Chapter Two 'Permen Karet'

89 11 5
                                    

Andara membaca isi dari lintingan kertas, yang sengaja ditaruh di dalam kemasan obat memar dengan kening berkerut. Ia tahu siapa yang mengirimkan ini. Sudah pasti Andra. Anak yang baru sehari di sekolahnya tapi ngeselinnya minta ampun.

Ponsel yang Andara letakan di meja bergetar. Matanya menangkap jika ada sebuah pesan dari aplikasi Line yang masuk diponselnya. Tanpa menerka-nerka terlebih dahulu. Andara langsung mengambil ponselnya dan membuka pesan yang masuk ke ponselnya.

Andra: Dipake ya obatnya. Itu mujarap banget. Gue sering make itu.

Andra: Sorry tadi gue pulang duluan sebelum lo dateng.

Andara hanya membaca pesan itu tanpa berniat membalasnya. Ini hari pertamanya bersama dengan Andra. Tapi laki-laki itu sukses membuatnya ilfeel sekaligus benci dengannya.

Andra: Daraaa...

Andra: Dara jangan cuma di read doang kek

Andra: D

Andra: A

Andra: R

Andra: A

Andara benar-benar tak habis pikir, apa tidak bisa, semenit saja lelaki yang sekarang room chatnya tengah dibuka oleh Andara berhenti mengusiknya?

Andaraa: Makasih buat obatnya. Dra, gue kan udah bilang disekolah, gak usah ngurusin hidup gue. Gak usah nyepam dan sok sokan minta maaf. Lo tuh anak baru, tapi kelakuannya tuh gak ada baik-baiknya.

Jari Andara langsung menekan tombol kirim, dan langsung mematikan ponselnya. Andara yang baru saja hendak bangkit dari duduknya dan menuju ke kamarnya terhenti, saat tante Irna memanggilnya seraya membawa kotak P3K ditangannya.

"Sini tante obatin. Duduk sini," Tante Irna telah duduk ditempat yang tadi diduduki oleh Andara. Dipangkuannya sudah tersedia kotak P3K yang isinya lumayan lengkap untuk pertolongan pertama.

Andara sudah duduk didepan tante Irna yang kelihatan mencari sesuatu di dalam kotak berwarna putih dipangkuannya itu. Mata Andara melirik ke obat memar yang tadi diberikan oleh Andra. "Tante nyari apa?"

Mata tante Irna menatap Andara. "Nyari obat memar. Seinget tante, tante masih punya sisa obat memar punya abang kamu. Nah ini dia," Ditangan tante Irna telah terdapat obat yang sama dengan yang diberikan oleh Andra. "Sinian kamunya. Biar tante obatin. Mending pake yang ini dulu. Sayang buka yang itu."

Andara mendekati tante Irna dan dengan telaten tante Irna mengusapkan obat memar itu ke kening Andara. "Abang kamu tuh bandel banget. Dulu, pas dia SMA kalo pulang sekolah, selalu ada aja yang luka. Kerjaannya berantem mulu. Pusing tante mah."

Andara hanya membalas ucapan tante Irna dengan kekehan. Hampir setiap hari tantenya itu selalu menceritakan tentang Samuel, anak laki-lakinya yang sekarang tengah berkuliah di London. Tante Irna hanya memiliki satu orang anak, yaitu Samuel. Karena suami tante Irna bekerja di luar negeri, dan Sam berkuliah di luar negeri, jadilah tante Irna sendiri dirumah, maka dari itu, ia meminta Andara untuk tinggal dirumahnya.

"Dara?"

"Iya tan?"

"Itu tadi yang ngasih obat pacar kamu?"

Dahi Andara berkerut. "Idih. Ya enggak lah. Dia tuh yang bikin jidat aku memar terus benjol kayak gini. Ngerasa bersalah kali tuh dia,"

"Oh gitu. Yaudah tante mau pergi dulu ya, mau pergi ke cafè tante. Kalo mau makan, ambil aja di lemari ya,"

"Iya tan."

*****

Pukul Indonesia bagian barat, telah menunjukan pukul enam lewat dua puluh menit. Semilir angin pagi menyentuh lembut tangan Andara yang tidak ditutupi apapun.

AND(A)RATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang