31:: Semuanya Sebelum Dia Pergi ✔

3.9K 101 7
                                    

Note: Berhubung aku udah lama hiatus dari cerita ini dan lama ga update, aku kasih doubel part dalam satu chapter oke, itung-itung sebagai bonus. Jadi semangat bacanya karena ini panjang pake sangat.

*BACA PART INI LEBIH DAPET FEEL NYA SAMBIL DENGERIN LAGU LOST STARS YA*

Semua cerita terjadi sebelum kepergian seorang Bani Gardira Dewa..

***

Saat jarum jam berputar 2 tahun yang lalu..

Rambut bergaya undercut itu ia acak-acakan dengan keras. Napasnya terengah, matanya memerah dan berair. Tangnnya meremas kertas kuat-kuat dan dibuangnya dengan penuh amarah.

Bani mengadah menatap langit-langit kamarnya. Lalu tangannya memegang perutnya.

"Gue kenapa?" Tanyanya.

"Kenapa?"

"Kenapa harus gue yang sakit?"

Berkali-kali dirinya bertanya sambil melirih. Tidak mau menerima kenyataan kalau dirinya sakit separah ini.

"Harusnya gue gak ke rumah sakit buat periksain keadaan gue. Harusnya tadi gue gak pergi, mungkin aja gue merasa orang sehat selamanya." Lirihnya lagi.

Pernyataan dokter tadi siang sangat mengagetkannya. Dengan gamblang dokter itu bilang dirinya sakit kanker darah, tanpa memikirkan bagaimana kagetnya dia.

Harusnya Bani membiarkan rasa sakitnya akhir-akhir ini tanpa bilang ke Sang Papa, pasti Sang Papa tak akan menyuruhnya periksa ke rumah sakit.

Untung saja dirinya tadi ke rumah sakit sendirian. Orang tuanya dan sang adik tidak tahu.

"Gak!" Bani menggeleng dan mengucek matanya. Biarpun dokter bilang dirinya sakit parah dan harus dijaga, dirinya tidak mau lemah. Bani mau seperti orang sehat. Bani mau jadi cowok tegar dan terlihat acuh.

"Gak, gue gak boleh kasih tau siapa-siapa. Gak boleh ada yang tau tentang ini. Gue sehat, gue baik-baik aja, gue kuat dan gak bakalan mati!" Ambisi Bani.

Bani meraih sebuah buku kecil dengan sampul berwarna abu-abu. Jangan sangka cowok yang sekarang baru naik ke kelas 3 SMA itu tidak pernah mencurahkan isi hatinya lewat buku kecil yang selalu ia sebut 'strong book'

Tak bisa dipungkiri juga kalau Bani cowok yang introvert, tidak mau mengenal dunia luar, bahkan masih manja sama Bunda.

Keseharian Bani tidak seperti cowok remaja lainnya. Pulang sekolah ya langsung pulang, makan, tidur ,terus belajar. Kalau main ya main di kamar sambil mantengin laptopnya.

Bani membuka sampul buku itu yang bertuliskan strong book lalu di lembar kelima dirinya mulai menggoreskan tinta hitam di atasnya.

Bani udah gede, udah kelas 3 SMA dan tahun depan Bani udah kuliah. Bani mau sehat terus kayak orang lain biar bisa bahagiain Bunda sama Papa. Tapi kayaknya gak bisa. Dokter bilang sama Bani kalau Bani sakit parah.

Kanker darah, buat mati seseorang gak nantinya?

Bani gak mau bilang siapa-siapa, takut nanti sedih terus sayang Bani karena kasihan. Bani butuhnya kasih sayang yang tulus.

Bani mau jadi cowok kuat. Bani mau kayak orang sehat. Cuma di sini Bani berani bilang, gak mau di depan Bunda sama Papa. Soalnya Bani gak mau mereka nangis terus sakit.

Bani aja yang sakit, gak berlaku buat mereka.

Itulah yang ditulis olehnya. Tulisannya rapi dan bagus sekali. Bani menutup buku yang baginya adalah buku penghantar ambisi dan kekuatannya.

Bad Girl, I'm In Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang