Aku menyukai pujian yang kudengar darimu, sungguh.
Namun ... kenapa rasanya akhir-akhir ini semua itu hanya omong kosong?
Kamu hanya mengucapkan pujian itu agar aku bahagia, agar hubungan kita tetap terjaga seperti dahulu. Seperti saat kamu masih tergila-gila padaku dan sibuk melontarkan pujian demi pujian sampai aku risi.
Tapi kini semua itu hanyalah kepalsuan, iya kan?
Semua usahamu untuk mempertahankanku tidak bekerja.
Karena hubungan kita sudah berakhir entah sejak kapan.
Hanya saja ... kamu dan aku sama-sama belum mau semua ini berakhir. Kamu dan aku masih sama-sama mau mempertahankan rasa yang telah lama mati.
Aku menatapmu, dan dari tatapanmu, aku tahu kamu juga tahu itu.
Kamu berdiri, menyadari ini sudah waktunya pergi. Aku menunduk, memahami bahwa ini adalah akhir dari kita.
"Aku suka saat kamu bermain games racing itu dan mengalahkanku," katamu, sebelum bahkan kakimu terangkat. Senyummu terukir indah di wajahmu. "Jarang-jarang lho, ada yang bisa ngalahin aku pas main games itu."
Entah kenapa, rasanya pujian itu adalah jalan bagi kita untuk kembali membangun apa yang telah hancur. Untuk menggesek korek itu, sehingga api kita akan menyala kembali.
"Kalau begitu, coba kalahkan aku," balasku, bangkit berdiri, ikut tersenyum.
Kamu menyeringai. Dan bersama, kita menggesek korek api itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serunai Kata
PuisiApa kau tahu semua kata ini kutuliskan hanya untukmu? Warning: buku ini makin ke belakang makin banyak curcol nya. [#101PO 120217]