21:: Hidup Baru Gea ✔

2.5K 93 6
                                    


Gea berjalan pelan-pelan menuju kamar. Tapi bukan kamarnya, melainkan kamar Rendy. Gea masuk ke dalam kamar abangnya tanpa mengetuk pintu ataupun mengucapkan salam.

Rendy yang tengah asik tiduran di kasur pun mendecak. "Masuk kamar itu ngucapin salam. Ngapain juga ke sini?" Kesal Rendy dan berdiri mendekati Gea.

Hup.

Dengan cepat Gea memeluk tubuh Rendy dengan erat hingga membuat Rendy hampir terjatuh, untung saja dirinya bisa menjaga keseimbangan. Tangan Rendy terulur untuk membalas pelukan Gea.

"Lo kenapa?" Tanya Rendy akhirnya.

Gea terisak di pundak Rendy. Mencengkram kuat kaos Rendy dari belakang. Rendy yang merasakan cengkraman di kaosnya pun mengerutkan keningnya. "Jawab gue, Ge lo kenapa? Lo disakitin sama siapa?" Tanya Rendy sedikit berteriak.

Gea menggeleng lemah. "Gue gak disakitin, tapi gue udah nyakitin orang yang baik ke gue. Gue.. Gue jahat." Isaknya.

Rendy yang masih tidak mengerti maksud Gea pun hanya bisa menghela napasnya dan mengusap rambut Gea dengan lembut.

"Cerita ke gue yang sebenernya. Tenangin dulu hati elo, jangan nangis kayak gini elah. Cengeng banget," kata Rendy mengusap air mata adiknya itu.

"Cakra, Bang." Kata Gea akhirnya. Rendy mengerutkan keningnya. "Kenapa sama Cakra?"

"Gue baru sadar kalau gue nyaman sama dia. Gue baru sadar kalau dia itu baik sama gue, care sama gue, dan selalu ada buat gue. Gue selalu salahin dia, selalu marahin dia, selalu jadiin dia samsak kemarahan gue terus, dan gue takut gue gak punya kesempatan buat minta maaf ke dia." Lirihnya.

Rendy tersenyum. Merasa senang, karena Gea akhirnya sadar dan mau berubah juga. "Kenapa harus takut? Lo tinggal minta maaf sama dia, gue yakin dia bakal maafin elo."

"Gue gak tahu kapan waktunya,"

"Kenapa?" Tanya Rendy bingung. "Cakra sakit gagal ginjal, sekarang dia dirawat di rumah sakit. Dia kritis, dari kemarin gak sadar juga. Gea takut gak ada waktu buat minta maaf ke dia." Jawab Gea semakin terisak.

Rendy tercengang. Detak jantungnya seakan tak berdetak sama sekali. "Cakra sakit gagal ginjal?" Ulang Rendy menatap adiknya dan Gea mengangguk pelan.

Rendy menelan ludahnya susah payah lalu memeluk Gea lagi. "Berdoa terus sama Allah, biar Cakra sembuh dan sadar biar elo bisa minta maaf sama dia."

"Gue gak cuma mau Cakra bangun dan mau maafin gue aja." Sambung Gea.

"Terus?"

"Gue mau dia jagain gue lagi, gue mau temenan sama dia, gue mau dia gak jauh dari gue." Aku Gea.

Rendy terkekeh juga walaupun hatinya masih sedikit sakit saat mengingat penyakit Cakra itu. "Lo udah beneran nyaman ya sama dia?"

Gea mengangguk ragu, "dan itu baru gue sadari." Katanya.

Bahkan elo sakit, lo masih mau ngelindungin adik gue, Cakra. Gue gak tahu harus bilang apa sama elo. Lo lebih utamain keselamatan Gege, daripada keselamatan diri elo sendiri. Lo baik, dan gue yakin Tuhan gak akan ambil elo secepet itu.

Gea kembali ke kamarnya dengan langkah yang cepat. Menyimpan tas nya ke kasur dan melepas sepatunya. Berjalan menuju nakas dan membawa semua kotak rokok yang masih ada isinya dan juga pematik koleksinya. Memasukkan semua barang itu ke dalam kresek.

Kemudian dirinya berjalan menuju laci satu lagi. Membawa semua bekas botol alkohol yang sengaja ia simpan untuk hiasan, dan botol itu ia masukkan juga ke dalam kresek besar itu.

Bad Girl, I'm In Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang