Titik Cahaya

24 5 0
                                    

Tuhan masih menginginkan ku untuk terus hidup, karena Tuhan mengetahui apa yang salah dan memperbaiki semuanya. Ibarat sebuah cermin bila telah jatuh dan remuk, direkatkan kembali oleh sebuah lem, tetap saja ada bekas yang terlihat disitu, tidak akan kembali mulus seperti semula. Begitupun cerita hidupnya, dimana ada pengkhianatan dan sebuah fitnah, kepercayaannya tidak akan penuh kembali seperti dulu, akan selalu ada bekas yang menggores disana.

"Saya merasa takjub terhadap anda, tubuh anda seperti memiliki kekuatan untuk menepis semua kesakitan yang anda terima. Anda telah melewati beberapa masa kritis dengan sisa energi anda. Apa yang membuat anda semangat untuk sembuh dari penyakit yang cukup berat ini?" Mereka sedang berbincang di ruang kamar yang Kenzo tempati.

"Alhamdulillah Dok, Tuhan masih menyayangi saya, Tuhan masih ingin saya hidup. Dan penyemangat saya untuk tetap hidup seperti ini adalah wanita itu Dok." Lirikan itu tertuju pada seorang wanita yang sedang tertidur di kursi.

"Saya juga melihat dia sering cemas, khawatir saat anda terbaring lemah. Dia kekasih anda?"

"Bukan Dok, dia teman masa kecil saya. Kami baru bertemu kembali setelah 10 tahun saya memutuskan untuk menghilang dari hadapannya." Senyuman dan tatapan itu selalu dia pancarakan pada wanita itu.

"Cukup lama tidak bertemu kalau begitu." Dokter senan tiasa mendengarkan curahan hatinya, untuk mengadaptasikan kembali ingatannya yang setengah hilang.
"Iya. Saya sangat merindukan nya Dok. Selama 10 tahun saya mengumpulkan keberanian untuk menghadapinya lagi, saya berjanji ketika usia saya telah 18 tahun saya akan membalas suatu masalah yang melibatkan saya pada masalah yang membelitkan saya pada masalah itu. Dan saya sekarang telah 18 tahun, saya berusaha untuk bangkit dan kuat karena wanita itu, Annisa Nurul Dok. Dia yang menguatkan saya pada masalah yang harus di selesaikan, tanpa adanya dia dalam hati dan pikiran saya mungkin saya tidak akan bisa bertahan hidup sejauh ini." Senyuman bercampur binar dalam matanya menyembunyikan kepedihan yang sangat mendalam pada hatinya.

"Sepertinya anda memiliki masalah yang rumit. Maaf, bukan saya ingin tahu masalah anda, namun ini akan membantu saya memulihkan kembali ingatan anda secara perlahan, karena benturan itu ingatan anda sedikit hilang karena syok yang sangat besar." Dokter akhirnya duduk dekatnya.

"Tak apa Dok, ini akan meringankan beban dalam hati saya selama 10 tahun, saya tidak pernah mencurahkan kepedihan ini pada siapapun."

"Ya sudah. Keluarkan apa yang anda rasa itu berat untuk dipendam sendiri." Dokter setia menunggu Kenzo untuk mencurahkan bebannya, meskipun itu tidak semuanya.

"Dulu saya itu memiliki 2 sahabat, saya sangat dekat dengan mereka berdua. Suatu hari, Raka yang tertua dari kami membawa adiknya untuk bermain bersama kami yaitu wanita itu, Annisa Nurul, dan hari itu pun saya merasakan hal aneh pada hati saya, meskipun waktu itu saya masih kecil dan belum mengerti apapun tentang perasaan, namun rasa itu melekat hebat pada hati saya. Seiring berjalannya waktu, saya mempelajari dan telah mengerti rasa itu, saya memiliki rasa yang luar biasa untuknya bukan rasa sebagai teman biasa namun rasa yang lebih dari teman. Saya merasakan bahwa dia juga memiliki rasa yang sama seperti apa yang saya rasakan, terlihat dari sifat dan sikap yang berbeda bila sedang bersama saya." Binar dari matanya menandakan bahwa dirinya memiliki kepedihan yang sangat dalam.

"Lalu, apa masalah nya?" Dokter tidak ingin tahu lebih dalam apa masalah pasiennya, namun dia hanya ingin membantu ingatannya yang setengah hilang.

Kenzo meratapi Annisa yang sedang tidur di kursi sana, dia mencoba mengingat apa saja yang mereka lakukan di masa lalu. Kernyitan Kenzo membawa tangannya memegang keningnya, dia merasakan nyeri pada bagian kepala nya karena mencoba mengingat terlalu keras.

"Anda merasa sakit kembali?" Dokter dengan segera beranjak dari kursinya dan memeriksa Kenzo yang nampak kesakitan.

"Tidak Dok, saya hanya merasakan sedikit nyeri pada bagian kepala saya saja. Sekarang sudah tidak apa-apa Dok." Kenzo hanya sedikit meringis karena kesakitan yang ia rasa.

PhosphorescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang