Prolog

116 13 4
                                    

Keadaan kelas yang mula-mula ramai tiba-tiba menjadi hening. Bukan karena kedatangan guru, tapi karena kedatangan seorang anak baru, yang  dengan tampang tengilnya masuk kedalam kelas tanpa ijin. Seluruh pasang mata menatapnya dengan berbagai ekspresi. Mulai dari bingung, aneh, hingga terpesona. Gayanya yang bad, serta wajahnya yang tampan, sungguh memasuki kriteria cowok idaman pada tahun ini.

"Lo siapa ya? Tiba-tiba masuk kelas orang tanpa ijin." Rio, ketua kelas XI. MIA 2 akhirnya angkat bicara.

"Nama gue, Andra Putra Mahesa. Gue anak pindahan dari SMA Pelita Harapan." Wajahnya yang manis, ditambah senyum tipis yang diperlihatkannya, membuat kaum hawa yang berada di kelas tambah terpesona.

"Lo kan anak baru, kenapa masuk kelas gak bareng Bu Indah?"

"Ah iya! Gue gak mau ngerepotin Bu Indah. Jadi gue memutuskan buat dateng ke kelas ini sendiri. Dan buat sekretaris, Bu Indah nitip pesen, kalau istirahat pertama nanti, suruh nemuin dia di ruang BK," Andra berbicara seolah-olah ini adalah kelasnya sejak lama. "Dan... Lo KM kan? Gue duduk dimana ya?"

Rio menghela nafasnya. Dia merasa, bebannya sebagai ketua kelas sekarang ini bertambah banyak karena kehadiran Andra. Ia sudah bisa menebak sifat Andra yang sebenarnya walau baru beberapa menit bersitatap. "Lo bisa duduk di samping Udin. Barisan keempat, bangku ketiga dari depan."

Andra mengangguk paham. Lalu meninggalkan Rio yang masih menatapnya. Andra berjalan melewati beberapa perempuan yang secara terang-terangan menatapnya penuh harap. "Nama gue Andra. Salam kenal," Andra mengeluarkan senyuman mautnya. 

"Ah iya, nama gue Putri, ini Icha, kalo yang ini Nia." Putri memperkenalkan temannya satu per satu dan mendapat anggukan dan senyum menawan dari Andra.

Andra telah sampai di kursi yang di tunjuk oleh Rio. Kursi di samping kursi Andra terlihat kosong. Padahal jam pelajaran telah dimulai sejak sepuluh menit yang lalu. "Kalo lo mau nannya, dimana temen semeja lo, dia gak bakal pernah masuk."

Andra dibuat kaget dengan suara dari arah samping kirinya. Di seberang mejanya terdapat seorang gadis, tengah membaca buku novelnya seraya mendengarkan musik dari earphone miliknya.

"Kenapa gak masuk?" Setelah menaruh tasnya, Andra memfokuskan pandangannya ke gadis yang berada di sebrang mejanya saat ini. Perempuan di sebelahnya ini hanya mengangkat bahunya, dan membesarkan volume lagu yang ia dengarkan.

Andra dibuat bingung dengan kata-kata perempuan disebelahnya. Hingga datang  seorang laki-laki, membawa gitar dan duduk dikursi yang berada disebelahnya. "Kok lo masuk?"

Cowok yang duduk di sebelahnya ini menatapnya dengan tatapan bingung dan heran. "lo siapa?"

"Gue Andra Putra Mahesa. Anak pindahan dari SMA Pelita Harapan," Andra memperkenalkan dirinya pada teman disebelahnya ini, seperti saat ia memperkenalkan dirinya kepada Rio. "Kata tuh cewek, lo gak bakal masuk." Andra menunjuk perempuan yang duduk di seberang bangkunya.

"Oh dia. Dia namanya Andara. Yang dia maksud bukan gue, tapi temennya dia. Sahabatnya gitu lah. Dia meninggal karena suatu insiden,"

"insiden?"

"Iya. Sorry gue gak bisa nyeritain. Gue juga gak tau jelas ceritanya gimana. Dan jangan pernah nannya tentang ini kesiapa pun. Oh iya, nama gue, Syarifudin. Biasa dipanggil Udin."

Andra hanya tersenyum dan mengangguk. "Andra."

"Gue udah tau"

"Anjir"

*****

Haii...

Aku balik lagi. bawa cerita baru. aku berharap kalian gak nebak-nebak alurnya kayak gimana ya. Dan aku berharap alurnya juga gak bisa ditebak :v

InsyaAllah, cerita yang ini sampai tamat kok. Dan untuk yang mikir *padahal gak ada* 'pendek banget'. Iya pendek, karena ini Prolog. InsyaAllah, next chapter bakal lebih panjang.

Yang udah baca, jangan lupa vote and comment!

AND(A)RATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang