Pembuka Catatan

599 30 43
                                    

Aku masih ingat, hari itu sangat terik. Matahari berada tepat di atas kepala, menyilaukan mata bagi seseorang yang bersedia mengorbankan hidupnya untuk menatap sang surya. Tapi bagiku, seseorang yang tiba-tiba muncul di antara teriknya matahari, mengulurkan tangan dengan senyum lebar bersahabat, jauh lebih menyilaukan daripada cahaya matahari waktu itu.


Dia tetap mengulurkan tangannya meski aku bangkit tanpa menyambut, bahkan tersenyum pun tidak kepadanya. Terlalu asing, terlalu kebetulan, terlalu susah dijelaskan dengan logika.  Mana mungkin, dia berada di tempat yang seharusnya menjadi markas rahasia sementara aku dengan seseorang, untuk bertemu janji. Tepat di waktu orang itu tiba-tiba muncul, menabrak bahuku hingga aku tergelak jatuh ke tanah dan ia seolah berubah menjadi pahlawan yang mengulurkan tangan. Memberi pertolongan.


Hidup tidak mungkin sesederhana itu, kan? Terlalu kebetulan. Ah, lagi-lagi aku mengulang kata yang sama. Kebetulan. Apa di dunia ini ada kebetulan? Sesuatu yang memang di luar perencanaan kita, tapi Tuhan tahu itu. Aneh, apa yang tengah ingin aku katakan? Tentang kebetulan atau tentang seseorang yang muncul di hadapanku tanpa tahu dari mana ia muncul dan apa alasannya muncul.


Terhitung dari kemunculannya yang aneh hingga hari ini, aku bahkan rela menghitung berapa ribu jam telah terlewat, berapa hari telah berlalu dan mungkin belum bisa kukatakan lebih dari setahun.

Apa yang ingin kukatakan? Kalian mungkin kebingungan ke mana arah pembicaraan ini akan berakhir. Tapi pada akhirnya catatan ini hanyalah tentang cinta, patah hati, dan rindu dalam hati seorang anak manusia yang belajar memahami orang lain.

***

By Nurma_SF


Makassar, 15-Februari 2017

CATATAN PATAH HATI (On Going)Where stories live. Discover now