Hari ini hari Senin. Dua minggu sudah kuinjakkan kaki di SDN HARAPAN 01 ini. Disini kutaruh harapan-harapan yang ingin kugapai.
Demi harapan,
Kuakan wujudkan."Eh? Tapi gimana cara gambar ini ya?" Tanyaku pada seorang teman yang tepat berada di depanku.
Pertanyaanku mungkin dianggapnya angin yang terhembus begitu cepatnya. Nggak dia gubris sedikitpun pertanyaanku tadi. Dia mendengar aku bertanya, karena dia sempat membalikkan badannya ke belakang. Melihat kearahku, lalu memutar kembali lehernya ke depan. Huwwssss...Desi Rahmawati
Kami panggil dia Dedes. Perawakan mungil, kecil, kulit putih, berambut hitam dan ikal.
Dia punya pendirian yang kuat, emosinya nggak stabil. Sukanya menyelesaikan masalah dengan kekerasan.
"Waduh! Salah tanya orang nih" menunduk pelan kearah buku gambar yang sedari tadi kupegang.Tiga puluh empat murid tengah duduk di kursinya masing-masing. Mendengarkan siraman ilmu pengetahuan dari guru-guru. Meskipun emang ada diantara kami yang tidur di jam belajar, ada yang mainan sama teman sebangkunya, dan adapula yang ditemani mamanya sampai dikelas.
Tettt.. Tetttt.....
Yeeee istirahat. Serentak segerombolan anak itu berteriak.
Mereka Nini, Ratna, Dewi, dan Lilis. Segerombolan anak yang emang nggak suka berteman denganku sejak awal masuk.
Kuakui mereka cantik, uang sakunya banyak, rata-rata 5000. Kenapa aku tahu? Karena bukan sesekali dua kali mereka pamerkan uang jajan mereka didepan mataku. Uang lembara berwarna cokelat itu mereka kibas-kibaskan didepan wajahku.5000:1000
Menurutku 1000 itu udah banyak. Aku udah bisa telur gulung 2 dan es di kantin bibi May.
Nah kalo mereka jajannya bukan telur gulung. Hampir tiap hari mereka beli es krim atau nasi goreng di toko seberang sekolah.Ya, emang nggak bakalan sekufu aku sama mereka. Dan aku juga nggak sebegitu maunya temenan sama mereka berempat.
Satu.
Anak perempuan seukuran bahuku datang menghampiriku. Dia datang bersama es lilin ditangannya.
"Nana, nanti pulang sekolah kita main lompat tali yuk dirumahku!" Bujuk Sofi dengan mata penuh harap.Hah? Mimpi apa aku semalam? Ada teman yang mau mengajakku main dengannya. Apa iya Sofi mau jadi temanku?. Gerutuku dalam hati.
"Ah iya deh Sof. Nanti aku kerumahmu." Senang sekali kuiyakan ajakannya.
Sofiatun Naja
Sekretaris 2 dikelasku. Dia punya wajah yang manis, badan kurus, dan nggak kalah kayanya dengan Nini dan kawan-kawannya. Tapi bedanya, dia punya hati yang tulus. Dia datang dan mau jadi temanku tanpa melihat penampilan dan keadaanku.Bersyukurlah sekarang kupunya teman.
Hari-hariku berikutnya disekolah nggak begitu terasa hampa. Itu semua karena sekarang aku punya Sofi didekatku. Ya karena dia memang teman sebangkuku.
Kemana-mana kita berdua. Mulai dari ke kantin, ke kamar mandi, disuruh-suruh ibu guru, bahkan ikut lomba pun berdua.Seiring berjalannya waktu. Mereka semua mau menjadi temanku. Mungkin karena mereka melihat pertemananku dengan Sofi. Ya, sekarang mereka lebih mau mendengarkan aku sebagai ketua kelas.
Awalnya, setiap hari kuberangkat pagi untuk menyapu seluruh ruangan kelas. Tapi saat ini mereka mau mengikuti peraturan kelas. Mereka mau membersihkan kelas sesuai jadwal piket
Awalnya aku dianggap sebagai sumber bau nggak sedap di ruangan kelas, sekarang sudah ketahuan siapa sang pembuat bau itu. Dia Amrin. Temanku yang satu ini nggak gemuk sepertiku. Tapi dia jorok sekali. Kaos kakinya aja sampai berwarna cokelat.Alhamdulillah. Kuhempaskan pelan-pelan napas legaku. Melihat aku sudah mulai ditempatkan dihati mereka.
Rasa bahagiaku bertambah saat aku sudah berada di kelas 4. Disitu aku masih memegang jabatan ketua kelas bersama Hanif, wakilku. Panggilan gajah itu sudah jarang sekali kudengar dari mulut kecilnya. Dia juga mau berteman baik denganku.
Aku, Sofi, Hanif, dan Denis.
Kami berteman sangat baik. Kami habiskan waktu kami dengan bermain sesuka hati. Aku bahagia sekali berteman dengan mereka. Hingga suatu hariTeettt.... Tetttt....Tetttt...
"Loh kok tiga kali?"
Bunyi bel pulang di jam 8 itu mengagetkan kami.
Ibu guru dikelas segera menjelaskan bahwa ada rapat guru di Kecamatan.Wuiihhh... betapa senangnya.
Pagi ini kami habiskan waktu sekolah di rumah Hanif.
Jalan kaki kerumah Hanif memang jauh. Tapi nggak kerasa jauhnya kalau kita jalan sambil ketawa-ketiwi.Sampai dirumah Hanif.
Disitu kita berempat bertemu mamanya.
"Mamamu cantik ya nif.." bisikku pada Hanif
"Yaiyalah, orang anaknya ganteng masak mamanya jelek" jawabnya penuh kesombongan. Haha"Sebenarnya kurindu mamak saat kulihat mama Hanif. Tapi yasudahlah mak. Aku disini masih senang dengan bibi Azizah dan teman-temanku. Sehat selalu mamak, bapak." Termenung melihat mama Hanif memberikan kami susu cokelat di tangannya.
"Woyy... kok melamun???" Suara Denis membuyarkan lamunanku.
"Mending kita nyanyi-nyanyi aja yuk!" Ajak Sofi seakan jadi tuan rumah dirumah Hanif. Ya, memang Sofi itu kerabat dekat Hanif.
"Oke. Tunggu sebentar" Hanif mengiyakan lalu menyetel VCD merk Sony berwarna putih dibawah Televisinya.KUBURAN BAND
Terpampang begitu besarnya tulisan itu di layar televisi Hanif. Kami kira itu film hantu, eh ternyata"C A minor D minor ke G ke C lagi
A minor D minor ke G ke C lagi
A minor D minor ke G ke C lagi" Hanif menyanyikannya dengan memperagakan tangannya seolah memegang gitar seperti yang ada di televisinya.
Terlihat lucu dengan mimik mukanya yang manyun-manyun nggak jelas, matanya semakin sipit saat ia nyanyikan lirik
"Ke C laaagiii" di ending lagu."Ayo kalian ikut juga dong. Kan ini udah ada liriknya. Tinggal dibaca" tunjuk Hanif dengan telunjuknya letak keberadaan lirik lagu.
"Oke oke" jawab kami bertiga bergantian.Jingkrak-jingkrak mempraktikkan personil Kuburan Band dengan penuh semangat. Untungnya Hanif nggak ambilkan kami tepung buat dijadiin make up kayak mereka.
Terbaring ngos-ngosan di atas keramik bercorak bunga-bunga. Lelah tapi menyenangkan.
Tiba-tiba saja kuingat kalau besok ada lomba di kecamatan. Aku dan sofi ikut.
Aku ikut lomba Ipa, sedang Sofi di lomba Senam.
"Oh ya Sof, besok kita lomba. Kamu nggak latian?" Menolehkan panganku kearah Sofi.
"Nanti jam 2 aku kerumah Nini, Na. Kamu nggak belajar buat besok"? Jawabnya disertai pertanyaan balik.
"Iya nanti aku belajar. Yaudah yuk kita pulang aja!" Ajakku pada Sofi dan Denis.
"Yaudah. Sukses ya buat Nana sama Sofi. Semoga menang lombanya besok" ujar Denis sambil menggendong kembali tasnya.
"Amiinnn" serentak aku, Sofi, dan Hanif menjawab Denis.Lomba Tingkat SD se-Kecamatan Socah, Bangkalan, Madura.
Meski bukan sekali aku diikutkan lomba oleh guruku, tapi hari ini beda. Gugup melihat mereka yang menaruh harapan sangat besar dipundakku.
Tahun lalu. Saat di kelas 3, aku pernah ikut lomba Mengarang puisi di tempat ini juga. Tapi aku gagal bawa pulang piala. Dan disitu aku telah patahkan kepercayaan mereka.
Kali ini aku ingin harapanku tercapai.Bismillahirrohmanirrohim...
Soal demi soal kujawab dengan pensil ajaibku. Pensil yang sudah diraut oleh guru tercintaku. Ibu Asiah.
Dan akhirnya pengumuman pemenang dari setiap lomba dibacakan.Dimulai dari lomba Pidato, Baca puisi, Menyanyi, Mengarang puisi, Matematika, Ipa, dan Senam.
Penghargaan yang kami raih:
Lomba Pidato. Juara 1 dimenangkan olehSDN HARAPAN 01
Husein Akbar...
Dia Kelas 3, adik kelasku. Memang dia dari keluarga berpendidikan. Nggak heran kalau dia jadi juara.Lomba Senam. Juara 3
Diraih olehSDN HARAPAN 01
Wowww Sofi menang....
" Bagus Sof!!!" Lompat-lompat kegirangan sambil memegang tangannya.Lomba Mata Pelajaran Ipa
Dimenangakan olehSDN HARAPAN 01
Nana Ma'ana
"Nana...." teriak ibu Asiah lalu memelukku erat.
Pelukan hangat ibu guru, jabatan tangan selamat dari teman-teman, dan tepuk tangan dari hadirin dapat ku rasa begitu indahnya.Aku menang!!!
Harapan kutaklukkan, daan semua itu karena aku bergerak.Sebesar apapun harapanmu
Setinggi apapun keinginanmu
Tak akan kau temukan mereka
Jika kau hanya terpaku, menunggu
Bangkit, dan bergeraklah!

KAMU SEDANG MEMBACA
WAITING...
Ficção AdolescenteAku datang bersama kisah-kisah yang mungkin tak bisa kalian jangkau. Ternyata aku banyak menyimpan rahasia. Rahasia yang memang tak seharusnya ku umbar. Bolehkah aku menyimpannya sendiri? Biarkan hati ini saja yang ada dalam sebuah penantian...