Chapter Three 'Video Call'

76 7 0
                                    

Cuaca hujan diluar, sangat pas untuk acara meminum teh hangat dan menciptakan suatu sastra yang indah. Andara, yang dibalut baju tidur abu-abunya, duduk dibalkon dengan ditemani secangkir teh manis hangat. Ditangannya telah terdapat bolpen yang siap menumpahkan tintanya di buku harian yang berada di pangkuan Andara.

"Lo belom tidur ternyata," suara berat dari arah belakang, membuat Andara menoleh dan mendapati abang kesayangannya telah berdiri di ambang pintu kamarnya.

Tanpa menunggu aba-aba, Andara langsung berlari dan menubruk Sam. "Gue kangen lo badak."

"Ish ish sih... Ngaca deh. Siapa yang badak. Badan lo berat banget sumpah." Andara hanya mengumpat dan menggerutu. Lalu Sam menuntun Andara untuk duduk di kasur gadis itu.

"Lo bawa oleh-oleh gak? Baju kek buat gue, T-shirt, Celana, sepatu, tas, apa kek gua terima pasti,"

"Bawa noh gue. Baju, kemeja, celana, sepatu. Ambil aja gih dah. Abis itu cuciin," Sam telah berkeliling kamar Andara. Tak ada yang berubah sejak satu tahun lalu, saat ia membujuk gadis yang berada di hadapannya ini, agar mengikhlaskannya pergi ke luar negeri.

Andara tak menggubris ucapan abang lelakinya itu. Walaupun tak serahim, setidaknya kehadiran Samuel mampu membuatnya merasa memiliki abang. "Sam, lo lama gak disini?"

"Emm... lama gak ya," Samuel tampak berfikir. Ia membolak-balikan langkahnya sambil memegang kepalanya.

"Apasi lo. Gadanta kucrut. Gue nannya gitu aja, jawabnya lama banget,"

"Heh! Kok lu jadi suka ngomong kasar sih. Gue aduin ke nyokap lo. Biarin aja." Sam langsung melangkah kearah balkon kamar Andara. Disana ia melihat secangkir teh, beserta ponsel milik Andara di atas meja. Sam langsung mengambil ponsel Andara dan langsung membuka lock screen dengan password yang memang telah dihafal oleh Sam.

"Anju! Ngapain lo ah. Ngadu-ngau segala. Kayak anak SD!" Andara langsung berlari menghampiri sang abang. Saat tangannya ingin merampas ponselnya dari tangan Sam, dengan sigap, Sam langsung mengangkat tangannya tinggi-tinggi agar Andara tidak dapat menjangkaunya.

"Sini gak lo dugong!"

"Noh kan kasar lagi kata-katanya."

Perdebatan antara kedua kakak beradik ini langsung terhenti saat mendengar dering telfon dari ponsel Andara. Sam langsung melihat siapa yang menelfon adik sepupunya, semalam ini.

'Andra'

"Andra siapa? Pacar lo ya? Anju... ade gue punya pacar. Make segala sama namanya. Andra, Andara. Cuman keselip huruf A doang," Sam mentertawainya habis-habisan. Dengan kesal, Andara langsung merampas ponsel miliknya dan langsung menaruh ponsel itu ditelinganya.

"Hallo," Andara menajamkan suaranya. Untuk apa Andra malam-malam seperi ini menelfonnya?

"Eh iya Hallo Dara. Gue boleh minta tolong gak?"

"Apaan?"

"Gue tadi gak nyatet Kimia. Boleh minjem buku lo gak?" Senakal dan seusilnya Andra, untuk urusan belajar, ia masih bisa dibilang baik dari pada teman-temannya.

"Emang lo gak punya temen selain gue apa?"

"Ya punya. Yang gue tau rumahnya cuman rumah lo. Sama tiga curut yang lain. Yah, lo tau lah kalo-"

"Yaya."

"Jadi boleh kan Ra?"

"Karna gue kasian, yaudah lah ya,"

"Oke makasih. Gue kerumah lo sekarang."

Andara langsung menutup telfonnya secara sepihak, setelah Andra menyelesaikan ucapannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AND(A)RATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang