BAB 6

3.9K 241 0
                                    

Di kamar, Nanny telah memasang beberapa lilin dan menyiapkan sebuah bak mandi baginya. Tanpa mengatakan apa-apa, ia segera membantu Snow Angel melepaskan pakaiannya. Snow Angel segera masuk ke bak dan membasuh badannya dengan air hangat di bak itu.

Snow Angel merasa segar kembali setelah selesai mandi, ketika ia melihat Nanny hendak meraih sebuah gaun malam, lekas-lekas ia mencegah: "Jangan, Nanny! Ambilkan saja sebuah gaun tidur untukku!"

Kening Nanny mengkerut heran mendengarnya, namun ia tetap meraih sebuah gaun tidur bagi Snow Angel sesuai dengan permintaannya.

Gaun tidur yang diambil Nanny untuk Snow Angel itu berwarna ungu muda yang tampak manis dengan lengannya yang panjang dan renda yang berwarna hijau cerah di bagian leher.

Snow Angel mengerti keheranan Nanny saat ia membantunya mengenakan gaun tidur itu. Ia tidak ingin membuat wanita yang disayanginya itu bingung, maka ia menjelaskan: "Malam ini aku ingin makan di kamar. Tolong katakan hal ini pada Frederick dan Oscar, Nanny. Aku merasa letih dan ingin lekas beristirahat."

Nanny mengangguk mengerti, sambil menyisiri rambut Snow Angel yang telah diuraikannya kembali itu, ia bertanya: "Anda akan makan malam sekarang atau nanti, Tuan Puteri?"

"Nanti saja, Nanny. Bukankan tak lama lagi tiba waktunya untuk makan malam?"

"Kalau begitu saya akan mengambilkan teh untuk Anda, Tuan Puteri. Tadi sore Anda tidak makan atau minum apapun."

Snow Angel mengangguk perlahan. Saat ini ia memang haus dan lelah. Tapi ia tidak begitu merasa lapar. Dibiarkannya Nanny keluar kamarnya untuk mengambilkan secangkir teh baginya.

Kini ia sendirian di kamarnya yang besar itu, dipandanginya kotak-kotak yang berisi barang-barang yang tadi dibelinya dari Shawky Market untuk Charlemagne serta Mr dan Mrs Boudini yang berada di dekat kaki meja riasnya yang terbuat dari kayu mahony yang diukir dengan indahnya.

Kemudian ia melangkahkan kakinya ke serambi kamarnya. Angin malam yang bertiup menembus gaun tidurnya yang tipis membuat kulitnya kedinginan. Tetapi ia tidak menghiraukannya, saat ini pikirannya melayang jauh memikirkan banyak hal. Pandangan matanya menerawang jauh ke depan menembus kegelapan malam.

Sebuah gagasan muncul dalam benaknya tepat ketika Nanny masuk ke kamarnya kembali dengan membawa sebuah nampan di tangannya.

Nanny terpekik kaget melihatnya berdiri di serambi dengan hanya mengenakan gaun tidurnya yang tipis membuyarkan lamunannya:
"Ya ampun, Tuan Puteri! Apa yang Anda lakukan? Anda bisa jatuh sakit bila berdiri di sana terus-terusan tanpa mengenakan mantel."

Nanny meletakkan nampan yang dibawanya di atas meja rias, lalu mendekati Snow Angel yang masih agak terkejut. Ia membimbing Snow Angel masuk dan kemudian menutup jendela yang menuju ke serambi.

Tirai-tirai jendela itu yang menyentuh lantai dibiarkannya terbuka agar sinar bulan dapat masuk ke kamar ini. Snow Angel masih belum pulih dari keterkejutannya sehingga ia diam saja.

"Mengapa Anda tadi berdiri di luar tanpa mengenakan mantel, Tuan Puteri? Walaupun sekarang sudah menjelang musim semi, tetapi angin dingin yang bertiup dapat membuat Anda sakit," nasihat Nanny lembut sambil menuangkan teh dan menyodorkannya kepada Snow Angel.

"Minumlah teh hangat ini, Tuan Puteri agar badan Anda menjadi hangat dan tidak sampai jatuh sakit setelah berdiri di serambi tadi."

Snow Angel menerima teh itu dari tangan Nanny dan meminum beberapa teguk sebelum menyerahkannya kembali itu kepada Nanny.

"Terima kasih, Nanny. Sudahkan kau sampaikan pesanku kepada Frederick dan Oscar?"

"Sudah, Tuan Puteri. Mereka juga berpesan kepada saya untuk menyampaikan kepada Anda agar Anda segera tidur dengan nyenyak."

Runtuhnya Gunung Es (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang