Kakinya melangkah mengikuti aliran air tenang dari tepian kolam. Ia terkekeh kecil memamerkan deretan giginya yang mungil, hanya mengenakan kemeja biru muda, dan celana pendek sejengkal dari pinggulnya. "Ayo lanjutkan," ucapnya menyemangati pemuda yang tengah berenang dengan cepat dari ujung ke ujung kolam dengan panjang dua puluh meter tersebut.
Pemuda itu duduk di ujung kolam menunggunya dengan senyum lebar. "Waa!" pekik Tao ketika tangan dingin dan basah menyentuh kakinya. Menariknya cepat ke dalam kolam.
Ia tak sempat berteriak saat badannya tercebur ke dalam kolam sedalam dua setengah meter tersebut. Tangannya menggapai-gapai berusaha menyentuh dinding kolam yang licin, kakinya menendang-menendang mengusahakan dirinya untuk tetap mengapungーpanik. Pemuda itu takut dengan kemampuan berenangnya yang tak seberapa.
"Uhuk," ia terbatuk pelan saat pemuda itu berhasil menariknya, memeganginya dalam kolam.
"Maaf," ujarnya merasa bersalah. Awalnya ia memang ingin menjahilinya tapi ternyata Tao memang payah dalam hal berenang. Hampir saja pemuda berkemeja biru muda itu tenggelam jika saja ia tak segera menyadari jika pergerakan brutalnya bukanlah lelucon.
Tao melingkarkan lengannya ke leher pemuda tersebut, mendorong tubuhnya supaya kepalanya berada di atas air. Wajahnya ditekuk, badannya yang basah menempel di dada bidang pemuda tersebut. "Kau menyebalkan," tukasnya geram. Sempat memukul bahu bidang tersebut keras-keras setelah mereka sampai di tepi kolam.
"Aku 'kan sudah minta maaf," protesnya ketika pemuda itu masih mengomel, sesekali memukul bahunya pelan.
Tao mencubit perutnya yang keras membentuk kotak berjajar. "Akh," jeritnya tertahan dibalas Tao dengan mencebikkan bibirnya tak peduli.
Mereka berdua berjalan ke ruang ganti. Tak lupa Tao memungut tas, dan tempat minumnya yang berada di bangku pinggir kolam. Kaki-kaki mereka yang basah meninggalkan jejak di lantai yang kering. Suasana sunyi menyambut mereka yang memang menyewa kolam renang ini di malam hari demi kenyamanan, dan privasi.
"Kau akan langsung pulang?" Pemuda itu bertanya, tangannya memegangi handuk tebalnya. Ia melemparkan sebuah handuk pada Tao yang langsung menangkapnya.
"Aku tidak tahu, kau mau mengusirku?" Ia balik bertanya selagi membuka baju, dan masuk ke dalam salah satu bilik kamar mandi.
Pemuda itu berdeham sejenak mendengar suara air yang mengalir dari bilik di sebelahnya. Diam-diam bergerak mengintip dari celah dinding selagi air mengguyurnya. "Tidak kok, aku malah mau mengundangmu mampir ke tempatku," sahutnya menggosok tubuhnya sekenanya kemudian membilas rambutnya yang dipenuhi busa.
Tao tak menjawab, masih sibuk membersihkan tubuhnya dari sisa kaporit. Sedikit kesal dengan perih di kakinya yang lecet. "Terserah kau, yang pasti aku kosong," sahutnya setelah membalut bagian privatnya dengan handuk tebal.
"Oke," ujar pemuda itu dengan gesit melesat dari dalam kamar mandi. Senyum lebar terpampang di wajah tampannya.
"Kau yang minta," ucapnya riang.
Tao terbatuk pelan. Bergelung dengan hoodie-nya sementara pemuda di sebelahnya tengah mengusap punggungnya pelan. "Minum ini," katanya selagi menyodorkan segelas air hangat.
Getaran IPhone-nya terasa di kantong celananya. "Ah, maaf, sepertinya aku harus pergi." Tao berdiri dengan senyuman tipis. "Maafkan aku," sambungnya seraya melambai, berjalan ke luar dari apartment temannya.
"Oh!" Seruan kaget dari pengantar makanan dibalas anggukan olehnya. Makanan yang setengah jam lalu mereka pesan untuk melewati malam, nyatanya tak sempat disentuhnya.
YOU ARE READING
Peach
Fanfiction13 chapters. On going. Some prompts has been posted as private posts. Follow me to read further. Prompts compilation. Every prompt has different pairing and theme. AU. Tao-centric. Bottom!Tao Because Tao is too beautiful for his own good.