapi siwon tetap menjunjung tinggi budaya ketimuran yang selalu patuh pada perintah orang tua.
"Geurae, Sajangnim. Josimhaseyo (hati-hati)!" Eomma siwon menyambut kecupan hangat dari putranya. Ia menyadari sudah lima tahun siwon tidak pernah mengecup pipinya, sekali lagi ia harus tersenyum bahagia karena putranya masih seperti siwon kecil tak pernah berubah bersikap manja dan hormat pada ibunya.
***
Hari ini cuaca di kota Seoul sangat cerah. Secerah hati sang namja tampan yang sedang sibuk dengan kemudinya, membelah kemacetan kota Seoul di jam-jam sibuk dengan rutinitas masing-masing. Ada beberapa gerombolan pria berkemeja dengan membawa tas jinjingnya yang sepertinya akan berangkat ke kantor, ada gerombolan pelajar yang mengenakan seragam khas pelajar yang sudah dipastikan akan pergi ke sekolah, dan masih banyak orang-orang yang sibuk berlalu lalang, membuat suasana kota Seoul di pagi itu semakin padat.
Setelah ia menguji kesabarannya dengan bermacet-macet ria, akhirnya ia sampai ditempat tujuannya. Sebuah gedung menjulang tinggi nampak megah terpampang dengan nama perusahaan yang tertulis di tengah-tengah gedung tersebut 'Choi's Group'. Sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang bisnis perdagangan terbesar di korea dengan nama pasarnya 'Choi's Mart', selain bisnis perdagangan, perusahaan itu juga merambah ke bisnis perhotelan dengan nama 'Choi's Hotels'.
"Selamat Datang, Sajangnim" Seorang namja yang masih sangat muda dan tampan menyapa siwon.
"Hyung, sejak kapan kau berbicara formal padaku?" ucap siwon tampak tak suka dengan panggilan formal yang diberikan oleh namja tampan yang bernama Minho.
"Ini kantor siwon, aku harus memanggilmu dengan Sajangnim. Kecuali aku berniat dipecat sebagai Busajangnim (wakil direktur) disini." Minho dan siwon sama-sama terkekeh dengan gurauan Minho.
Minho atau Lee Min Ho memang sudah dianggap seperti kakak kandung oleh Siwon. Minho adalah anak dari Ahjumma yang bekerja dirumah Siwon sejak sebelum siwon terlahir ke dunia. Dengan jarak usia lebih muda dua tahun dari Minho, Siwon dan Minho sangat dekat. Apalagi Minho adalah hyung yang baik dan sangat menyayangi siwon. Setelah selesai kuliah Minho sudah dipekerjakan di perusahaan Appanya Siwon. Karena itu, ia ditugaskan sebagai Wakil direktur untuk mengajari siwon tentang seluk beluk perusahaan yang akan diwariskan kepadanya kelak.
***
Siwon memasuki ruang kerjanya yang berukuran 10 x 10 meter. Ruang kerja yang cukup besar dan nyaman, dilengkapi dengan sofa minimalis tapi terkesan mewah yang bisa digunakan untuk menjamu tamu. Lalu, dibagian tengah terdapat meja kerja yang tertata sangat rapi, di atas meja kerja terdapat sebuket bunga Lily berwarna putih dengan secarik kertas tertempel disana, "Selamat Datang, Sajangnim☺☺☺"
"Itu dari Yoona, Sekretarismu" ucap Minho membuat siwon mengerutkan keningnya tanda tak terlalu paham dengan perkataan Minho, karena sedari tadi ia tak melihat orang lain diruangan ini ataupun diruangan depan yang memang diperuntukkan untuk sekretaris. Lalu kemana sekretarisnya? Bukan seharusnya ia berada disini untuk membantu pekerjaannya.
"Dia sedang ijin ada urusan dengan Presdir. Sebentar lagi juga dia akan kembali" Ucap Minho lagi mematahkan kebingungan Siwon. Siwon hanya mengangguk, tatapannya masih terfokus pada Bunga Lily putih diatas meja kerjanya.
Bunga Lily Putih mengingatkannya pada sesosok gadis kecil yang sangat manis. Dulu, ia pernah diberi bunga lily putih oleh gadis kecil itu. Gadis itu bercerita bahwa bunga lily putih adalah tanda sebuah persahabatan dan kesucian. Bahkan, sampai detik ini bunga lily putih itu masih disimpannya, walau bentuknya sudah mengering. Tapi, ia berusaha menyimpan Bunga lily putih kering itu, karena pemilik Bunga lily putih kering itu sangat berharga dihatinya. Ah, kemanakah gerangan gadis kecil itu, ingin sekali ia kembali bertemu dengannya. Tapi, siwon tak mengetahui keberadaannya.
"Jangan kau lihat terus bunga Lily itu, karena pemilik bunga itu lebih cantik dari bunganya. Kau pasti akan tertarik, dia sesuai dengan seleramu" Lee Min Ho tampak menggoda Siwon, tapi Siwon tak menghiraukan godaan Lee Min Ho. Fokusnya beralih ketumpukan file diatas meja yang harus segera dipelajari, itu tujuan awalnya disini yaitu untuk bekerja. Bukan untuk mencari perempuan, karena ia sudah memiliki Yeojachingu yang sangat cantik.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Memorable
ФанфикCintaku seputih bunga lily, suci dan murni.. Tapi, aku tak ingin seperti bunga lily putih, yang hanya sekedar sahabat bagimu.. Aku ingin kita bersama, menciptakan kenangan baru tentang kita..