8

394 21 9
                                    

HALO! dipart ini gue mau bikin Raihan point of view-nyaa dongg /pamer. entah kenapa gue lagi pengen ganti sudut pandang aja hehe. tapi maaf ya cuma dikit. selamat membaca!

————————————————————————————————————

RAIHAN


Hari Minggu gini emang paling enak buat tidur seharian, deh. "ATA, BANGUN!" Tiba-tiba Mama udah ada di samping tempat tidur gue.

"Hari Minggu, Ma. Sekolah libur," bales gue sambil menutup telinga pakai bantal.

"Ih, kamu kebo banget, sih. Tolong anterin ini dong ke rumah Tante Vina. Kamu tau, kan, rumahnya yang mana?" tanya Mama.

Dengan terpaksa gue bangun, karena gue itu anak yang patuh pada orang tua. Hiah, bahasa gue keren amat. "Enggak. Orangnya aja Ata nggak tau, Ma," jawab gue sejujurnya. Btw, yang panggil gue Ata cuma keluarga sama temen yang bener-bener deket doang.

"Dasar. Rumahnya tepat dua rumah sebelah kiri rumah kita," Mama ngasih bungkusan ke gue. "Udah, cepetan sana mandi, terus kasih bungkusannya," lanjut Mama.

"Bukannya itu rumah si Kak Faris, Ma?" tanya gue.

Mama membuka pintu kamar dan menjawab, "Ya, emang. Faris itukan anaknya Tante Vina, Ata."

Yah, gagal deh rencana gue buat tidur seharian. Entar sekalian main di rumah kak Faris ajalah. Gue beranjak bangun, tapi males mandi. Gimana dong. Oh iya pake parfum aja.

Sampailah gue di depan rumah Kak Faris, dan langsung disambut sama Tante Vina. "Permisi, Tante. Ini ada titipan dari Mama saya. Ngomong-ngomong Kak Faris ada nggak, Tante?"

"Makasih, ya. Ada kok, langsung aja ke kamarnya, Raihan," kata Tante Vina ramah. Gue cuma membalas dengan senyum.

Gue lari ke kamar Kak Faris, lalu membuka pintunya dengan di banting. Jadi niatnya mau ngagetin dia gitu. "HAI, KAK FARIS! GUE DENGER-DENGER LO JADIAN SAMA SARAH TEMEN SEKELAS GUE, YA! PEJE BOLEH DONG!" teriak gue.

"EH GILA. SUARA LO GAK USAH SETOA ITU JUGA KALI, TA," bales Kak Faris gak kalah toa. Nah, Kak Faris ini juga salah satu yang panggil gue Ata, dia sohib gue. Selain itu, gue dan dia itu kayak udah kakak-adek.

"ITU LO NGOMONG JUGA KAYAK PAKE TOA KAK," jawab gue.

"Oiya, ya. Lupa gue," Kak Faris nyengir kuda.

Suddenly, pintu kamar Kak Faris kebuka. "Berisik! Gak usah pake teriak-teriak. Ganggu orang tidur. Terus siapa lagi tuh pake ikutan teriak juga. Bilangin ke siapapun itu yang ada di kamar lo, Kak, kalo hari Minggu jangan namu kesini. Rumah kita gak menerima tamu di hari Minggu."

Itu Kinara. Gila. Gue shock. Dia tiba-tiba aja ada disini dan langsung ngomong panjang lebar dalam satu tarikan nafas. Wow. Oh iya, gue baru inget dia emang tinggal disini. Tapi bener-bener gila, gue baru nyadar kalo dia itu adeknya Kak Faris.

"Agatha, lo nafas dulu mendingan. Langsung nyerocos tanpa jeda gitu. Dan, sejak kapan di rumah ini berlaku peraturan kayak begitu?" tanya Kak Faris.

"Sejak sekarang," jawab Kinara dan meninggalkan kamar ini.

Kak Faris menoleh ke gue, "Maaf, ya, tadi itu adek gue. Dia emang gitu, hobby tidur dan paling gak suka kalo diganggu pas tidur."

"Iya, gue kali yang salah. Teriak-teriak gak jelas di rumah orang. Tapi, kok gue setiap kesini gak pernah liat dia?"

"Dia sering ke kafe deket sekolahnya dulu atau nggak ke rumah temennya. Dia juga kelas 11 IPA kok. Tapi gatau deh IPA berapa. Kenal?"

"Kenal. Temen sekelas gue, dia. Eh, lo jadian sama Sarah nggak ngasih tau gue. Jahat, dih, sohib apaan tuh kayak gitu," kata gue mengalihkan topik.

TrickyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang