Diatas Pic. Elisabeth (a.k.a Elis) kawan.. ^_^
Ana terduduk di bawah pohon di tepi lapangan sementara aku berdiri di sampingnya. Aku menatap wajah Ana yang tanpa ekspresi namun sorot matanya tidak lepas dari sosok Elis yang sedang mengobrol canggung dengan pemuda idamannya. Aku tersenyum saat melihat sikap gugup Elis tapi aku juga merasa tidak nyaman dengan tatapan Ana pada Elis yang menurutku—terlalu intens.
"Ana," panggilku untuk mengalihkan perhatiannya. "Mau kubelikan minum?"
"Tidak." Ana mengeluarkan Arloji dari sakunya. "Sebentar lagi ujian kedua dimulai. Apa kau haus?"
Aku terdiam sejenak lalu mengangguk. Semoga Ana tidak menyadari bahwa tawaranku hanya untuk mengalihkan pandangannya Elis saja.
"Sebentar. Biar aku yang belikan." Ana terbangun dari duduknya.
"Tidak perlu," tolakku. "Aku bisa membelinya sendiri, aku menawarkanmu karena kupikir kau akan kehausan."
Ana berdecak. "Kau tahu ujian akan segera dimulai. Tempat ini begitu luas, butuh waktu untuk kau berjalan. Biar aku saja yang beli. Aku akan kembali dalam waktu tiga menit."
Ana langsung melesat sebelum aku sempat menjawabnya. Aku mendesah sambil menepuk dahiku. Jujur aku justru khawatir, bagaimana kalau Ana yang akan terlambat dalam ujian kali ini? Kalau itu sampai terjadi aku akan merasa bersalah sekali.
Di tengah kekhawatiranku, aku melihat Elis menyeberangi lapangan sambil tersenyum. Ada ekspresi malu-malu yang tersirat dalam senyumannya. Aku turut tersenyum melihat tingkahnya yang tampak mengingat-ingat saat berbicara pada Werewolf idolanya.
"Ray!"
Elis berlari setelah jaraknya semakin dekat denganku. Ia langsung memelukku sambil melompat-lompat bahagia.
"Bagaimana, bagaimana?" tanyaku antusias.
"Berhasil!" Elis melepaskan pelukannya lalu menghela nafas dalam. "Selama ini aku hanya mengawasinya dan menguntitnya. Akhirnya aku bisa langsung mendengar suaranya untuk berbicara denganku." Elis membanting kepalanya di bahuku.
"Lain kali ceritakan padaku." Aku menepuk bahunya.
Elis mengangguk lalu mengangkat kepalanya. Tatapannya tampak sedang mencari sesuatu. "Ray, kemana si Elf itu?"
Aku terdiam sambil memaki diriku sendiri dalam hati. "Dia—sedang mencari mencari minum untukku."
Elis mengerutkan keningnya. "Kau haus? Seharusnya kau memanggilku jika kau haus, ditasku ada dua botol minuman." Elis menunjukkan isi tasnya.
"Aku tidak ingin mengganggu saat-saat pentingmu," jawabku mencari alasan.
"Sial!" Elis mengumpat. "Aku yakin sekali dia akan terlambat."
"Dia bilang akan kembali dalam waktu tiga menit."
"Oh, begitukah?" Elis mengangkat sebelah alisnya. "Kau mempercayainya begitu saja?"
Sebelum menjawab Ana sudah berjalan mendekat. Ternyata benar apa yang dikatakan Ana, bahkan kurang dari tiga menit Ana sudah kembali sambil membawakan sebotol air mineral dan menyodorkannya padaku.
"Terimakasih Ana." Aku langsung meraih sebotol air mineral dari tangan Ana dan meneguknya.
"Oh, kau sudah kembali. Bagaimana diskusi kecilmu dengan si Werewolf itu? Apa berjalan sesuai keinginanmu?"
"Tentu saja." Elis menyeringai tapi jelas terlihat sumringah.
"Sudah kuduga." Ana tersenyum
Sejenak suasana lapangan menjadi riuh ketika seorang pria tua memakai kemeja lengkap dengan dasi dan jas resmi berdiri di tengah lapangan dan menginstruksikan semua peserta untuk duduk di tanah lapangan. Semua peserta menurutinya termasuk kami bertiga.
![](https://img.wattpad.com/cover/95604266-288-k807187.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Archer
Fantasi"DITERBITKAN OLEH ELLUNAR" "Mengintai diantara bayangan, mengawasi dari balik kabut dan menyerang dari jarak jauh. Firasat dalam ketepatan dan insting dalam kejelian mulai dikerahkan. Semua akan dipertaruhkan ketika anak panah mulai melesat dalam pe...