Baru

965 391 423
                                    

Author pov

Memang ini sangat memilukan rasanya seperti ingin ikut bersama mereka walau dalam mati sekalipun, selalu ingin bersama meski hanya dalam sekejap mata bukan di dunia fana ini melainkan dunia yang mungkin hanya akan terlihat jika kita sudah mengalaminya.

Beberapa Minggu setelah kejadian itu, Louis yang masih tenggelam dalam kesedihannya dan tidak ingin dia menjalani hidup lagi hanya karena kedua orangtuanya telah mati, apa ini  sudah takdirnya kedua orangtua Louis dibunuh oleh sekumpulan Monster??

Hingga hari demi haripun terlewati, Louis yang semakin hari semakin memburuk keadaannya dia tidak tahu lagi harus berbuat apa, dan dia tidak menyadari bahwa dia masih mempunyai keluarga yaitu Bibi Lena.

Suatu ketika Louis mencoba untuk  melupakan semua yang sudah terjadi, tidak ingin terus menerus tenggelam dalam kesedihannya, apalah dayanya yang tidak bisa memutar waktu untuk mengembalikan kedua orangtuanya, itupun mustahil bagaimana bisa waktu mengembalikan apa yang sudah terjadi di masa lampau.

_________________

Louis Pov

Aku masih punya bibi yang sangat sayang padaku! Aku tidak ingin terus-menerus terpuruk dalam kesedihan ini, kenangan pahit dalam hidupku akan kukubur selamanya!

Dan saat itulah aku memutuskan untuk tinggal bersama Bibiku,
rumahnya berada cukup jauh dari perkotaan, yang masih belum terkontaminasi oleh para tak bertanggung jawab, udaranya yang masih begitu segar di kelilingi pepohonan hutan.

"Hem... Bibi Lena pasti sedang membuat Cake kacang," gumamku dalam hati sembari mencium aroma yang begitu kuat hingga membuatku terbangun dari tidur. Segera kubuka pintu berlari menuju dapur.

"Cake kacang!" teriakku, tak sabar ingin segera memakan semua.

"Eeit... Tunggu dulu."
Bibi menahan tanganku yang sudah memegang sepotong cake dan menyuruh mengembalikannya.

"Aduh, Bibi. Kenapa aku tidak boleh memakannya?!" tanyaku dengan wajah cemberut.

"Tidak, sebelum kamu mandi," ujar bibi, seraya mengeluarkan cake dari oven.

"Ah Bibi, makan dulu baru mandi ya," ucapku dengan mencoba merayu.

"Tidak pokoknya mandi dulu." Menatapku dengan serius.
Usahaku untuk merayu bibiku ternyata sia-sia, akhirnya aku menuruti perkataannya.

"Iya iya." Berbalik ke kamar, sembari mengambil handuk untuk mandi.

                          *****

Tidak terasa hari yang sudah semakin larut, padahal baru saja rasanya aku terbangun dari tidur, kutatap langit malam yang terdapat ribuan atau mungkin jutaan bintang yang berkerlap-kerlip di atas sana, seakan menari di kegelapan walau gelap cahayanya akan selalu terang.

"Kenapa mereka para monster merenggut kedua orang tuaku?!" gumamku dalam hati, sambil menatap ke arah langit.
Tidak terasa air mata jatuh di kedua pipiku.

"Apa, salah mereka?" Terisak, menghapus air mata yang melumuri wajahku.

"Loui..." Kudengar suara lembut itu.
Seseorang memegang pundak kiriku dan ternyata Bibi Lena.
Aku menghela napas dan seraya berdiri memeluk Bibi.

"Sudahlah nak, jangan dipikirkan lagi ada Bibi di sini," ujar bibi dengan mengelus kepalaku.

"Bibi, sekarang aku sudah tidak punya---"
Belum selesai aku berbicara bibi langsung memangkas pembicaraanku.

Real ImmortalityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang