BAB 16

3.5K 218 4
                                    

Akhirnya hari yang dinantikan Angella tiba. Hari ini ia akan membuka kartu yang akan menggemparkan semua orang sekaligus menyakitkan bagi segelintir orang.

Seusai sarapan pagi, mereka berempat meninggalkan rumah dengan alasan hendak berkuda. Angellalah yang menyarankan hal ini. Ia bersikeras naik kuda ke tempat yang yang akan mereka tuju. Ia mengatakan kepada mereka agar orang tuanya tidak curiga. Ia menyadari protes keras ketiga pria itu dengan usulnya.

Tetapi mereka tetap setuju, karena mereka tahu percuma membantah gadis itu saat ia menatap tajam pada mereka. Mereka tidak menyadari rencana di balik semua ini. Tidak seorang pun dari ketiga pria itu yang mencurigainya.

Mereka berpisah tak jauh dari Troglodyte Oinos. Frederick dan Oscar menemui Earl sedangkan Angella dan Vladimer menuju rumah Jenny. "Apakah engkau marah kepadaku?" tanya Angella.

"Tidak, aku tidak marah kepadamu," jawab Vladimer.

"Engkau bohong. Engkau marah kepadaku sehingga engkau menjauhiku," kata Angella. "Apakah engkau marah karena malam itu aku pergi sendiri ke gereja?"

"Tidak, aku tidak marah kepadamu," ulang Vladimer.

"Jangan menipuku!" kata Angella tajam, "Matamu mengatakannya kepadaku."

"Engkau membuatku bingung. Engkau tidak mempercayai orang lain, tetapi engkau mempercayai mata mereka."

"Mata tidak dapat menipu," kata Angella datar.

"Baru kali ini aku mendengarnya. Siapa yang mengatakannya kepadamu?"

"Nanny. Nanny sering mengatakan kepadaku bahwa mulut bisa berbicara banyak, tetapi mata dapat berbicara jujur."

"Apakah itu sebabnya engkau selalu memandang mata orang yang berbicara?"

"Ya. Apakah sekarang engkau mau jujur kepadaku? Aku minta maaf bila engkau marah karena aku malam itu aku pergi sendiri. Aku tidak berniat membuatmu marah, aku hanya tidak ingin membuatmu semakin repot."

"Aku tidak pernah merasa repot bila membantumu, aku senang melakukannya. Aku juga tidak marah kepadamu. Bila mataku menunjukkan kemarahan, percayalah itu tidak kutujukan padamu."

"Bila bukan kepadaku, kepada siapa?" tanya Angella tajam.

"Aku sedih melihat matamu yang penuh kemarahan itu."

Kemudian ia memacu kudanya meninggalkan Vladimer.

"Jangan sedih! Aku tidak bermaksud membuatmu sedih," kata Vladimer setelah berhasil menyusul Angella. "Aku marah kepada diriku sendiri."

"Mengapa? Engkau tidak pernah berbuat salah akhir-akhir ini. Engkau menepati janjimu. Di mana letak kesalahanmu? Aku tidak melihatnya," kata Angella bingung.

"Engkau salah. Aku telah membuat suatu kesalahan besar."

"Kesalahan apa?" desak Angella.

"Aku telah membuatmu sedih. Aku tidak ingin membuatmu sedih tetapi aku telah melakukannya. Bagiku itulah kesalahan terbesarku seumur hidupku," jawab Vladimer.

"Mengapa engkau berkata seperti itu? Selama beberapa tahun terakhir ini aku memang sedih, tetapi itu bukan karenamu. Engkau telah mengetahuinya juga," kata Angella sedih. "Memang selama beberapa hari ini engkau membuatku sedih karena engkau menjauhiku. Tetapi kemarahanmu itu sudah kulihat sebelum engkau mulai menjauhiku. Mata itu mulai menunjukkan kemarahan pada malam kita berkumpul di gereja."

"Jangan sedih, Angella!" hibur Vladimer, "Aku tidak ingin menjauhimu tetapi aku terpaksa melakukannya sebab...."

"Sebab apa?" tanya Angella dengan lembut melihat keragu-raguan Vladimer. Sejenak Vladimer tampak terkejut mendengar kata-kata lembut Angella, tetapi ia tetap tidak melanjutkan kata-katanya.

Runtuhnya Gunung Es (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang