Ve pov
"Enggg" erangku. Entah mengapa tengkukku terasa sakit bahkan kepalaku terasa berat dan berputar putar,
Samar samar ku dengar seseorang tengah memanggilku sambil terisak. Ia mengguncangkan tubuhku "Kak Ve,, hix hix.. Kak Ve"
Suara itu. Aku mengenal suara itu. Perlahan lahan kubuka mataku yang masih terasa berat ini,
"Naomi" pekikku, saat melihat wajah Naomi tepat berada di depanku. Aku segera berdiri dan memeluknya erat. Air mataku menetes, kulihat matanya juga memerah dan sedikit bengkak karna menangis,
"Kamu sehat Nao? kamu ga papa? maafin kakak ga bisa jaga kamu? maafin kakak?" rancauku,
prokk
prokk
prokk
Seseorang muncul diiringi dengan tepukan dari kedua telapak tangannya, yang ku ketahui ia adalah Mario,
"Air mataku hampir menetes melihat drama kalian" ejek Mario,
Aku melepaskan pelukanku lalu menyembunyikan Naomi di belakang tubuhku,
"Lucu . . ." ejeknya, "kamu benar benar berani Jessica atau haruskah aku panggil kamu Eagle?" terka Mario,
Mataku membulat sempurna. dari mana dia tahu? batinku. Namun aku berusaha setenang mungkin menanggapi perkataan Mario,
Mario mulai mendekati aku dan Naomi. Dengan sigap aku menggenggam tangan Naomi lalu mengikuti setiap gerak gerik Mario,
"Apa yang kamu mau?" tanyaku setenang mungkin,
Mario mendekatkan kepalanya ke telingaku, "nyawamu" jawabnya,
Mataku kembali terbelalak, namun aku tetap berusaha bersikap tenang. Aku tidak boleh kalah dengan permainan busuknya,
Aku tersenyum kecil, "ambil jika kamu mau. Tapi jangan sakiti Naomi" tantangku,
"HAHAHA" Mario tertawa,
"Hebat hebat . . ." ejek Mario, "Apa sebegitu berartinya bocah tengik ini?" tanya Mario sambil menarik tangan Naomi,
"Lepaskan dia" teriakku,
Plakkk
"Arrggh" pipiku terasa panas. Satu tamparan mendarat sempurna di pipiku, meninggalkan bekas kemerahan di sana,
"Kak Ve" pekik Naomi, "Lepaskan Aku"
Aku melihat kearah Naomi. Naomi kini tengah kembali berada di tangan Mario, lebih tepatnya di tangan anak buah Mario. Naomi terlihat memberontak namun orang orang itu mencengkerang Naomi dengan kuat,
"Kalian tau bahwa harga nyawa harus dibayar dengan nyawa?" ucap Mario, "artinya harga nyawa Arya harus di bayar dengan nyawa kalian", "jadi dari antara kalian . . "
"Sudah kubilang aku akan menyerahkan nyawaku. Tapi lepaskan Naomi" Teriakku memotong perkataan Mario. Aku hanya ingin keselamatan Naomi, tidak ada yang lain. Jika mati adalah jawabannya, aku akan menyerahkannya,
Mario tersenyum tipis, "Ok baiklah"
Kulihat Naomi menangis. Aku bisa melihat ketakutan dimatanya. 'maaf Naomi?' ucapku tanpa suara ke arahnya,
Mario mulai mendekat ke arahku, mengapit daguku dengan ibu jari dan jari telunjuknya, lalu menepuk nepuk kecil pipiku,
"Sebelum kamu mati. Aku ingin tau mengapa kamu menyamar sebagai Eagle?"
"Aku akan menjawab, tapi satu pertanyaan darimu berarti satu pertanyaan dariku. Deal?" tawarku,
Mario nampak berfikir, "Ok. Anggap saja ini bonus untuk kehidupan terakhirmu"
KAMU SEDANG MEMBACA
We
Fanfictionsorry? cerita ini mengandung adegan kekerasan dan sedikit maksa enjoy jgn lupa kritik dan sarannya 27/01/17