Malam itu, bintang-bintang sangat cantik bertaburan di gelapnya awan. Tapi kenapa aku nggak bisa ngeliat cahayanya?
Karenanya, dunia terasa gelap. Kenapa hidupku juga ikut gelap kayak gini? Nggak bisa kusangka dan kuperkirakan ternyata malam itu nggak berpihak padaku.
Gelapnya malam
Juga sama dengan gelapnya hidupku.Mungkin dibalik watak kerasku, orang-orang nganggep aku ini orang yang kuat, tapi gimana? Langit hitam malam ini menangis. Ku tahan sekuat-kuatnya, berusaha kututupi luka ini, ternyata butiran air dari penglihatan ini nggak bisa ditahan lagi. Malu lah kalo diliat mamak sama bapak...
Apa karena orang itu aku begini? Orang yang selalu membuat keluargaku menangis...
Orang yang selalu ada di hati seharusnya dijaga, jangan sampai dia siramkan hati kita dengan racun.Dan ini yang keluargaku rasakan.
Derita, tangis, keluh kesah, air mata. Hampir setiap hari aku bertemu mereka semua. Seperti teman. Ditengah kesepian.Kapan semua berakhir? Aku nggak tau harus gimana. Aku rindu bahagia. Aku muak dengan hidupku.
Ditengah tumpahnya kristal cair itu, tiba-tiba mamak mengagetkanku.
"Nak! Apa yang ada di matamu? Mamak liat dari tadi kamu ngucek-ngucek mata terus?" Mamak menghampiri bersama mukenahnya.
"Nana nggak tau mak, dari tadi mata Nana perih banget. Apa mungkin ada katak masuk ke mata Nana ya mak?!" Jawabku aneh, mencoba hilangkan sedih dan menghibur diri.
"Bisa aja kamu, kalo kamu belum ngantuk. Pijetin mamak yuk Nak!"
"Oke, tunggu Nana masukin buku pelajaran ke dalem tas dulu mak".Sedih pastinya masih ada, apalagi pas aku mulai mijetin kaki mamak. "Mak kaki mamak kok bengkak gini?"
"Mamak tadi bantuin bapak di gunung, tenang aja bengkak ini karena Mamak belum biasa aja kerja keras" Mamak dengan napasnya yang seperti orang sedang bersiul.
"Nanti hari minggu, Nana mau ikut ya mak. Mau bantuin Mamak sama bapak kerja" jatuh lagi air mata, tapi untungnya aku ada dibelakang badan mamak.Sembari memijat mamak, kulihat bapak yang tengah berselonjor dengan kaki kasarnya di teras rumah. Rambutnya udah nggak hitam lengkap, rambut putih menghiasi rambut hitamnya tambah bikin bapak makin gagah. Ya, aku selalu ngeliat bapak kayak ini. Bapak super Mamak super dan Aku yang super duper.
"Pak, bapak mau dipijetin juga?" Senyumku penuh makna.
"Nggak minta bayaran kan!?" Tanya bapak mengejek.
Hahaha. Selera humor bapak memang lebih tinggi dari mamak, aku suka semua yang ada pada mereka.Mak, pak biarin Nana kayak gini ya.
Nana nggak mau kita nyerah gitu aja. Nana mau buktiin ke mereka semua kalo kita ini beda dengan mereka bukan karena kita nggak mampu. Nana pengen mereka tau kalo kita ini beda dari mereka karena kita nggak pernah hilang asa...Tungguin aja!...
KAMU SEDANG MEMBACA
WAITING...
Teen FictionAku datang bersama kisah-kisah yang mungkin tak bisa kalian jangkau. Ternyata aku banyak menyimpan rahasia. Rahasia yang memang tak seharusnya ku umbar. Bolehkah aku menyimpannya sendiri? Biarkan hati ini saja yang ada dalam sebuah penantian...