Aku butuh kamu

3.2K 115 1
                                    

"Mungkin kamu bisa berbohong tentang perasaan, tapi matamu tidak, aku tahu, kamu suka kan sama aku?"


"Mantan itu emang susah dilupain, jadi perlu bertahap, gak usah maksain lagi Dis." Rico mengambil sayuran di kulkas, menaruhnya di nampan untuk segera di potong.

"Kenapasih, dulu dia mau nerima gue? Karena kasian? Atau karena dia bosen karena gue suka ngejar-ngejar dia?"

"Coba kalau dia gak nerima gue dulu, mungkin dulu gue bisa berhenti dan nyari yang lain." Cerocos Gadis menumpuk wajahnya dengan sebal.

"Aduh Dis, otak lo ditaruh di manasih? Kata gue dulu apa, kalau jatuh cinta sama orang lain, gak usah cepet-cepet nanti patah hatinya juga cepet."

"Lo ngeledek gue, apa gimananih?" tanya Gadis, mulai membantu memasak, sayangnya dia bukan benar-benar membantu malah mengganggu.

"Mending lo duduk aja deh, sambil muterin lagu, liat masukin nasinya aja sampe kececer ke bawah, duh gue gak bisa bayangin deh kalau lo jadi mamah muda, yang ada suami lo pusing tiap kali ngerasain masakan lo yang gak enak."

"Gak papa gue gak bisa masak, asalkan di masa depan suaminya lo, karena kan lo jago masak." ucap Gadis, dengan ceplas-ceplos tanpa pernah mempertimbangkan kadar bercandanya yang sebenarnya membuat Rico selalu salah tingkah.

"Idih Najis," Rico bergidik melemparkan sayuran ke wajah Gadis, yang sontak membuat Gadis ingin membalasnya.

"Awas ya, gue balas pake minyak, biar lo tambah item."

"Gue lempar pake cuka nih, biar wajah lo rusak," ucap Rico tak mau kalah.

Tawa menggelegar, moment-moment seperti ini yang membuat Gadis dan Rico tambah dekat, mereka adalah sepasang sahabat yang tidak mau kehilangan, Rico dengan perasaan sukanya, Gadis dengan perasaan sahabatnya.

"Akhirnya bisa nonton juga," ucap Gadis, memasukan satu suap nasi ke dalam mulutnya.

"AAAA." tawar Gadis, yang langsung di tepis Rico.

"Jijik tahu Dis, gue bukan bocah umur 5 tahun lagi."

"Yaudah iya." Gadis mendumel kesal dengan sikap Rico yang tidak mau pura-pura menyuapinya walaupun sekali.

Tinggal 3 episode lagi film dorama itu akan selesai, berkali-kali Rico menguap tidak bisa menahan kantuknya lagi, sedangkan Gadis sesekali mengucapkan kata-kata aneh yang membuat Rico menggeleng pelan melihat kelakuan Gadis.

"Kapansih gue ketemu kaya Naouki Irie-kun, duh dingin-dingin tapi perhatian, emang susah nemu cowok kaya gini,"

"Kotoko lagi, gak bisa masak, bodoh di pelajaran, gak bisa matematika, kaya gue banget enggaksih Ric?" tanya Gadis, bukan anggukan atau jawaban iya yang ia dapatkan, melainkan dengkuran halus yang terdengar dari Rico yang sedang tertidur lelap di sampingnya.

"Duh jam berapasih ini?" Gadis mengecek jam di Handphonenya, ternyata waktu sudah menunjukan pukul satu.

Emang ya kalau lagi nonton film yang berepisode gak pernah nyadar waktu.

"Yaudah deh gue nonton sendirian," lirih Gadis, memberikan sebelah pundaknya untuk di jadikan sandaran tidur.

"Iya, gak papa sesekali lo nyusahin gue, sesekali loh Ric," ucap Gadis kembali sambil melebarkan selimut ke sampingnya, agar bisa menutupi badan Rico.

"Selamat tidur."

***

Raka mencetak bola ke ring yang ketiga kalinya, ini kebiasaanya selalu melarikan diri ketika ada masalah. Lagi dan lagi. senyumnya yang tercetak di bibirnya hanyalah palsu untuk menutupi lukanya sendiri.

"Cape?" tanya Risti melempar air minum yang disambut dengan cepat oleh Raka.

"Gue bilang apa, lo tuh harus move on dari Gadis, apasih susahnya? Ketimbang dia cantikkan gue!"

"Eh gak usah ya, banding-bandingin dia sama lo, lo tuh, gak ada apa-apanya sama dia." Raka mengeraskan suaranya, kedatangannya kesekolah pagi-pagi ini hanya untuk bertemu Risti agar dia mau membatalkan pertunangannya.

"Gue tahu bokap lo, mau narik investasi kan dari perusahaan bokap gue, kenapa gue jadi kena imbasnya?" sambung Raka, mendengus kasar.

"Karena lo anaknya Pak Wijaya dan gue suka sama anaknya. Paham!"

"Tanpa bantuan bokap gue, perusahan bokap lo itu sebentar lagi bakal tinggal nama!"

"RISTI!! Gue cape ngalakuin apa yang lo mau Risti, gue gak cinta sama lo, apalagi sama uang lo!" bentak Raka, memantulkan bola basket sampai ke udara, Raka sudah tidak bisa menahan diri lagi dengan semuanya.

"Belum, nanti lo bakal suka sama uang bokap gue, liat aja sampai bokap lo jatuh bangkrut. Lo bakal mohon-mohon sampai sujud di depan bokap gue!" ucap Risti sambil tertawa mengerikan, berjalan lagi memakai kaca mata hitamnya pergi meninggalkan Raka yang sedang frustasi.

Shot...

Raka melempar bola ke ring untuk empat kalinya, dia mendesah dalam hati, kenapa kehidupannya bisa berubah seperti ini, dan kenapa Raka bisa menjadi laki-laki bajingan yang membuat Gadis menangis dan akan selamanya terus menangis.

"Raka!! Ngapain lo di sekolah pagi-pagi gini?" tanya Januar, melayangkan tatapan skeptis saat dia tahu Raka tergeletak di lapangan sekolah jam 6 pagi!

"Gila ... Gila, otak lo kayaknya lagi bermasalah ya?" Januar bertanya lagi, mendesis pelan, biasanya Raka akan datang ke sekolah saat bel masuk tiba.

"Lo punya mesin waktu enggaksih, gue pengen balik ke masa lalu nih."

"Ada, minta aja ke Doraemon." tawa Januar yang sama sekali tidak di respon Raka.

"Ngapainsih lo, pagi-pagi ke sini, bibi kantin aja belum buka. Noh, Mang Odeng penjaga sekolah aja masih tidur."

"Gue pengen tobat nih, jadi murid teladan bukan murid yang selalu kesiangan,"

"Anjay jadi ... eh kok jadi ikutan latahsih, niruain vidio tiktok itu."

"Kan kalau ke siangan, siswa yang telat gak akan misuh-misuh kalau ada gue, mereka paling-paling minta nomor WA gue." Raka tertawa hambar mencoba menutupi kepahitan yang sudah terjadi tadi.

"Dasar ganjen lo!"

"Bukan ganjen tapi mereka yang kegenitan."

Raka melemparkan bola basket ke samping, lalu bergegas entah kemana, mengaitkan tas selempang di sebelah pundaknya. Yang jelas pikirannya ingin terbebas, bukan ke kelas bukan balik ke apartemen, dia ingin bolos hari ini ketempat yang sebelumnya tidak pernah Raka kunjungi, ia ingin berlari dan menumpahkan rasa sedihnya ke satu orang yang sudah lama enggak pernah dia kunjungi, Ibu.

"Datengnya ke pagian, eh baliknya juga."

"Enggak mau ngopi dulunih di markas sebelah?" tanya Januar, yang di sambut lambai dari belakang.

"Gue balik duluan."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tiga Belas DetikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang