1. Pertemuan

76 8 2
                                    

Setiap hari aku selalu pergi ke tempat ramai. Berkeliling kota agar aku bisa mendapatkan inspirasi untuk ku curahkan pada sketchbook ku. Mungkin bagi beberapa orang tempat sepi dan tenang adalah tempat yang pas untuk menggambar. Tetapi tidak bagiku. Aku benci tempat sepi. Bayangan-bayangan masalaluku yang kelam sering muncul saat aku berada di tempat sepi.

...

Sudah 3 jam aku nongkrong di cafe ini sambil menggambar desain-desain baju yang ada di imajinasiku. Aku selalu memilih tempat duduk diluar agar aku bisa mendengar suara kendaraan lewat ataupun suara orang-orang yang sedang mengobrol.

Aku mulai bosan dan memilih untuk pulang kerumah. Aku berjalan mulai dari jalan yang besar dan ramai hingga gang-gang kecil yang sepi. Aku memasuki suatu gang yang sering aku lewati apabila aku akan pulang ke rumah. Aku akan memasang earphone ku agar perjalananku ke rumah tidak sepi. Tapi, ada suara wanita teriak meminta tolong. Aku berhenti dan berjalan mencari dari mana suara itu berasal.

Ternyata ada wanita yang kelihatannya umurnya sama denganku sedang ditodong oleh beberapa preman. "Hei berhenti kalian! Atau aku akan telepon polisi. "
"Siapa kau berani menghentikan kami? Hei kawan-kawan Serang dia! " ucap salah satu preman.

Aku langsung melempar tas ranselku dan menghajar beberapa preman itu. Alhasil preman-preman itu tumbang. "Telepon polisi sekarang juga, mereka tidak akan kuat untuk melarikan diri. "

"Baiklah. " jawab wanita itu.

Tak lama polisi pun datang dan membekuk beberapa preman tersebut. "Terimakasih sudah menghubungi kami, mereka adalah preman yang suka menodong warga daerah sini. Tapi warga tidak ada yang berani melaporkan karena mereka diancam. Jadi kami mengucapkan banyak terimakasih. " ujar polisi.

"Iya sama-sama pak. " jawabku dan wanita itu.

Setelah polisi pergi,aku pun mengambil tasku dan pergi. Tapi wanita itu menarik tangan kananku dan berkata "Hei tunggu."

"Ada apa? Apa kau terluka? "Tanyaku.
"Tidak bukan aku, tapi kamu. Lihat tangan kananmu terluka, ini mungkin luka sayatan pisau preman tadi. Luka ini sangat besar, mungkin luka ini butuh beberapa jahitan. Tunggu sebentar. " jawab wanita itu. Wanita itu membuka tasnya dan mengeluarkan alkohol dan kapas.
"Kamu mau apa? Aku baik-baik saja. " jawabku.
"Kamu diam saja, tahan sebentar ini akan sakit. " jawabnya sambil meneteskan alkohol pada kapas lalu menempelkannya pada lukaku.

Aku memerhatikan mukanya. Dia terlihat tidak asing tapi aku tidak mengenalnya. Siapa dia?

"Mengapa kau melihatku seperti itu? Apa tidak sakit? " tanyanya.
"Sebenarnya ada yang mau aku tanyakan."
"Kau mau nanya apa? " jawab wanita itu.
"Siapa namamu? "
"Kau tidak kenal aku Lex? Namaku Abigail Rasya." jawab wanita itu.
"Kau kenal aku? "

Abigail POV

"Ya iyalah aku kenal kamu Lex, kamu kan sahabat ku waktu smp. Lagipula siapa juga yang ga kenal sama kamu. Designer baju terkenal di Negara ini." ucapku dalam hati.

StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang