26

15 1 0
                                    

"Kau tak apa Ev? Apa kau terluka?" ayah Antoni.

"Tidak ayah, aku baik baik saja" Ev.

Ev berjalan dan berdiri tepat di mana sang ratu berdiri.

Ev meneliti rak buku yang berada di ruangan.

Ev menyentuh dan menarik satu persatu buku yang ada di rak.

Hingga pada buku di mana sang ratu akan menyentuhnya, Ev menemukan sesuatu pada tembok di balik buku itu.

Ev mengambil buku itu dan menjatuhkannya di lantai.

Ev meraba sesuatu itu yang ternyata Sebuah lubang yang berbentuk seperti permata.

"Ada apa Ev?" ayah Antoni.
"Ada sesuatu ayah, di sini" Ev.

Ev menunjukkan lubang itu pada ayah Antoni.

Ayah Antoni mendekat dan meneliti lubang itu sambil mengingat sesuatu yang berhubungan dengan lubang itu.

Tapi nihil, ayah Antoni tak mengingat apapun.

"Sudahlah, ayah jangan memaksa otak ayah untuk berpikir" Ev.

Ayah Antoni berhenti meneliti lubang itu, lalu mengambil buku yang di jatuhkan Ev dan meletakkannya kembali pada tempat semula.

"Apa yang ingin ayah bicarakan padaku?" Ev.
"Ayah rasa, kau harus ke istana sihir dan ayah akan melatihmu untuk mengatur emosimu" ayah Antoni.

"Tidak ayah, aku tidak mau, pelatihan yang ayah berikan hanya akan membuat batinku tersiksa, ayah tau itu?"
"Ayah hanya ingin kau-"

"Ayah ingin apa? Aku tau apa yang ayah lakukan untukku hanya sia sia saja, dulu aku selalu ingin mengubah takdirku, tapi itu mustahil karna sekarang aku sadar jika tak seorang pun bisa mengubah takdir, termasuk ayah"
"Ayah hanya mengusahakan yang terbaik untukmu Ev"

"Tak semua yang ayah anggap yang terbaik itu benar, bahkan bisa saja yang ayah anggap terbaik justru menghancurkanku secara perlahan"
"Dengarkan ayah dulu Ev"

Ev tiba tiba memeluk ayah Antoni, karna Ev merasa jika ayahnya saat itu sangat khawatir terhadapnya.

"Percayalah pada ramalan itu ayah, serahkan segalanya pada takdir, biarkan aku menjalani semua ini tanpa ragu, aku hanya menginginkan dukungan dari ayah" bisik Ev.

"Baiklah jika itu keputusanmu Ev, ayah mendukungmu" bisik ayah Antoni.

"Terima kasih ayah" Ev.

"Ini pertama kalinya kau memelukku Ev" ayah Antoni.

"Jika ayah tak membuatku kesal, aku akan selalu memeluk ayah seperti ini" Ev

"Jadi menurutmu aku menyebalkan?" ayah Antoni.

"Kau sangat menyebalkan" Ev.

Ayah Antoni semakin mempererat pelukannya, begitupula dengan Ev.

***

Di rumah keluarga Malik, nampak Alex baru pulang kemudian dia duduk di samping ayah Malik yang kebetulan sedang bersantai di ruang tamu.

"Ada apa dengan tanganmu?" ayah Malik.
"Gara gara nonjok tuh orang" Alex.

"Tuh orang siapa?"
"Musuhnya Ev, yang selalu nyerang Ev"

"Adam?"
"Aku tak peduli dengan namanya"

"Kenapa kau lakukan itu?"
"Aku tak tau jika akibatnya seperti ini, kalau aku tau aku tak akan melakukannya ayah"

"Kau ini"
"Dia selalu mengikuti kemanapun aku pergi ayah, aku risih"

"Jadi kau sudah tau?"
"Ya aku sudah tau, aku lapar, apa ayah sudah masak?"

"Ya, sudah tersedia di atas meja, makanlah"
"Ayah tak makan?"

"Ayah sudah makan duluan, ayah bisa kelaparan karna menunggumu pulang"
"Perut karet"

Alex berdiri dan berjalan meninggalkan ayah Malik menuju meja makan.

***

Saat hari menjelang sore, ayah Malik sedikit terkejut saat membuka pintu, dia melihat Ev berdiri di depan pintu ruang kerjanya.

"Kau mengejutkanku nak" ayah Malik.
"Maafkan aku" Ev.

"Ada apa kau berdiri di sini? Apa yang kau inginkan?"
"Aku ingin bicara serius padamu"

"Baiklah ayo masuk"

Ayah Malik mempersilahkan Ev masuk terlebih dahulu, kemudian dia menutup dan mengunci pintu ruangan.

Ayah Malik duduk berdampingan dengan Ev.

"Ada apa Ev?"
"Beberapa hari lagi aku berusia 17 tahun, dan sampai sekarang aku tak mengetahui seberapa besar kekuatan yang aku miliki?"

"Sangat kuat Ev, tapi sebesar apapun kekuatanmu masih tidak bisa di katakan setara dengan Jenifer"
"Aku ingin ayah membantuku"

"Apa yang bisa ku bantu?"
"Latihlah aku untuk mengendalikan kekuatanku"

"Kenapa? Dulu kau terlihat sangat tersiksa saat Antoni melatihmu"
"Aku harap pelatihan ayah Malik tak sama dengan ayah Antoni, maka dari itu aku minta bantuanmu ayah"

"Aku tak bisa banyak membantu, sebenarnya hanya kau sendiri yang bisa mengendalikan kekuatanmu, kendalikan emosi maka kau bisa mengendalikan kekuatanmu Ev"
"Bagaimana caranya ayah? Akhir akhir ini aku selalu tak terkendali"

"Ingatlah semua hal yang membuatmu tenang"
"Misalnya?"

"Seseorang yang membuatmu nyaman"
"Alex?"

"Jadi kau merasa nyaman pada anakku? Sepertinya rencana Antoni dan Rani untuk menyatukan kalian akan terwujud"
"Aku hanya bertanya ayah, jangan menggodaku"

"Kau sendiri yang mengatakannya, aku hanya berkata tentang seseorang yang membuatmu nyaman, aku kira kau akan menyebut nama Aji atau Juna, tapi ternyata nama pertama yang kau sebut itu Alex, jangan membodohi aku Ev, aku tak sebodoh itu"
"Baiklah, aku memang sudah merasa nyaman dengan Alex"

"Ingatlah Alex setiap kau lepas kendali, hanya itu yang bisa ku sarankan"
"Itu cukup membantuku ayah, terima kasih"

"Ku rasa Antoni akan bahagia mendengar berita ini"
"Jangan katakan apapun pada mereka"

"Kenapa? Mereka berhak tau"
"Mereka selalu menggodaku, itu sangat menyebalkan"

Sedang asik asiknya berbincang, tiba tiba ada yang mengetuk pintu ruangan dengan brutal.

"AYAH AKU LAPAR, APA AYAH DI DALAM?"

Ev dan ayah Malik mendengus ketika mendengar ucapan Alex yang berteriak minta makan pada ayahnya.

"AYAH KELUARLAH, KAU INGIN ANAKMU YANG TAMPAN INI MATI KELAPARAN"

Ceklek
Ayah Malik membuka pintu, Ev berdiri di belakang ayah Malik sehingga Alex tak mengetahui keberadaan Ev.

"Kau ini sangat tidak sopan" ayah Malik.

"Cepatlah masak ayah, aku sangat lapar" rengek Alex.

Ayah Malik berjalan meninggalkan Alex dan Ev.

Alex membelalakkan matanya karna melihat Ev yang sedang bersidekap di ambang pintu.

Setelah sadar atas perlakuannya tadi, Alex hanya cengengesan, sedangkan Ev hanya mendengus melihat kelakuan konyol Alex.

World Of Magic [1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang