BAB 7

3.4K 220 0
                                    

Matahari bersinar lembut menyibakkan kabut tipis di dalam hutan sekeliling Troglodyte Oinos.

Daun - daun meneteskan embun pagi yang berkilau-kilauan tertimpa sinar mentari pagi. Udara pagi yang dingin tak menyurutkan keinginan Snow Angel untuk berjalan-jalan di hutan itu.

Kakinya terus melangkah makin dalam ke hutan itu. Sebentar-sebentar ia berhenti untuk mengamati alam sekitarnya.

Senandung kicau burung pagi menghilangkan kegundahan hatinya. Bibirnya bersenandung kecil mengikuti nyanyian burung-burung pagi.

Ketika matahari mulai melenyapkan kabut tipis hutan itu, ia berbalik pulang. Belum jauh ia berjalan kembali ke rumahnya tatkala ia melihat semak-semak di depannya bergoyang-goyang dan kemudian muncul sesosok anak kecil.

"Hai," sapanya.

Anak yang disapanya itu berlari keluar dari semak-semak tempatnya semula menuju ke arahnya. "Hai," balas anak itu.

"Kenalkan namaku Charlemagne, tapi semua orang memanggilku Charlie," katanya sambil mengulurkan tangannya pada Snow Angel.

Snow Angel terhenyak mendengar nama anak itu. Bukan main senangnya hatinya melihat anak itu. Tak disangkanya ia akan bertemu dengannya secepat ini.

Ia tadinya berencana akan menemuinya serta Mr dan Mrs. Boudini sore ini di Boudini's Theatre tapi nyatanya ia bertemu dengan Charlemagne sekarang secara kebetulan di hutan sekeliling rumahnya.

Snow Angel menyambut tangan kecil itu. "Saya Angella, orang-orang memanggilku Snow Angel," katanya memperkenalkan diri.

"Anda Snow Angel yang terkenal itu ya!?" seru Charlemagne.

"Bagaimana kau tahu?" tanya Snow Angel terheran-heran.

"Kemarin waktu kami baru tiba, saya mendengar banyak orang yang membicarakan Anda. Kata mereka Anda cantik sekali seperti bidadari tapi saya tak percaya. Makanya pagi ini saya sengaja datang kemari dan berharap dapat bertemu Anda.

"Sekarang saya percaya pada perkataan mereka. Anda memang seperti malaikat yang sering Ibu ceritakan padaku. Sayang mereka salah dalam satu hal, mereka mengatakan Anda dingin. Tetapi saya melihat Anda tidak dingin, buktinya tangan Anda hangat," jelas Charlemagne panjang lebar.

Snow Angel tersenyum melihat anak itu bercerita panjang lebar seperti tak ada habis-habisnya. Diam-diam ia mengagumi keberanian dan kecerdasan Charlemagne.

Tidaklah mengherankan baginya melihat keberanian dan kecerdasan anak yang baru berusia empat tahun itu. Sejak bayi, Charlemagne sudah tinggal dalam lingkungan teater. Justru akan membuatnya heran bila seseorang yang tinggal dalam lingkungan teater menjadi penakut.

Namun ia tetap mengagumi keberanian Charlemagne yang berani datang sendirian ke Troglodyte Oinos yang letaknya agak terpencil dari desa terdekat sepagi ini.

Suasana sekitar Troglodyte Oinos memang terkesan menyeramkan. Rumah ini dikelilingi oleh hutan yang sekaligus menjadi "tembok pembatas" antara rumah ini dengan desa terdekat.

Namun, hal ini yang menjadi daya tarik tersendiri dari rumah ini. Rumah yang dikelilingi hutan ini bagaikan gua tempat tinggal manusia purba di tengah hutan pada masa purba.

Rumah ini dibangun oleh kakek moyangnya. Kakek moyangnya itu senang akan kesunyian, karena itulah ia mendirikan rumah yang dikelilingi hutan.

Ia juga memberi nuansa Yunani Kuno pada rumah itu karena kakek moyangnya mengagumi budaya Yunani Kuno antara lain memberi nama yang berasal dari Bahasa Yunani bagi rumah yang didirikannya itu.

Sewaktu orang-orang mendengar kakek moyangnya itu akan mendirikan rumah di tengah hutan, banyak dari mereka yang menganggapnya aneh. Tak sedikit teman-teman kakeknya itu yang menggodanya sewaktu pembangunan rumah itu mulai dilaksanakan.

Runtuhnya Gunung Es (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang