S e p u l u h

2.6K 146 7
                                    

Hari Minggu sudah pasti libur. Namun tidak dengan Sasa yang tetap harus berangkat ke sekolah. Ia dan rekan OSIS nya mengadakan latihan sekaligus gladi bersih pelantikan kepengurusan OSIS yang baru. Tentunya, kakak kelas digantikan adik kelas setiap satu tahun periodenya.

Pagi ini Sasa sudah bangun dan bersiap ke sekolah. Setelah mandi, ia memakai kaos organisasinya dan juga celana training warna hitam.

Ia duduk di depan meja rias. Menyisir rambut coklat panjangnya, lalu mengikatnya dengan rapi. Ia merias wajahnya senatural mungkin, karena sebenarnya pun dia tidak suka berdandan.

Setelah selesai dengan penampilan, Sasa turun ke meja makan untuk sarapan dengan orang tua dan abangnya. Namun seperti biasa, orang tuanya tidak ada. Mereka sibuk dengan pekerjaannya. Apakah mereka tidak mengerti jika Sasa merindukan kehadiran mereka? Oh, tidak Sasa saja, namun Ziko juga.

"Bang, mama sama papa belum pulang ya?" tanya Sasa saat melihat di meja makan hanya ada Ziko.

"Ya lo liat sendiri kan?" jawabnya sambil mengangkat sebelah alis.

Sasa hanya menghela napas berat lalu duduk di samping Ziko dan menyandarkan kepalanya di pundak abangnya itu.

"Bang, mama sama papa ngga kangen kita apa ya? Mereka pulang sebulan sekali kadang malah sebulan ngga pulang." keluh Sasa di pundak Ziko.

Ziko mengelus rambut Sasa yang diikat menjadi satu itu, "Abang juga ngga tau Sa, yang jelas abang kangen sama mereka. Abang ngga tega sama kamu, seminggu lagi kan abang udah balik ke Inggris, nanti kamu sendirian lagi.."

Sasa mendongak menatap wajah kakak laki-lakinya yang tampan itu, "Yahh.. kok cepet amat sih liburannya Bang? Ntar aku kecepian.." ucap Sasa dengan memasang wajah puppy face andalannya.

"Yahh.. drama lo dek!" Ziko tertawa. "Biasanya juga sendiri kan? Emang dasarnya aja lo jomblo ngga laku-laku!" tawa Ziko makin menggelegar, membuat Sasa memanyunkan bibirnya.

"Ihh ngga romantis lagi kan kalo udah mulai lo gue lo gue-an," Sasa berdecak kesal. "Lagian sehari aja, Abang ngga ngatain gue ngga laku bisa?" kini Sasa mengangkat kepalanya dari pundak Ziko dan menatap wajah kakaknya dari samping.

"Ya kan emang lo ngga laku!" Ziko menjulurkan lidahnya.

"Wah, Abang tai." Sasa terseyum dengan penuh pemaksaan di raut wajahnya. "Udah ah, gue mau berangkat." ucap Sasa sambil berdiri dan manarik tas ransel kecil dari atas meja makan.

"Yaelah hari Minggu kok berangkat." cibir Ziko pada Sasa.

"BERISIK!!" Sasa memutar bola matanya malas, lalu berderap pergi dari hadapan Ziko sambil membawa roti bakar yang sudah disiapkan oleh Bi Lastri.

Tawa Ziko pun mengisi ruang makan di rumah mereka pagi ini. Ia hanya geleng-geleng kepala melihat sikap adiknya yang dari dulu tidak pernah berubah. Sensitif terhadap kata 'jomblo' dan 'tidak laku'.

•••


Tepat pukul delapan pagi Sasa sudah sampai di sekolah. Hari ini dia membawa mobil sendiri. Tadinya ia ingin diantar oleh abangnya, namun karena tadi pagi moodnya dibuat hancur oleh Ziko, Sasa memilih membawa mobilnya sendiri.

"Eh Sa, buruan ayo, udah mau mulai tuh latihannya!" ucap Dimas dari arah samping saat Sasa baru saja turun dari mobilnya.

"Eh tai lo, ngagetin gue aja!" memang rekan OSIS nya yang bertubuh tinggi dan berambut seperti landak itu sering membuat jantung Sasa hampir copot. "Bentar deh, gue kunci mobil dulu, lo ke sana duluan aja Mas, bilangin ke yang lain kalo gue lagi di parkiran, suruh tunggu bentar." Dimas pun hanya mengangkat ibu jarinya ke udara dan berlari menuju lapangan sekolah, di mana pengurus OSIS berkumpul untuk latihan.

SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang