[4] Curiga

184 52 5
                                    

🐾 Happy Reading 🐾

Malam ini Lizza sangat bosan, ia ingin keluar rumah. Tapi keinginannya ia urungkan karena cuaca agak panas, pertanda hujan akan turun. Lizza tidak ingin merepotkan orang lain apabila ia keluar malam ini dan bermain dengan hujan yang menyebabkan ia sakit. Mana di rumahnya saat ini tidak ada siapa-siapa. Orangtuanya belum pulang dari 3 minggu yang lalu.

"Ma, kapan pulang? Apa belum selesai urusannya?" Lizza memencet tombol sent mengirimkan pesan singkat pada mamanya.

Lama Lizza menunggu jawaban mamanya. Tapi nihil tak ada satu pun pertanda balasan muncul dari mamanya.

Lizza berpikir, apakah kedua orangtuanya itu sudah melupakannya gara-gara suatu urusan? Apakah mereka sudah tidak merindukan anak semata wayangnya itu? Ataukah memang benar-benar mereka sudah tidak sayang pada putri idaman mereka?

Berbagai pertanyaan muncul di benak Lizza. Ia sekarang meresa sendiri di dunia ini. Tak ada satupun orang yang memperhatikannya.

Hanya sahabatnya lah yang sekarang ini selalu menghiburnya walau sesaat.

Air matanya mengalir membasahi pipi manisnya. Entah engapa ia merasa sangat-sangat merindukan orangtuanya itu.

🌿🌿🌿

Lizza sudah berada di sekolahnya sejak jam 06:30 WIB.

Entah apa yang ia rasakan tapi hatinya sekarang terasa tidak tenang.

Lizza masih sendiri di kelasnya, belum ada teman sekelasnya datang. Mungkin karena sekarang ini masih pagi.

"Good morning Za!" sapa Farel yang tiba-tiba datang. Ia menyodorkan kolata isi kacang mede ke hadapan Lizza.

"Kamu kemapa Za? Kamu abis nangis ya?" tanya Farel cemas karna melihat kantung mata Lizza yang agak membesar. Ia lalu duduk di depan Lizza sambil menopang dagunya.

"Aku gak apa-apa kok Rel!" jawab Lizza sambil mematahkan bagian coklat pemberian Farel.

"Jangan bohong ah Za! Kepala kamu sakit lagi ya?" Farel mengelus kepala Lizza dengan lembut.

Lizza tidak merespon perlakuan Farel. Saat ini Lizza merasa tengan. Entah mengapa suasana hatinya kini berubah derastis ketika Farel mulai mengelus kepalanya.

"Ekhm!" suara itu sangat jelas masuk kedalam telingan mereka berdua. Suara yang tak aneh lagi merek dengar. Sanni yang tiba-tiba datang melihat semua yang di lakukan Farel kepada sahabatnya itu. Farel menghentikan elusannya.

"Lanjutin aja kali!" Sanni memutarkan bola matanya sinis.

Lizza dan Farel hanya terdiam. Mereka tidak bisa menjawab atau berkata apapun. Farel pindah ke rempat duduknya seperti biasa di belalang.

🌿🌿🌿

Suasana di kantin sangat ramai seperti biasanya. Namun mereka berdua hanya terdiam berkecambung dengan pikiran mereka masing-masing.

Lizza mengaduk-aduk bakso dihadapannya itu, selera makan Lizza seakan tidak ada lagi. Sanni terus memandang lapangan basket dengan menopang dagunya. Ia bertanya-tanya mengapa ia harus memikirkan kejadian tadi pagi. Sanni merasa bingung dengan sahabatnya ini.

You're My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang