characters

1.8K 243 74
                                    

Tanpa karakter alias tokoh, sebuah cerita takkan jadi cerita. Karena siapa yang mau baca cerita tanpa ada tokohnya? Gaada yang bisa di­-fangirl-in #apasih

Pokoknya, tokoh itu adalah unsur yang menarik dari sebuah cerita. Karena dari tokoh inilah kita bisa ber-fangirling ria, merasakan senang/sedih/seru/tegang-nya jalan cerita, menyatukan emosi kita dengan cerita tersebut, dan masih banyak lagi. Karena itu, pembentukan karakteristik tokoh merupakan hal yang mesti diperhatikan para penulis.

Berikut ini, Rex akan memberi pembahasan tentang tokoh-tokoh yang mungkin perlu kalian ketahui.

•Don't(s) in Character

1) Mr/Ms. (Too) Perfect

Kaya raya, ganteng/cantik, pinter, baik, ramah, disukain orang banyak, populer, punya pacar keren; pokoknya hidupnya ga pernah apes. Nein, nein, nein. Hindari membuat tokoh seperti ini, apalagi buat tokoh utama. Gak banget, gak banget.

Seandainya ada, usahakan konflik yang terjadi dalam cerita itu ngebuat si Tokoh Sempurna ini jadi sial abis-abisan. Misalkan dia jadi gelandangan, diculik, jadi autis, kena kanker, dimusuhin satu sekolah tiba-tiba, atau apapun itu.

Tapi lebih baik, sih, jangan buat tokoh ini udah sempurna dari awal. Okelah kalau tampilannya sempurna, semua orang kagum sama dia, tapi buatlah fakta mengejutkan bahwa ternyata dia punya back past yang menyedihkan banget sampe ngebuat orang lain gabisa mandang dia sebagai seorang yang sempurna lagi.

Kenapa gaboleh ada tokoh yang terlalu sempurna, Rex?

Sederhana aja: karena manusia itu nggak ada yang sempurna. Ceritamu gak bakal realistis kalo tokoh utamanya memiliki kehidupan sesempurna itu. Lagipula, emangnya seru baca cerita yang gaada masalahnya?

Dulu, sih, jujur aja Rex selalu bikin tokoh yang sempurna. Bener-bener nggak ada celah atau masalah berat di hidupnya. Kalau baca ceritaku dulu, Rex suka mikir, Apa serunya gue bikin beginian dulu?

2) (S)he's So Handsome/Beautiful

Gak salah, kok, ngebuat tokoh kita ini cantik atau ganteng banget. Misalkan ada tokoh lain yang bilang, "Wow, cantiknya gadis itu." Atau di narasi kita udah nulis: Zack Avcend adalah lelaki yang sangat tampan. Boleh, kok, boleh aja mencantumkan kalimat serupa di cerita kalian. Tapi ... jangan tulis hal yang sama berulang kali di setiap chapter. Pokoknya jangan.

Cukup satu-dua penegasan aja yang mengatakan bahwa si tokoh ini ganteng/cantik, sisanya bisa digambarkan lewat adegan lain yang nggak terlalu terpaku sama kalimat 'tokoh ini ganteng, tokoh ini cantik'.

Gausah bikin semua orang seolah-olah sangat menyetujui tokoh ini emang ganteng/cantik pake banget (kecuali si tokoh pake jampe-jampe atau hipnotis lol *gebuked*).

Apalagi sampe bikin si tokoh punya penggemar fanatik sendiri hanya gara-gara kecantikan/kegantengannya. Misalkan sampe si tokoh dikejar-kejar, diikutin sampe rumah, punya fanbase, atau apapun itu yang mustahil dilakukan demi seseorang yang bahkan bukan artis (kecuali kalo tokoh ini orang terkenal, beda lagi ceritanya). Just wth?

Jujur, ya, penegasan seperti itu, tuh, sangat-sangat tidak perlu (re: berlebihan).

3) (S)he's Powerful

Jangan mentang-mentang dia tokoh utama, dia jadi memperoleh kekuatan terbanyak dan nggak terkalahkan.

Sama aja kayak Mr/Ms. Perfect, bedanya ini lebih condong ke kekuatan. Yah, gak masalah, sih, ngebuat tokoh utama jadi yang paling kuat, tapi masa iya, saking kuatnya dia ampe gak pernah kalah sama sekali? Atau gak punya kelemahan satu pun?

Naruto aja pernah gagal. Buat ngalahin Madara pun, Naruto masih perlu mengerahkan kekuatan seluruh penduduk desa karena dia tahu gabisa berhasil seorang diri.

Menurut Rex tokoh utama seperti itu akan jauh lebih menarik daripada tokoh utama yang kekuatannya 'tak bercela' (maaf nyinggung kamu, ya, Saitama-senpai, aku sendiri lebih sayang Genos :( ).

4) Mr/Ms. Super Annoying

Kebanyakan tokoh di cerita memiliki rival atau saingan tersendiri, terutama di cerita-cerita bertemakan kisah asmara anak abege.

Kayak si tokoh utama punya temen sekelas yang cantik, kaya, tapi sombong. Dia ini nggak suka sama si tokoh utama karena misalkan mereka menyukai orang yang sama, atau bersaing merebut nilai tertinggi, dan sebagainya.

Karena pengaruh benci, bolehlah si tokoh pengganggu ini ngerjain sang tokoh utama, ngejailin dia, ngisengin, ngejahatin, dan perlakuan buruk lain. Tokoh dengan karakter semacam ini, tuh, wajar.

Tapi aneh, nggak, sih, kalo setiap kemunculan tokoh pengganggu ini, kerjaannya cuma ngejahatin si tokoh utama? Kayak nggak ada kegiatan lain, nggak punya tujuan hidup kecuali buat mengganggu si tokoh utama.

Untuk para penulis di luar sana, jika kalian punya tokoh kayak gini. Mohon diubah kepribadiannya jadi sedikit lebih masuk akal. Kurangi adegan 'ngejahatin tokoh utama' di setiap kemunculan si tokoh pengganggu.

Kalo pengen tetep kerasa persaingan di antara mereka, bikin aja adegan saling lirik-lirik sinis, atau sindir-sindiran, atau bisik-bisik ke temen masing-masing. Bisa juga misalkan lagi olahraga, terus mereka berdua ditunjuk buat adu main basket. Much better.

•Do in Character

Ini, sih, Rex gabisa nentuin yang mana aja sikap dan sifat yang bisa jadi karakter sang tokoh utama. Soalnya banyak banget. Semua penulis pasti punya ciri khas tokoh utama masing-masing, entah dari bakat dia, daya tarik dia, keunikan dia, dan sebagainya.

Ada alasan spesial tersendiri bagi penulis mengapa si tokoh dijadikan tokoh utama, dan apapun alasannya, itulah yang menjadi daya tarik sang tokoh.

Yang jelas jangan lakukan keempat macam don'ts in character di atas. Eh, nggak apa-apa juga sih, kalau mau ngelakuin, Rex kan cuma kasih saran ;;

So ... sampai di sini, ada yang mau berpendapat? Enaknya chapter selanjutnya bahas apa, ya? *keabisan ide*

Rex's Random JournalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang