9. Semakin Dekat

31 6 4
                                    

Mataku terasa sangat berat tapi ntah kenapa aku tidak bisa tidur. Kejadian di mobil tadi terus terngiang-ngiang di otak ku. Detak jantung ku semakin tidak beraturan saat memikirkan hal itu. Aku tidak bisa seperti ini terus. Aku pun beranjak dari kasurku dan meraih sketchbook ku dan sebatang pensil. Inilah satu-satunya caraku untuk mengalihkan pikiranku.

Tanganku dengan ringan menggores-goreskan ujung pensil di atas kertas. Garis demi garis bersatu. Seorang wanita berambut panjang dan berkacamata menggunakan dress selutut. Fasya. Mengapa aku menggambar Fasya. Alex otakmu sudah dipenuhi oleh wanita itu.

...

Matahari sudah terbit. Aku terus memandangi gambar di kertas itu dan tangan kananku menggenggam sebuah kacamata berframe bulat utuh. Semalaman aku memikirkan Fasya. Bahkan saat aku ingin mengalihkan pikiranku tentangnya dengan menggambar, aku malah menggambar dirinya. Apakah ini yang dinamakan cinta?

...

"Apa kau sudah menunggu lama?" tanya Fasya.

"Tidak juga. Lagipula aku menikmati cuaca yang cerah ini." jawabku.

"Oh jadi alasanmu duduk di bagian outdoor cafe untuk menikmati cuaca yang cerah seperti ini?" tanya Fasya tersenyum.

Aku mengangguk. "Hm tentu saja, hari ini sangat menyenangkan karena cuacanya yang cerah dan karena adanya dirimu."

"Huh?" tanya Fasya bingung.

"Ah tidak, lupakan saja. Apa kau bisa melihat dengan jelas tanpa kacamata ini ?" ujarku.

"Tentu saja tidak. Aku datang terlambat karena aku kesusahan menggunakan lensa kontakku." jawab Fasya.

"Wow, aku baru sadar kalau kau menggunakan lensa kontak. Warnanya cocok dengan kulitmu. Kenapa kau tidak menggunakan lensa kontak saja setiap hari ?" ujarku.

Fasya menggeleng. "Menggunakan lensa kontak sangat ribet. Aku juga tidak nyaman menggunakannya. Maka dari itu aku lebih senang menggunakan kacamata." jawab Fasya.

"Hmm begitu. Oh iya ini kacamatamu." ujarku sembari memberikan kacamatanya.

"Oh ya terimakasih. Tunggu sebentar ya aku mau ke toilet." jawab Fasya.

"Baiklah." jawabku.

Tak lama Fasya pun kembali dari toilet.

"Kau sudah kembali menjadi Fasya yang biasanya." ujarku tertawa.

"Aku sangat tidak nyaman menggunakan lensa kontak. Oh ya ini jaketmu." jawab Fasya.

"Terimakasih. Oh ya, ngomong-ngomong yang kemarin..."

"Sudah tidak usah dibahas, aku jadi malu." ujar Fasya.

"Baiklah." jawabku mengangguk.

"Lex maafkan aku, tapi aku sekarang harus kembali ke rumah sakit." ujar Fasya.

"Oh begitu, yasudah hati-hati ya." jawabku.

"Ok. Aku duluan ya. Bye." ujar Fasya sambil meninggalkanku.

...

Tak lama setelah Fasya pergi, aku pun meninggalkan cafe itu. Aku melihat Fasya berjalan menuju ke arahku dari kejauhan. Tapi, dia tidak menggunakan kacamata. Rasya.

"Hei Rasya." sapaku menghentikan langkah kaki Rasya.

"Eh hai Alex, baru kali ini kau memanggilku menggunakan nama belakangku." ujar Rasya.

"Ya, adikmu menjelaskan semuanya padaku. Aku mengira kalian adalah satu orang yang sama." ujarku.

Rasya tertawa terbahak-bahak. "Kau itu dari dulu memang ceroboh Lex."

"Dari dulu ?" tanyaku bingung.

Rasya mengangguk. "Oh iya kenapa tiba-tiba kau menyapaku? Apa ada yang ingin kau bicarakan denganku?"

"Oh ya ada yang mau aku bicarakan padamu. Ulang tahunmu dan adikmu kapan?" tanyaku.

"Kenapa tiba-tiba menanyakan hal itu?" tanya Rasya.

"Ya aku hanya penasaran saja." jawabku.

"Oh begitu. Ulang tahun kami minggu depan. Pastikan kau memberi kami hadiah ya." jawab Rasya tertawa.

"Minggu depan ? 31 Maret ?" tanyaku.

Rasya mengangguk.

"Hm baiklah. Oh ya boleh aku meminta nomor hp mu?" ujarku.

"Tentu. Berikan hpmu." jawab Rasya sembari mengambil hpku dan mengetik nomor hpnya.

"Terimakasih Rasnya. Ngomong-ngomong kau mau kemana?" tanyaku.

"Aku mau membeli bunga di toko sebelah cafe. Bunga mawar putih yang ada di ruanganku sudah layu." jawab Rasya.

"Oh begitu. Baiklah aku duluan ya." ujarku.

"Ok, bye Alex. Hati-hati di jalan." ujar Rasya.

...

Ulang tahunnya minggu depan. Apa yang harus aku belikan untuk Fasya. Lensa kontak? Tapi dia tidak suka memakai lensa. Kacamata? Tapi aku tidak tahu minus nya berapa besar. Bunga ? Ah itu terlalu pasaran. Apa yang harus aku berikan untuknya. Aku teringat dengan gambar yang aku buat semalam. Ide yang bagus. Aku akan memberinya dress sesuai dengan apa yang aku desain.

...

"Halo Rasya."

"Halo, ini dengan siapa?"

"Ini aku Alex."

"Oh hai Alex ada apa?"

"Begini, apa nanti sore kau sibuk?"

"Sepertinya tidak. Ada apa?"

"Baiklah nanti sore aku akan menjemputmu. Ngomong-ngomong aku harus menjemputmu di rumah sakit atau di rumahmu?"

"Jemput aku di rumahku saja Lex. Memangnya ada apa kau mau menjemputku ?"

"Baiklah. Rahasia." jawabku tertawa.

"Oh jadi mainnya rahasia-rahasiaan nih? "

"Ya lihat saja nanti. Nanti aku jemput ya. Sampai nanti Rasya."

"Ya sampai nanti Alex."

Rasya POV

Kenapa Alex tiba-tiba seperti itu ya. Apa mungkin ini ada hubungannya dengan ulang tahunku. Tadi pagi saat dia menyapaku dia kan menanyakan kapan ulang tahunku. Ini pasti tentang ulang tahunku. Aku jadi tidak sabar apa yang akan Alex lakukan. Alex tidak pernah berubah sejak SMP sampai sekarang. Ia selalu baik kepada semua orang walaupun aku meninggalkannya.


...

Hai readers, Stay udah update lagi ya seperti biasa setiap hari Jum'at dan Sabtu. 

Terus baca ya bakal ada kejutan di bab bab selanjutnya. Jangan lupa vote juga hehe..

Terimakasih~

StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang