Sudah hampir satu minggu aku belajar memanah di dalam hutan gelap. Dan aku bersyukur Lee sangat pantang menyerah sekali dalam mengajariku banyak hal soal memanah, bahkan ia tampak lebih antusias dari pada diriku sendiri. Aku tidak tahu apa yang membuatnya seperti itu, tapi aku benar-benar merasa lega karena dengan begitu aku jadi bisa menguasai banyak hal tentang memanah lebih cepat dari yang kuperkirakan, aku bahkan sampai tak percaya dengan kemampuanku saat ini.
Dan kali ini, Lee melatihku untuk memanah dengan sasaran yang bergerak. Aku menarik busurku untuk kesekian kalinya sambil menatap waspada. Kabut tebal di sertai udara yang dingin membuatku semakin waspada dengan keadaan sekitarku.
"Pekakan seluruh indramu, di situ kau akan tahu dari mana musuh akan menyerang."
Aku mengangguk. "Mengerti," sahutku.
Aku berdiri mematung dalam posisi siaga dengan menajamkan pendengaranku. Bola mataku tak berhenti bergerak saat aku mendengar sesuatu bergerak mendekatiku. Aku masih terdiam hingga aku merasakan udara di belakangku bergerak. Aku memutar tubuhku dan melesatkan anak panahku seketika. Kulihat anak panahku tepat mengenai papan berbentuk beruang raksasa yang berdiri menggantung dari belakang namun menancap jauh dari titik sasaran.
"Meleset," gumamku sambil menghela nafas dalam.
"Fokus dan amatilah terlebih dahulu objek yang menyerangmu sampai kau melihat titik sasarannya, tapi kau harus melakukannya dengan cepat lalu barulah kau melepas anak panahmu," ucap Lee menjelaskan sambil menulis di bukunya. "Selain itu, kau harus memperkirakan berapa kecepatannya sehingga kau bisa memprediksi kapan kau harus berputar arah. Yang barusan kau lakukan itu serangan spontan yang tidak stabil, kau malah terlihat tampak terkejut dalam posisi mental yang tidak siap. Sekarang ulangi!"
Aku menghela nafas dalam. "Baiklah akan kucoba."
Aku kembali menarik busurku dan bersiaga diantara kabut tebal. Entah kenapa aku merasa bahwa yang membuat suasana menjadi berkabut adalah Lee, seolah-olah ia melatihku layaknya bukan Manusia. Dan jujur saja, medan yang di tunjukannya padaku selama ini selalu saja sulit meskipun pada akhirnya aku mampu menguasainya.
Kepalaku menoleh seketika setelah aku mendengar suara benda bergerak dari arah kananku. Aku menarik busurku kuat-kuat dan anak panahku melesat sesuai prediksiku. Aku memiringkan kepala dengan lemas karena masih meleset dari titik sasaran meskipun tidak sejauh tadi.
"Lumayan. Kau sudah ada kemajuan." Lee kembali menulis dibukunya.
"Lee aku ingin bertanya sesuatu."
"Apa?" Lee menatapku.
"Jika Archer melesatkan panahnya sebanyak dua kali berturut-turut apa itu diperbolehkan?"
"Tentu saja. Asalkan kau mampu mengatur waktu dan kecepatannya, itu sangat sekali di perbolehkan. Kau bisa memegang dua anak panah sekaligus dalam satu busur, tapi kau harus mempelajari teknik-tekniknya karena itu tergantung pada kekuatan jari tanganmu. Kau bisa melepaskan langsung kedua-duanya ataupun salah satunya asalkan kau mampu memahami sasaranmu." Lee menutup bukunya. "Jika kau mau seperti itu, aku akan mengajarimu setelah kau mampu menguasai benda bergerak ini."
"Baiklah. Akan kuselesaikan semua ini."
Lee tersenyum. "Yap bagus. Pertahankan seperti itu."
Saat aku kembali menarik busurku, sebuah anak panah melesat kearahku. Beruntung Lee menarik tubuhku dengan cepat dan panah itu hanya menggores lenganku, tapi tetap saja anak panah itu meninggalkan rasa pedih di kulitku.
"Lepaskan dia Vampire!"
Sebuah suara membuatku dan Lee menoleh seketika. Sosok gadis muncul dari balik kabut dengan busur panah yang sudah siap untuk menembak. Tatapanya tertuju pada Lee dengan penuh kebencian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Archer
FantasySUDAH TERBIT! "Mengintai diantara bayangan, mengawasi dari balik kabut dan menyerang dari jarak jauh. Firasat dalam ketepatan dan insting dalam kejelian mulai dikerahkan. Semua akan dipertaruhkan ketika anak panah mulai melesat dalam penantian peran...