Pernah suatu ketika, Soonyoung terjatuh.
Ya, Soonyoung yang saat itu berumur 13 tahun terjatuh dari pohon maple besar di taman.
Soonyoung tidak menangis. Tapi lukanya sangat perih. Lutut Soonyoung berdarah, pipinya lecet. Bajunya pun ikut kotor.
Soonyoung sendirian. Ingin sekali dia menangis. Tapi Soonyoung ingat perkataan Abi.
"Lelaki tidak boleh menangis,"
Alhasil ia merintih kesakitan.
"Sudah tahu sendirian, malah melukai diri sendiri,"
Soonyoung mendongak.
Mendapati Jihoon dan novelnya di hadapannya.
"Ya mana kutahu kalau bakal jatuh. Aku kan sudah biasa manjat pohon,"
Jihoon berjongkok, menyamakan tingginya dengan Soonyoung terduduk.
"Yak! Kau mau apa?!" pekik Soonyoung saat Jihoon mendekatkan wajahnya pada lutut Soonyoung yang luka.
"Ck! Diam saja!"
"Eh? Terkelupas?" gumam Jihoon. Soonyoung menyerngit tak mengerti.
Cuih!
"Yaaaakk!! Kenapa diludahi?!" Soonyoung berteriak kaget. Barusan Jihoon meludahi lukanya. Tentu saja ia kaget.
"Air liur mengandung imunoglobin yang mempunyai efek antibiotik dan kekebalan. Meskipun tidak bisa sampai menyembuhkan luka, setidaknya berefek sedikit," terang Jihoon. Ia kemudian bangkit.
"Yah, setidaknya itu yang kuingat dari komik pengetahuan Mas Yoongi," Jihoon kemudian melangkah pergi dari taman.
Soonyoung terdiam.
Ia kagum. Kagum dengan kepintaran Jihoon. Dan juga kebaikannya yang tak biasa.
"Jihoon ternyata bisa baik seperti itu. Padahal biasanya dia juga yang memukulku dengan kamus."
Sampai ia sadar Jihoon sudah tak ada dari hadapannya.
"YAK LEE JIHOON!!! AKU TAK BISA BERDIRI!!!"
"Ck, berisik."
Soonyoung kembali diam. Dilihatnya Jihoon yang datang kembali ke taman. Kali ini berbeda, bukan hanya novel di tangannya. Sebuah kantong plastik hitam bertengger di tangan mungilnya.
Seperti yang dilakukannya tadi, Jihoon berjongkok kembali di depan Soonyoung. Bedanya, ia tak meludahi luka Soonyoung lagi.
Ia mengeluarkan obat merah dan kapas dari kantong itu.
Dengan hati-hati, menuangkan obat merah di atas kapas.
"Ini akan sedikit perih," Jihoon menaruh kapas itu di atas luka Soonyoung.
"Akk.. sakit,"
"Tahan sebentar," dengan cekatan, Jihoon merekatkan plester tersebut.
"Nah, selesai." Jihoon berdiri.
Soonyoung tercengang. Ini bukan Jihoon yang biasanya. Jihoon yang selalu memukulnya, membentaknya.
Jihoon berbalik membelakangi Soonyoung.
"Lain kali jangan terluka. Aku suka kau yang selalu semangat mengejarku."
Kalimat Jihoon sebelum benar-benar pergi dari taman.
Soonyoung tersenyum.
"Kau membuatku terpesona lagi, Jihoon-ah,"
"Kalau begitu aku mau terluka setiap hari saja," kikik Soonyoung.
"YAK KWON SOONYOUNG! AKU MENDENGARMU!" whoops. Ternyata Jihoon belum benar-benar pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
B.T.S.V.T Family
SonstigesKumpulan cerita tentang keseharian 3 keluarga yang satu Kompleks. WARN: Yaoi, Typo, garing