Chapter 14

1.7K 97 5
                                    

Happy Reading!


Davin menghentikan motornya di tempat yang dulu sering ia kunjungi dengan Nala. Tempat yang menjadi saksi bisu ikrar persahabatan mereka. Sekarang tempat ini sudah dipenuhi oleh rumput liar dan ranting pohon. Sudah cukup lama Davin dan Nala tidak mengunjungi tempat ini. Mungkin sekitar empat bulanan karena mereka selalu sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

Setelah memarkirkan motornya, Davin memandang setiap sudut tempat ini. Dari mulai pohon yang diberi rumah kecil-kecilan, hingga sebuah kolam ikan yang dipenuhi bunga teratai. Ia memanjat pohon itu menuju sebuah rumah kecil diatasnya. Rumah kecil yang dulu dia bangun bersama Nala saat mereka masih kelas satu SMP dan menjadi markas mereka jika sedang bolos sekolah dulu. Sesampainya diatas, Davin duduk menyender di sudut rumah kecil ini yang di penuhi coretan spidol dan foto-foto ia dan Nala. Davin kembali memperhatikan sekelilingnya dengan dagu bertumpu pada lututnya.

Davin masa depannya mbak-mbak tukang seblak

Coretan itu sudah pasti di tulis oleh Nala dengan tulisan yang masih seperti ceker ayam sekitar tiga tahun yang lalu. Ia terkekeh melihat tulisan itu kembali, mengingatkannya akan kenangannya bersama Nala dulu.

"Gue kangen masa fetus kita, Nal." Ucapnya lirih. Matanya memperhatikan salah satu foto dimana ada dua orang dengan gaya berbeda. Laki-laki sedang tertawa dan perempuan sedang mengerucutkan bibirnya.

"Dav! Ayo foto dulu ish! Buat kenangan kelas tujuh." Ucap Nala kesal.

"Orang ganteng gitu ya, sampe banyak yang minta foto." Davin terkekeh geli.

"Najisin banget sih lo. Yaudah gue mau foto sama yang lain aja lah."

"Yah ngambek."

Nala melipat tangannya di dada. "Lagian jadi cowok kenapa ngeselin banget sih?"

Davin menjilat bibirnya sambil membenarkan letak rambutnya yang di jambul. "Orang ganteng mah bebas."

Nala mengerucutkan bibirnya kesal sedangkan Davin tertawa puas.

Davin menghela nafasnya berat. Kepalanya terus di penuhi oleh kenangan yang seakan berputar-putar di kepalanya.

"Gue ngelakuin ini karena gue punya alasan tersendiri, Nal. Alasan yang cuma gue dan Tuhan yang tahu. Mungkin lambat laun lo juga bakalan tahu semua ini." Ucapnya lirih.

★★★★★★★★

Nala sedang berjalan di koridor dengan setumpuk buku dipeluknya. Ia disuruh oleh pak Yadi untuk mengantarkan buku-buku ini ke Ruang Guru. Seharusnya ia berdua dengan Maya, namun ia melihat kondisi Maya yang sedang kurang sehat akhirnya ia pun pasrah sendirian.

Pandangan Nala tidak ke depan melainkan ke bawah. Hingga...

*bruukkk

Setumpuk buku yang Nala bawa berhamburan di lantai karena ia baru saja bertabrakan dengan seseorang.

"Kalo jalan tuh pake mata!" Seru seseorang yang bertabrakan dengannya.

Nala tidak memperdulikan seruan itu. Ia fokus pada buku-buku yang sedang ia kumpulkan kembali.

"Heh! Lo punya kuping gak sih?!" Seru orang itu lagi.

Setelah selesai mengumpulkan buku tadi, Nala bangkit dan kaget melihat orang yang baru saja bertabrakan dengannya sekaligus orang yang menyerukannya.

Just A Friend To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang