4

384 24 2
                                    

Jreng. Gak kerasa besok udah tanggal 1 Agustus. Berarti...

"Ra, inget, lusa ke reuni SD-nya bareng gue, ya." Rayi mengingatkan gue dengan cengirannya yang— Lucu? Eh apaan sih gue. Orang gak jelas kayak begitu masa iya lucu. Tapi setiap gue menatap matanya, gue malah keinget lagi sama bocah yang pernah nolongin gue waktu kecil.

"Iye iye," jawab gue males.

"Oya, alamat lo dimana?" Dia mengambil pulpen dari kantongnya dan bersiap nulis di tangannya.

"Kepo lo."

"Wah nyolot. Gece dimana? Besok biar gue jemput lu."

"Tanya Karen aja, gih."

Rayi menggerutu dan menghampiri Karen yang lagi ngobrol sama Juan. Beneran pdkt tuh si Karen sama Juan. Wahai kantong, bersiaplah untuk mendapat uang dari Karen dan Juan.

Beberapa menit kemudian, Rayi udah berdiri di samping meja gue, "Besok jam sepuluh gue jemput."

"Sip," jawab gue singkat.

"Satu lagi, gue baru tau rumah lo sama rumah gue beda 2 rumah, doang." Rayi kembali duduk di tempatnya karena bel udah bunyi.

Otak gue masih mencerna apa maksud perkataannya tadi. Apa jangan-jangan.. Dia tetanggan sama gue?! WANJIR, SERIUS NIH RAIHAN TETANGGAAN SAMA GUE? Kalo bener, serius gue baru tau dia tetangga gue.

Bel istirahat bunyi. Secepat kilat gue menarik tangan Karen dan membawa dia ke kantin.

"Ren, seriusan deh, gue baru tau kalo Rayi rumahnya sedeket itu sama rumah gue," cerocos gue.

"Reaksi Rayi begitu tau alamat rumah lo, juga sama kayak lo." Karen cekikikan.

"Padahal, hampir setiap gue pulang dari rumah lo, gue ketemu si Raihan," lanjut Karen.

"Kenapa lo gak ngasih tau gue?" tanya gue sinis.

"Gue mau lo dan dia tau dengan sendirinya," sahut Karen sambil menikmati jus melonnya.

"Cih, gaya banget bahasa lu," kata gue.

"Emang bener, sih," kata dia sebal.

"Wah, Karen lagi sebel. Tadi gue cuma bercanda. Elah, Ren, jangan ngambek dong," rayu gue.

"Siapa yang ngambek?"

"Elo."

"Iya ya? Lo aja kali lebay. Ngira gue ngambek."

"Iya. Parah. Yaudahlah, gue ke kelas duluan, ya."

Gue gak ke kelas. Gue malah ke kolam ikan, tempat yang sering gue datengin kalo lagi bosen. Belom ada orang yang tau kalo gue sering kesini. Bahkan Karen pun belom tau.

Pas sampai disana, gue langsung duduk di pinggiran kolam. Tempatnya tuh sepi, tenang.

"Lo ngapain kesini?" Suara berat milik Rayi memecahkan ketenangan yang ada disini. Rusuh emang, ini anak.

"Suka-suka gue, dong. Masalah?" Sahut gue.

"Enggak, sih. Cuma jarang aja ada orang yang kesini." Raihan ikut duduk di pinggir kolam.

"Emang. Justru itu gue kesini," kata gue.

"Gue suka ngeliat air. Begitu ngeliat air, perasaan gue seketika jadi tenang kayak air. Beban yang lagi gue panggul, rasanya lebih ringan begitu liat air." Rayi ngomong panjang lebar sambil melihat air dan ikan-ikan yang ada di kolam itu.

Tapi apa yang diomongin sama Rayi, gue setuju banget. Gue juga suka ngeliat air. Dan alesannya juga sama kayak dia. Coincidence.

"Ternyata orang eksis kayak lo, juga suka ketenangan, ya?" Goda gue.

"Lo jangan kasih tau siapa-siapa kalo gue sering kesini, oke? Entar yang ada tempat ini malah rame."

"Siap. Gue lagi males berantem sama lo, Ray."

"Bagus. Btw, inget, besok jam sepuluh gue jemput."

Bel bunyi. Gue mengangguk cepat dan langsung duluan lari ke kelas. Lucu juga ya, seorang Raihan sering ke kolam ikan. Tapi gue gak pernah liat dia pas kesini. Aneh.

TrickyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang