Diatas Pic. Raynelle Afsheen ( Ray ) kawan.. ^_^
"Coba tebak, kira-kira tes macam apa yang diadakan di Arquero?" Elis menyeruput sisa Milk Shakenya setelah suara speaker meminta para peserta untuk memasuki ruang ujian. Ia menyelipkan gelas bekas Milk Shakenya di kolong kursi taman.
"Perbuatan yang tidak bertanggung jawab," gumamku membatin. "Hmm aku belum bisa membayangkannya. Tapi—sepertinya matematika dan fisika masuk dalam tes ujian," jawabku.
Elis berdecak dan mendesah lalu melipat kedua tangannya. "Ayolah! Jangan menakut-nakutiku seperti itu. Matematika dan fisika tidak termasuk dalam daftar kemampuanku. Tidak apa-apa menghiburku dengan kebohongan, setidaknya itu bisa mengurangi rasa gugupku."
"Justru agar kau tidak terkejut dengan ujiannya." Aku tersenyum menghibur. "Kau akan tahu setelah sudah ada soal ujian dihadapanmu."
Kami berjalan menyusuri koridor disusul peserta-peserta lain. Sebuah pintu terbuka lebar dan kami berhamburan memasuki sebuah koridor besar dan panjang yang hampir menyerupai lorong dengan beberapa pintu. Masing-masing pintu terdapat nomor peserta dari nomor minimal hingga nomor maksimal. Aku mengmati nomor-nomor peserta yang tertera dan nomorku berada di ruang nomor XX yang berarti 20 dalam tulisan romawi.
Aku dan Elis harus berjalan lebih jauh lagi dari pintu utama yang baru saja kami lalui karena ruangannya berada diujung lorong. Jarakanya lumayan jauh hingga kami harus berlari untuk mengejar waktu dan mirisnya lagi, ada gadis yang jatuh terdorong peserta lain dan terinjak-injak. Aku sudah berniat untuk berbalik arah dan menolong gadis itu tapi Elis menarik tanganku sambil menggeleng pertanda 'Jangan menolongnya' dalam tatapannya. Aku menghela nafas dan melanjutkan lariku dengan kegelisahan dan rasa bersalah karena tidak bisa menolongnya.
Akhirnya kami sampai di Ruang nomor XX dan Elis masih menarik tanganku menyusuri tempat duduk sambil berdesak-desakan. Elis mencengkram tanganku semakin erat hingga tanganku terasa nyeri dan perih. Ruangan begitu berisik dan ribut membuat kepalaku sedikit pening. Jujur, aku benci kebisingan dan keributan seperti ini.
Elis membanting tubuhku agar aku duduk disebelahnya. Nafas kami tersengal-sengal setelah kami mendapat tempat duduk yang bersebelahan.
"Apa-apaan tadi?" Aku menarik nafas dan menghirup udara sebanyak mungkin agar sesak nafasku berkurang. "Bukannya satu ruangan untuk lima ratus peserta? Jika jumlahnya pas kenapa harus berlari dan ribut?"
"Ini bagian dari ujiannya. Apa kau tidak tahu itu?" Elis terbatuk-batuk. "Kalau semua peserta berpikiran sama denganmu, tidak akan ada yang berlari seperti orang yang kesetanan seperti tadi. Itu bertujuan untuk melatih seberapa kemampuan kita dalam membaca situasi dan menanggapinya. Kau lihat itu?" Elis menujukan sebuah layar di sudut ruangan. "Kau adalah peserta yang ke tiga ratus semibilan belas yang berhasil melewati garis merah itu." Sekarang Elis menunjukan garis yang tampak seperti sinar laser dipintu masuk ruangan."Sudah paham sekarang?"
"Darimana kau tahu semua itu?"
"Tentu saja aku tahu, disini ada seseorang yang membuatku harus melakukan mini riset jadi aku sering keluar masuk tempat ini secara diam-diam. Yap, bisa dibilang aku hampir mengetahui semuanya tentang Arquero," jawabnya dengan tatapan sok hebat.
"Mini riset kau bilang?" Aku menyipitkan mata. "Jangan-jangan kau menguntit Werewolf yang kau tunjukan tadi?"
Wajah Elis memerah seketika. "Aku tidak menyangka, ternyata kau sangat peka Ray."
"Jadi benar?" Aku menggelengkan kepala tak percaya. Seumur hidup baru kali ini aku menemukan gadis yang sebegitu antusiasnya demi seorang pemuda.
Elis hanya tersenyum malu-malu sambil mengedipkan matanya yang membuatku salah tingkah dengan geli yang menggelitik perutku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Archer
FantasíaSUDAH TERBIT! "Mengintai diantara bayangan, mengawasi dari balik kabut dan menyerang dari jarak jauh. Firasat dalam ketepatan dan insting dalam kejelian mulai dikerahkan. Semua akan dipertaruhkan ketika anak panah mulai melesat dalam penantian peran...