BAB 1

14.6K 541 2
                                    

Matahari bersinar cerah pagi ini dan angin bertiup semilir membawa bau harum bunga-bunga yang mulai bermekaran di taman bunga pada awal musim semi. Pohon-pohon melambai-lambaikan daunnya – menari-nari riang dengan gemulai menyambut datangnya hari yang cerah ini.

Burung-burung pun menari dengan lincahnya dan bernyanyi bersuka ria di angkasa diiringi gemericik air mancur di tengah kolam yang berhiaskan patung- patung dewa-dewi Yunani Kuno yang indah di jalan menuju Troglodyte Oinos. Di antara taman bunga yang sedang bersemi itu tampak seorang gadis cantik yang tampak sibuk memetik bunga-bunga yang sedang bermekaran itu.

Gadis itu mengenakan gaun putih yang putihnya hampir seputih kulitnya, gaun itu melambai-lambai tertiup angin menerjang lembut bunga-bunga di sekitarnya, rambut pirangnya bersinar-sinar bagai sinar mentari pagi yang cerah. Dengan keranjang yang berisi bunga-bunga yang indah di tangan kirinya, gadis itu nampak seperti seorang peri di tengah taman bunga yang indah. Sesekali angin memainkan rambut pirangnya yang tergerai mencapai pinggangnya. Namun ia tak menghiraukannya, ia begitu tenggelam dalam kesibukannya hingga tak mengetahui kedatangan sebuah kereta.

Gadis itu baru menyadari kedatangan kereta itu tatkala kereta itu pergi dengan kecepatan tinggi menerbangkan debu jalan ke mana-mana. Dipandanginya kereta itu sesaat lamanya. Kereta itu ditarik oleh dua ekor kuda yang berwarna coklat yang tampaknya sudah mulai tua. Diperhatikannya kereta itu hingga menikung di jalan ke desa, kusir kuda itu dengan mahirnya menikung di jalan itu dengan kecepatan yang masih tinggi. Lalu ia melanjutkan kesibukannya lagi.

Tak lama kemudian, Nanny menghampirinya dan berkata "Yang Mulia ingin bertemu dengan Anda, Tuan Puteri."

Snow Angel memandang Nanny tanpa berkata apa-apa. "Saya kira bunga yang ada di keranjang bunga Anda sudah cukup banyak untuk mengisi jambangan bunga di kamar Anda," tambahnya.

Snow Angel mengalihkan pandangan matanya ke keranjang bunga di tangan kirinya yang hampir penuh dengan bermacam-macam bunga-bunga yang indah. Kemudian ia menganggukkan kepalanya kepada Nanny yang langsung mengantarnya ke Ruang Perpustakaan untuk menemui Countess of Tritonville, ibunya. Dari balik pintu ruang perpustakaan, terdengar suara wanita yang bercakap-cakap dengan beberapa pria. Mereka menghentikan percakapan mereka takala mendengar pintu dibuka, dan memandangnya.

Di ruang itu dilihatnya ibunya serta kedua kakak laki-lakinya dan seorang laki- laki yang mirip temannya bermain sewaktu kecil, Vladimer, sedang duduk di sofa di depan perapian. Laki-laki itu memandangnya juga dan mereka saling menatap dengan sorot mata yang sama dinginnya.

Tiba-tiba kedua kakak Snow Angel tertawa terbahak-bahak melihat keduanya yang saling memandang dengan sorot mata dingin sambil berusaha mengenali lawan pandang masing-masing. Sementara itu Countess of Tritonville menggeleng-gelengkan kepalanya sembari tersenyum geli memandangi dua sahabat lama yang bertemu kembali setelah sekian tahun, yang sekarang saling memandang itu.

"Tak pernah kuduga bahwa pertemuan antara dua manusia es yang bersahabat bertahun-tahun lalu akan jauh lebih menggelikan daripada yang kubayangkan," kata Oscar, kakak Snow Angel yang termuda sambil menahan tawanya.

"Kau benar Oscar, kedua makhluk ini sangat aneh. Kuakui baru kali ini aku melihat dua orang sahabat yang bertemu kembali setelah sekian tahun tak berjumpa saling memandang dengan sorot mata dingin, bukannya senang," tambah Frederick.

"Aku ingin tahu, apakah dua makhluk es ini memang tak bisa meleleh," goda Oscar.

Seketika itu juga dua orang yang saling memandang itu menatap Oscar dan Frederick dengan tajam. Tetapi rupanya kedua orang yang sibuk bercanda itu berpura-pura tidak tahu kalau sedang dipandangi oleh dua pasang sorot mata yang tajam dan dingin.

Runtuhnya Gunung Es (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang