Sang Gagah

40 6 2
                                    

Jangan salahkan waktu.
Karena waktu nggak akan pernah tahu kenapa dia harus berputar sangat lama.

Jungkir-balik kehidupan kurasakan sejak saat itu. Penantianku nggak kunjung usai. Semua yang kutunggu malah nguap gitu aja.

Hidupku masih sama. Masih tanpa mamak dan bapak. Masih menyimpan rindu yang nggak bisa aku ceritakan pada siapapun.
Tapi bedanya sekarang aku sudah naik kelas.
Eh bukan cuma naik kelas, tapi juga pindah sekolah.

TK ke SD

SDN HARAPAN 01
Disini aku dilatih banyak. Kalo di TK aku diajarkan jadi anak yang kuat, nah kalo di SD pelajaran berhargaku adalah keberanian.

Peralihan masa,
Dari seragam biru muda dengan hem putih, kini berganti dengan seragam putih merah.
Sekolah Dasar yang berjarak satu rumah dengan TK ku ini emang Sekolah favorit di desaku.
Kadang teman-temanku menyombongkan diri karena mampu sekolah disini ke teman-teman di SD lain.

"Halaah... sekolah aja nggak tau apa-apa, kenapa harus nyombongin diri segala?" Ungkap sanubariku tak tampak.

***

Memang berbeda kuakui

Mereka bergerombol disana-sini melihatku penuh selidik. Alis tebalnya seringkali mengerut saat kulewat di depan posisinya berdiri tegak.

Kok bisa gitu ya? Sebegitu hinakah aku dimata mereka?

Sampai hari ini. Hari Rabu

Hari ketiga di SD

"Assalamualaikum nak-kanak!" Salam sapa ibu Kusmiyati sebagai wali kelas kami dengan logat kental Maduranya.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuuuhh..." Jawab serentak anak-anak usia 6-7 tahun ini.

Sembari menuliskan nama beliau dengan huruf kapital di papan kelas, ibu Kusmiyati dengan semangat yang menggebu-gebu memperkenalkan sosok beliau. Bibir berbalut lipstik berwarna merah membuatku takut di awal, mata bulat seperti kelereng itu seakan membuat jariku siap untuk menembaknya jauh, usia beliau sekitar 35 tahun, dan style kerudung modis yang beliau kenakan lebih rapi dibanding gaya yang mamak punya.

"Ibu jadi guru di SDN HARAPAN 01 ini sudah emmm... kurang lebih 8 tahunan lah. Kalian semua mungkin belum lahir ya?" Intermezzo Wali kelas kami.

Panjang kali lebar Bu Kusmiyati menyapa kami. Mulai dari pengenalan SD, makna murid, guru, bahkan pengalaman pribadi beliau pun dilontarkan saat itu. Nggak jarang pula ibu ini mengulang kata-kata
"enggg.... engg.." hitung-hitung pengenalan jati diri juga dan ke khasan sang wali kelas.

Zainul Abidin
Siti Aminah
Fatkhor Rahman Al Januzi
Nana Ma'ana
Sofiatun Naja
Ahmad Hanif

Ada apa dengan 6 nama ini? Kenapa harus ditulis tepat dibawah nama KUSMIYATI yang baru saja beliau tulis?

"Kalian silakan maju!" Perintah wali kelas berbaju cokelat itu.
Tanpa menunggu lama dan tanpa pikir panjang pula kami berenam maju kesamping posisi duduk beliau.

"Ibu akan pilih dari mereka berenam yang akan jadi Ketua Kelas, Wakil Ketua Kelas, Sekretaris 1, Sekretaris 2, Bendahara 1, dan Bendahara 2. Mereka semua yang akan jadi pengurus inti kelas" jelas beliau.

Penjelasan tentang fungsi masing-masing pengurus kelas ini beliau sampaikan kepada kami dengan penuh penekanan luar biasa.
Guru di SD ternyata beda dengan guru di TK.

"Waawww.... kok bisa lancar ibu gurunya. Padahal beliau nggak baca buku" kagumku dalam hati mengenal sosok guru.

"Ibu akan pilih ketua kelas yang perempuan aja ya. Tapi, tunggu sebentar...." mata bulat itu semakin melebar beriringan dengan jari telunjuk yang ditempatkan didepan bibir merah beliau.

WAITING...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang