Di atas Pic. Vera Fourie (Vee) kawan.. ^_^
Kami mengikat kuda kami jauh dari sebuah kastil yang tampak kontras dengan sinar bulan di atasnya. Kastil itu begitu megah dan tampak sunyi namun aku bisa melihat beberapa dekorasi pernikahan yang tertata rapi di halaman berupa bunga mawar merah yang menjadi hiasan mutlak. Kami bertiga berjalan layaknya Manusia normal di dampingi oleh Vee yang juga ikut menemani kami berjalan menuju ke kastil.
Situasi menegangkan antara Vee dan Elis masih berselimut di sekitarku di tambah Ery yang tampak tidak memperdulikan keadaan seakan-akan ia setuju dengan sikap Elis namun ia juga tidak menyalahkan Vee.
"Penampilan kalian sungguh sempurna, hampir sama seperti kami," ucap Vee memuji. "Lensa merah, gigi taring dan juga kalian memakai parfum yang bisa menutupi bau darah kalian."
"Terimakasih. Sebenarnya ini ide Elis," sahutku sambil melirik Elis yang menyeringai bangga.
Kami kembali berjalan dalam diam dengan suasana canggung lagi. Aku hanya menghel nafas, berharap kedua temanku baik-baik saja. Aku jadi merasa tidak tega dengan Vee atas sikap kedua temanku yang dingin dan itu membuat tanganku berkeringat di tengah udara malam yang dingin.
"Vera Fourie," gumam Ery membuatku tak percaya. "Berapa usiamu?"
"98 tahun. Sangat jauh dari usiamu bukan?" jawab Vee.
"Dasar Nenek-Nenek," umpat Elis jelas.
"Apa kau bilang? Nenek-Nenek?" Vee sebelah alisnya. "Aku bahkan belum melewati masa dewasaku dan kau memanggilku Nenek?"
Elis tertawa membahana sampai Ery harus menutup mulut Elis yang menganga lebar, namun Elis masih tertawa dalam bekapan tangan Ery.
"Apa temanmu baik-baik saja? Dia terlihat seperti orang sakit," bisik Vee pelan ditelingaku.
"Justru sikapnya yang seperti itu yang menunjukan kalau dia baik-baik saja," balasku berbisik.
"Oh, untung saja dia sahabatmu. Jadi sikap memalukannya bisa kumaklumi."
"Hey, suaramu tadi terdengar seperti tersinggung dengan ucapanku." Elis masih sedikit terkekeh. "Itu lucu sekali."
"Lucu karena kau membayangkan diriku seorang nenek-nenek yang belum dewasa?" Vee menatap Elis muram.
"Ya, aku memang membayangkannya. Bahkan bayanganku lebih dari yang kau perkirakan." Elis kembali terkekeh.
Dan aku tahu yang di maksud Elis adalah bayi tua.
"Maafkan sikapnya Vera, mungkin ini sangat memalukan tapi kuharap kau bisa mengerti." Ery mengatupkan kedua tanggannya dengan nada memohon.
"Tidak perlu khawatir, aku sudah memakluminya," sahut Vee muram.
Tak butuh waktu lama akhirnya kami sampai di halaman kastil. Pintu utama mulai terbuka dan kami di persilahkan masuk. Sebuah musik klasik menggema memenuhi ruangan yang megah dan hampir penuh oleh para Vampire. Kami bertiga menatap seisi ruangan dengan takjub sekaligus waspada, karena inilah titik bahayanya jika kami ketahuan bukan Vampire. Sebelum ini, kami memang sudah melakukan persiapan sematang mungkin dengan menyembunyikan busur panah yang terikat di pinggang dan ditutupi kain tambahan untuk memperindah gaun dan juga sepuluh anak panah perak yang terselip di sepatu boot kami.
Kami bertiga duduk di sudut ruangan sementara Vee sudah pergi entah kemana. Bau darah yang berpuluh-puluh gelas memenuhi seluruh ruangan dan itu cukup membuat bulu leherku meremang. Aku bisa melihat ketegangan Ery dan Elis yang duduk bersebelahan di sampingku. Ya, kami bertiga sangat takut berada di tempat ini, berharap pestanya segera usai dan kami kembali dengan selamat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Archer
FantasySUDAH TERBIT! "Mengintai diantara bayangan, mengawasi dari balik kabut dan menyerang dari jarak jauh. Firasat dalam ketepatan dan insting dalam kejelian mulai dikerahkan. Semua akan dipertaruhkan ketika anak panah mulai melesat dalam penantian peran...