BAB 13

2.9K 194 1
                                    

"Tuan Puteri, siapakah orang itu?" tanya Jenny kepada Angella.

Saat itu mereka berada di kamar Angella. Mereka baru saja menemui tamu orang tua Angella yang hendak menginap selama beberapa hari.

"Mengapa engkau ingin tahu nama orang itu? Apakah engkau tertarik padanya?" goda Angella.

"Saya... saya...," kata Jenny tersipu-sipu.

"Saya apa?" goda Angella.

"Saya... baru sekali ini menemui seorang pria setampan dia," kata Jenny mengakui.

"Lalu mengapa engkau bertanya nama orang itu kepadaku?" kata Angella terus menggoda Jenny yang tersipu-sipu itu.

"Saya... saya jatuh cinta kepadanya," jawab Jenny.

"Ceritakan kepadaku Jenny, bagaimana rasanya jatuh cinta itu?" kata Angella ingin tahu.

"Saya... saya... tidak tahu, Tuan Puteri. Tetapi perasaan itu membuat saya merasa bahagia sekali, seperti... seperti berada di surga," kata Jenny.

"Apakah itu benar, Jenny?" kata Angella semakin tertarik.

"Tuan Puteri jangan bertanya lebih banyak lagi. Kelak Tuan Puteri juga akan jatuh cinta," kata Jenny.

"Kelak aku akan mencintai pria yang seperti apa?" tanya Angella pada dirinya.

"Tentunya pria itu tampan sekali, Tuan Puteri," kata Jenny.

"Apakah ia akan setampan kakak-kakakku?" tanya Angella.

"Tentunya pria itu tampan seperti Tuan Muda Vladimer. Menurut saya Tuan Muda Vladimer setampan kakak-kakak Anda. Hanya pria yang seperti itu yang pantas mendampingi Anda yang cantik jelita," kata Jenny.

"Engkau juga cantik Jenny," kata Angella tersipu-sipu.

"Tetapi saya tidak secantik Anda, Tuan Puteri," kata Jenny.

"Jangan memujiku terus menerus, Jenny," kata Angella semakin tersipu-sipu karena perkataan pelayannya itu.

"Anda memang pantas mendapatkan pujian-pujian, Tuan Puteri. Kelak bila Anda sudah dewasa, Anda akan menjadi semakin cantik dan semakin banyak orang yang memuji Anda," kata Jenny.

"Engkau ingin tahu atau tidak nama pria itu?" tanya Angella menghentikan kata- kata Jenny yang terus memujinya.

"Tentu saja saya ingin tahu, Tuan Puteri," kata Jenny.

Angella tersenyum melihat wajah Jenny yang memerah itu. Gadis itu tampak semakin cantik dengan wajahnya yang memerah itu. Hampir semerah rambutnya. Angella selalu mengagumi rambut Jenny yang kemerahan juga mata hijaunya.

Ia menyukai warna hijau mata Jenny yang sehijau daun mawar. Angella selalu menginginkan memiliki mata yang hijaunya sehijau mata Jenny daripada warna matanya yang sebiru langit carah.

"Pria itu adalah Earl of Wicklow. Namanya Kart."

Berhari-hari berlalu sejak mereka membicarakan kedatangan Earl of Wicklow. Sejak kedatangan Earl, Jenny jarang menemani Angella. Angella tidak pernah mengetahui di mana Jenny berada bila ia tidak bersama Jenny.

Semula Angella sering ditemani Jenny. Namun sejak kedatangan Earl, Angella lebih sering bersama Nanny.

Nanny sering bertanya kepadanya mengenai Jenny yang akhir-akhir ini jarang menemaninya lagi. Angella tidak pernah menjawab pertanyaan Nanny itu, ia hanya mengatakan, "Jenny pasti baik-baik saja, Nanny. Jangan Khawatir!"

Pada suatu sore ketika Jenny menemani Angella memetik bunga di taman bunga, ia bertanya kepada Jenny.

"Akhir-akhir ini engkau pergi ke mana, Jenny? Nanny sering bertanya mengenaimu kepadaku."

Runtuhnya Gunung Es (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang