Sementara itu, Aji dan Juna kebingungan karna hanya mereka yang sampai di rumah keluarga Antoni.
"Dimana Ev?" Juna.
"Gue juga gak tau" Aji.
"Kalian sudah pulang? Di mana Ev?" bunda Rani menghampiri Juna dan Aji.
"Gak tau bunda" Aji.
"Ya sudah kalian ganti baju terus makan, bunda tunggu" bunda Rani.
"Siap bunda" Aji dan Juna.
Setelah Aji dan Juna berganti baju, kini mereka makan bersama dengan ayah Antoni dan bunda Rani.
"Aji" ayah Antoni.
"Ya ayah?" Aji.
"Ayah ingin kau selalu mengawasi Ev dan mengingatkannya untuk mengatur emosinya" ayah Antoni.
"Baik ayah" Aji.
Apa gue harus cerita ke ayah dan bunda tentang kejadian di kamar waktu itu?, batin Aji.
"Ayah" Aji.
"Ya?" ayah Antoni.
Kalau gue cerita, apa ayah akan membawa Ev ke istana sihir dan melatihnya untuk mengontrol emosinya seperti dulu, tidak tidak, gue gak mau di jauhkan lagi sama Ev, batin Aji.
Memang saat pertama kali Ev mengetahui segalanya tentangnya, ayah Antoni dan bunda Rani langsung mengirimnya ke istana sihir untuk melatihnya mengontrol emosi agar dia bisa mengendalikan kekuatan sihirnya.
"Ada apa Aji?" ayah Antoni.
"Tidak jadi ayah, hanya masalah kecil" Aji.
"Apa Ev berbuat ulah lagi?" ayah Antoni.
"Tidak ayah dia masih aman" Aji.
"Oh ya, di mana Ev? Kenapa dia tak ikut makan siang?" ayah Antoni.
"Sepertinya Ev hanya mengantarkan kami pulang" Aji.
"Lalu ke mana anak itu?" ayah Antoni.
"Mungkin di rumah Alex ayah" Aji.
"Untuk apa dia ke sana?" ayah Antoni.
"Mungkin mencoba untuk lebih dekat dengannya Antoni, bukankah itu sangat bagus untuk mereka?" bunda Rani.
"Kau benar Rani" ayah Antoni.
Apa yang mereka maksud? Apa mereka bermaksud untuk menjodohkan Ev dengan Alex?, batin Aji.
Tiba tiba Ev muncul di belakang Aji, kemudian tanpa berkata apapun dia duduk di kursi samping Aji lalu makan.
"Ev dari mana aja lo? Dan kenapa leher lo itu?" bisik Aji di telinga Ev.
"Ev? Kenapa leher kamu sayang?" bunda Rani.
Ev mengeluarkan sihirnya lalu mengusap lehernya, kemudian tanda itu menghilang.
"Apa Alex yang melakukannya sayang?" bunda Rani.
"Jadi sejauh apa kedekatan kalian?" ayah Antoni.
"Oh ayolah, aku baru saja pulang, jangan menggodaku, biarkan aku menikmati makananku" Ev.
Bunda Rani tersenyum penuh arti.
***
Aji dan Juna duduk bersila di hadapan Ev di atas ranjang kamar Aji.
"Ceritakan sama kita, apa yang terjadi?" Aji.
"Gak ada" Ev.
"Ev, sekarang lo udah mulai main rahasia rahasiaan ya sama kita" Juna.
"Gue gak rahasiain apapun, gue juga punya privasi dan kalian jangan ganggu privasi gue, ngerti?" Ev.
"Yaelah, lo mah gitu sama kita" Aji.
"Ya udah deh kalau lo gak mau cerita" Juna.
Tak sengaja mata Aji dan Ev saling bertatapan.
Ev yang mengerti jika Aji menatap mata seseorang itu artinya dia akan bisa membaca pikiran seseorang itu, maka Ev segera mengalihkan tatapannya.
"Lo mikirin Alex?" Aji.
"Apa yang dia pikirin tentang Alex?" Juna.
"Dia berpikir kira kira kenapa Adam mengawasi Alex" Aji.
"Itu artinya sang ratu kegelapan sudah tau tentang keberadaan Alex? Kenapa lo gak kasih tau kita? Ayah sama bunda udah tau apa belum?" Juna.
"Jangan kasih tau mereka!" Ev.
"Kenapa?" Aji.
"Gue mohon" Ev.
"Baiklah kita gak akan kasih tau siapapun, tapi kasih tau gue alasannya dan siapa aja yang udah tau kalo sang ratu mengetahui keberadaan Alex?" Aji.
"Gue gak mau ayah sama bunda melakukan segala cara untuk membuat gue dan Alex melakukan ritual pertukaran darah itu, dan yang sudah tau tentang hal itu cuma ayah Malik, gue dan Alex, lalu kalian" Ev.
"Lo kasih tau ayah Malik?" Juna.
"Mungkin menurut Ev ayah Malik berhak tau karna dia ayahnya Alex" Aji.
"Bukan gue yang kasih tau dia, tapi dia yang kasih tau gue, bahkan dia minta tolong gue untuk melindungi Alex" Ev.
"Lalu Alex?" Aji.
"Dia tau sendiri" Ev.
"Lalu setelah ini apa yang akan lo lakukan?" Juna.
"Entahlah, tapi yang pasti gue akan lakukan hal yang menurut gue benar" Ev.
***
"APA!"
Itulah reaksi dari ayah Antoni dan bunda Rani setelah mendengar cerita dari ayah Malik bahwa sang ratu telah mengetahui keberadaan Alex.Ayah Malik, ayah Antoni, dan bunda Rani sedang berada di perpustakaan rahasia istana sihir.
"Sejak kapan Jenifer mengetahuinya?" ayah Antoni.
"Mungkin beberapa hari yang lalu" ayah Malik.
"Dan sejak kapan kau mengetahui jika Jenifer sudah tau keberadaan Alex?" ayah Antoni.
"Mungkin dua hari yang lalu" ayah Malik.
"Dan kau baru menceritakannya pada kami hari ini" ayah Antoni.
"Kemarin kalian terlihat sibuk memikirkan tentang Ev" ayah Malik.
"Kau benar, maafkan kami" ayah Antoni.
"Tak apa" ayah Malik.
"Kita harus cepat melakukan ritual itu" bunda Rani.
"Tidak!" ayah Malik.
"Kenapa?" ayah Antoni.
"Biarkanlah mereka memilih apa yang terbaik untuk mereka" ayah Malik.
"Bagaimana jika pilihan mereka itu pilihan yang akan menghancurkan segalanya?" bunda Rani.
"Rani benar, bagaimana jika pilihan mereka salah?" ayah Antoni.
"Setidaknya itu pilihan yang murni dari hati mereka" ayah Malik.
"Tidak Malik, selama ini aku menerka nerka kemungkinan apa yang terjadi pada mereka setelah Jenifer mengetahui tentang mereka" ayah Antoni.
"Ya, dan sekarang kami sangat yakin untuk memaksa mereka melakukan ritual itu setelah mengetahui jika Jenifer memiliki buku itu dan mengetahui keberadaan Alex" bunda Rani.
KAMU SEDANG MEMBACA
World Of Magic [1]
Fantasy"Apa salah gue?" Ev "Gak ada yang bisa di persalahkan" Aji "Mungkin takdir yang salah" Juna "Takdir tak pernah salah" Aji "Apa gue yang salah memilih takdir?" Ev "Tak ada yang bisa menentukan takdirnya sendiri" Aji "Bukan dirinya sendiri, tapi oran...