16:: Kemauan Cakrawala✔

2.7K 88 4
                                    


Hari ini adalah hari keempat Cakrawala dirawat. Selama empat hari pula Bunda tidak pernah absen untuk menemani Cakrawala. Kata dokter, besok Cakrawala sudah boleh dibawa pulang karena keadaannya mulai membaik.

Bunda masuk ke dalam ruangan Cakrawala dengan tangan membawa semangkuk bubur. "Cakra, makan dulu ya." Ujar Bunda duduk di kursi sebelah ranjang Cakrawala.

Cakrawala yang awalnya asik memainkan rubik—— entah itu milik siapa, Cakrawala menemukannya di nakas—— pun menggeleng. "Baru aja tadi pagi makan, Nda." Katanya sambil berhenti bermain rubik.

Bunda tersenyum. "Tadi pagi itu sarapan. Sekarang udah jam 2 siang, tandanya perut kamu harus diisi lagi sama makan siang."

Cakrawala kembali menggeleng. "Masih kenyang, Nda. Nanti aja kalau laper."

"Sayang, plis jangan bantah omongan Bunda ya. Kamu makan sekarang biar nanti perutnya gak perih. Tadi pagi kamu cuma sarapan apa coba?" Tanya Bunda sambil memegang rubik yang tadi sempat dimainkan oleh Cakrawala.

"Cuma roti." Jawab Cakrawala sekenannya membuat Bunda tersenyum. "Makanya sekarang makan, oke?"

Bunda berhasil merayu anaknya untuk makan. Cakrawala mengangguk pelan membuat Bunda langsung menyuapkan sesendok bubur sebelum anaknya itu berubah pikiran untuk makan.

Sambil disuapi bubur oleh sang Bunda, Cakrawala kembali asik memainkan rubik dengan mata fokus kepada benda berbentuk kubus berwarna-warni itu.

Tepat disuapan kelima, Cakrawala menjatuhkan rubiknya ke samping selimutnya. Tangan kanannya langsung memegang perut bawahnya. "Kamu kenapa?" Tanya Bunda panik.

Cakrawala menggeleng masih memegang perutnya yang terasa sangat sakit. "Perut Cakra sakit, Nda." Akunya.

Bunda semakin panik saja saat melihat anaknya itu sampai meringkuk dan merintih hebat. "Ssh,"

"Bunda panggilin dokter dulu, kamu tahan sebentar ya." Kata Bunda langsung berlari keluar.

Sambil memegang perutnya, Cakrawala menggigit bibir bawahnya sambil berucap dalam hati, "kenapa harus sekarang?"

Dokter masuk ke dalam ruangan seorang diri, Bunda tidak diperkenankan untuk ikut masuk. Dokter langsung berjalan cepat menuju ranjang Cakrawala.

"Kamu kenapa, Cakra?" Tanya Dokter itu dan Cakrawala hanya menggeleng.

Dokter menghela napas. "Baiklah, saya periksa dulu." Katanya sambil memeriksa bagian bawah perut Cakrawala.

Tak lama setelah itu, Dokter mengerutkan keningnya sambil menatap Cakrawala. "Kamu saki-"

Belum sempat selesai berbicara, Cakrawala sudah menggeleng memotong ucapan sang Dokter. "Saya minta tolong, Dok. Jangan kasih tahu."

Dokter itu semakin mengerutkan keningnya. "Kenapa? Ini bahaya, mereka harus tahu."

"Justru itu, Dok. Saya gak mau mereka sedih gara-gara ini. Saya mohon jangan kasih tahu mereka." Mohon Cakrawala.

"Mereka harus tahu, Cakra."

"Saya janji akan kasih tahu, tapi gak sekarang. Nanti. Saya gak mau mereka makin sedih kalau tahu saya kayak gini. Bahu saya ketembak aja mereka udah panik." Ucap Cakrawala sambil menahan sakit.

Dokter itu menghela napasnya lalu mengangguk. "Baik, saya ikuti rencana kamu. Kalau begitu saya kasih obat pereda sakitnya dulu." Ucap Dokter itu dan Cakrawala mengangguk.

Setelah selesai menangani Cakrawala, Dokter Tania keluar dari ruangan Cakrawala dan langsung diserbu oleh Bunda. "Anak saya kenapa, Dok?"

Dokter tersebut tersenyum lembut, "gak kenapa-kenapa. Hanya telat isi makanan saja. Saya udah kasih obat pereda sakit, sekarang Cakra lagi istirahat. Saya saranin anda tunggu sampai Cakra bangun." Jelas Dokter tersebut dan Bunda mengangguk.

Bad Girl, I'm In Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang