E n a m

2.7K 157 0
                                    

Pagi yang cerah di hari ini membuat Sasa bersemangat untuk pergi ke sekolah.

"Bang, mama sama papa ke mana?" tanya Sasa pada kakak laki-lakinya ketika mereka sedang sarapan pagi di meja makan namun ia tak melihat kedua orangtuanya.

"Mama sama papa lagi di luar kota, sibuk. Tumben tanya begituan?" Sasa berhenti mengunyah roti selainya, mendongakkan kepala menatap kakaknya yang duduk di hadapannya.

"Sasa kangen mereka.."

"Ahaha, kamu kayak anak kecil aja. Dari dulu juga mama sama papa jarang di rumah kan? Mereka sibuk ngurusin pekerjaan." Ziko tersenyum pahit.

Sasa merasa pertanyaannya tadi salah. Ia tidak ingin suasana seperti ini. Rindu kasih sayang. Sasa tahu kakaknya juga merasakan hal yang sama, namun dia pintar menutupinya.

"Ehehe, yaudahlah bang, Sasa mau berangkat dulu," Sasa bangkit dari kursi makannya kemudian mencium punggung tangan kakak laki-lakinya itu.

"Kamu berangkat sama siapa? Abang anter ya?" tanya Ziko.

"Ngga usah, Sasa berangkat sama Pak Mamat aja."

"Yaudah, hati-hati, belajar yang rajin biar pinter." Ziko mengacak-acak rambut panjang Sasa.

"Ngga rajin aja Sasa udah pinter," Sasa menyeringai ke arah Ziko yang dibalasnya dengan memutar bola mata.

Gadis itu memang sangat dekat dengan kakak laki-lakinya. Ia sangat menyayangi Ziko, begitupun sebaliknya. Sayang, jarak di antara mereka akan terhempas jauh antara Jakarta dan Eropa.

•••

Sasa berjalan menyusuri koridor yang cukup panjang untuk menuju lokernya. Membalas senyuman dan panggilan yang melontarkan namanya di sepanjang jalan.

Ia menjumpai persimpangan yang kedua di koridor, dan ia melangkahkan kakinya untuk berbelok ke kiri. Sampai.

Saat membuka loker, yang ia temukan di dalam sana yaitu sebatang coklat dan sekucup surat berwarna merah. Hampir tiga tahun ia sekolah di sana, dan hampir tiga tahun juga ia mendapatkan sesuatu dari dalam lokernya, tasnya, ataupun bangku tempat duduknya.

"Lagi?" ucapnya sambil memasang wajah datar.

Sasa segera mengambil benda-benda itu dan juga memasukkan buku mata pelajarannya ke dalam tas berwarna birunya. Setelah mengunci pintu loker, ia langsung menuju ke lantai dua, di mana kelasnya berada.

Sama seperti di koridor lantai satu, di koridor lantai dua dekat kelasnya pun Sasa selalu mendapat sapaan, ucapan selamat pagi, senyuman yang menggelikan, dan masih banyak bentuk lucu lainnya.

"Habis dari mana lo Sa?" tanya Helda yang menyadari kehadiran Sasa yang duduk di sebelahnya.

"Nih.." balas Sasa sambil menyodorkan sebatang coklat dan surat yang tadi ia temukan di dalam loker kepada Helda dan sahabatnya yang lain.

Yura mendecakkan bibirnya, "Yang ini ke berapa kalinya hah?"

"Mm, ke 304, eh.. bukan, tapi ke 305, iya kan Sa?" Sasa hanya mengedikkan bahu membalas tebakan Helda yang sebenernya tepat.

"Gilak! Tiap hari kalo gue jadi lo, gue bakal diabetes gara-gara makan coklat sama dapet surat yang tulisannya manis-manis." ucap Dira sambil memasang wajah sok imut dan mengedip-ngedipkan matanya yang mengarah ke atap serta menautkan jari-jari tangannya di depan dada.

"Halu aja lo Dir, emangnya si Reno ngga pernah ngasih sesuatu yang manis buat lo?"

Reno Andreas adalah siswa kelas XII-3 jurusan IPA yang kebetulan satu kelas dengan Bagas dan merupakan pacar dari Dira.

SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang