Amarah

2.5K 78 0
                                    

"Siapa yang peduli saat lo jatuh, sakit hati, terluka, saat lo butuh bantuan, gue Dis! Gue peduli sama lo!"

"Saya gak boleh di skor bu, apa-apaan!" teriak Risti tak terima saat surat skor sudah tergeletak di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Saya gak boleh di skor bu, apa-apaan!" teriak Risti tak terima saat surat skor sudah tergeletak di hadapannya.

"Lo yang apa-apaan!" teriak Rico

"Emang salah gue apa? Sampai lo nyeret gue ke sini?" Teriak Risti yang sama-sama tidak mau mengalah apalagi mengakui kesalahannya.

"Masih gak nyadar diri? Gadis yang lo kunci kemarin, Gadis yang lo potong rambutnya sampai telinga, lo masih gak sadar diri?" teriak Rico dengan matanya yang masih menatap Risti dengan amarah.

Sebagai ketua osis dia berhak duduk di depan BK apalagi melaporkan kejadian kemarin.

"Itu bukan kesalahan gue, Gadis memang pantas nerima itu!" Risti mendobrak meja ruang BK, memburu napas menatap mata yang sama tersorot kearah Rico. Sampai akhirnya bu Cici membuka suaranya untuk memberhentikan kekacauan yang terjadi di ruangan ini.

"Stop kalian berdua! Rico kamu boleh keluar dari ruangan ini."

"Tapi Bu, saya harap Risti mendapat hukuman yang setimpal, bisa jadi seseorang terkena ganguan mental dengan apa yang di lakukan Risti."

"Iya-iya saya Faham, kamu bisa keluar."

Keheningan tercipta sesaat, Risti keluar sesudah lima menit di dalam mengambil surat skor yang di berikan oleh bu Cici, selama tiga hari. Kadang guru BK di swasta dan Negeri berbeda, di Negeri kebanyakan BK orang punya masalah, semua permasalahannya bisa bocor ke guru-guru lain, beda dengan swasta ditangani dengan serius dan sampai selesai ke akarnya. Dan Rico ada di sekolah negeri begitulah guru BKnya, tidak benar-benar menuntaskannya sampai seratus persen.

"Honey..." teriak Rista mendekati Raka yang sedang berbaring di halaman belakang sekolah.

Tanpa malu, Risti berbaring mengambil satu lengan Raka untuk berada di dekatnya.

"Liat deh, aku dapet surat skor, emang aku salah apasih?" ucap Risti mengambil surat itu diangkat ke atas langit, Sedikit pun sedikit saja, Risti punya malu dan tahu apa kesalahannya.

"Lo salah apa?" Raka berdecik sebentar, bangun dari tempat.

"Gue bikin peringatan sama Gadis, biar dia enggak bisa deketin kamu."

Raka menatap Risti dengan penuh panas, sebentar saja otaknya di pake, apa dia enggak bisa sedikit pun menyakiti orang-orang yang Raka  sayangi di sekitarnya?

"Lo gak pernah nyadar jadi manusia, kalau lo berani nyakitin Gadis, gue bakal batalin pernikahan ini."

"Oh sekarang kamu juga bela Gadis?"

Risti berdiri, mengsejajarkan posisinya agar sama dengan Raka.

"Gue bukan bela dia ya Ris, tapi sikap lo itu berlebihan!"

Tiga Belas DetikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang